Chapter 10: The Scarred Boy and His Curse

1.1K 154 5
                                    

A/N: ihyampun kok tumben cepet kilat badai boba apdet...
It's just i love this chap n just wanna share it earlier dan my madre making tahu bakso

Ya ... Salahkan mood hamba yang naik turun macem perekonomian indonesia hanya karena makanan

Nooow

Leggo read it

TRIGGER WARNING

/!\: implied overdose, implied suicide, implied suicide attempt, death threat, dark thought, implied self harm, gaslighting (kinda)

Baca dengan bijak, jika kalian gak sanggup membacanya, it's okay to skip it til the middle (u kno the fancy thing i do to separate passages). I'll give a summary. So, please if u cant, just DON'T read it :(











Min Yoongi adalah api. Dia menghangatkan dan juga menghanguskan. Dia menciptakan dan juga meruntuhkan. Dan tak jarang ia terbakar api miliknya sendiri.

Dulu ia berpikir, ia tidak ingin seperti ibunya, yang meninggal karena lelah dengan kehidupan, tergeletak di bath up kamar mandi dengan luka sayatan di leher. Ia bertekad untuk melupakannya dan hanya mengingat segala memori indah dengan ibunya.

Tapi itu terbukti sebagai hal yang mustahil, dengan semua orang yang mengkaitkan dirimu dengan kematian ibumu.

"Ah, si anak Min itu memang benar-benar pembawa sial."
"Kudengar Nyonya Min meninggal karena tidak sanggup mengurusnya."
"Jika saja kau tidak lahir ibumu pasti masih hidup."
"KAU PEMBUNUH!!!"
"PERGI!! IKUTI SAJA IBU MU."
"Kau lebih baik mati."

Dan Min Yoongi percaya dan mulai menebus dosanya. Bukankah adil jika ia melukai dirinya sendiri karena telah membuat hidup ibunya berakhir.

Min Yoongi penuh dengan luka dan ruang kosong. Ia memiliki Namjoon, namun Yoongi tau orang itu hanya mendekati Yoongi selama satu tahun ini karena dia aman bersama Yoongi, dia tidak perlu berurusan dengan makhluk bodoh di SMA mereka.

Yoongi memutuskan ia muak dengan kehidupan.

Dan saat kelas tiga SMA, overdosis pil adalah jawabannya untuk saat itu.

"Hyung, ibuku membawakan kue beras. Aku tau kau tidak seharusnya boleh makan terlebih dahulu tapi... Yah kau tau, menaati peraturan bukan gayamu."

Tentu saja wajah Namjoon yang akan dia lihat pertama kali saat ia membuka mata, untuk apa dia disini? Ya mana dia tahu.

"Kenapa kau disini?" tenggorokannya terasa perih, tentu saja, ia tak sadarkan diri selama kurang lebih dua hari.

"Tentu saja karena aku khawatir dan ingin menjengukmu. Kau tidak tau rasanya melihat sahabat mu, orang yang aku anggap sangat berharga, hampir saja kehilangan nyawanya." Namjoon meraih gelas air di nakas meja samping Yoongi dan memberikannya.

Yoongi meraih gelas plastik yang Namjoon sodorkan dan segera menegaknya. "Ya ya ya, tapi untuk apa kau khawatir? Kita bahkan tidak terlalu dekat."

Air muka Namjoon berubah, "hyung, asal kau tau kau itu sahabat untuk ku, kau tidak tau bagaimana rasanya ketika salah seorang yang dekat denganmu di ambang kematian."

Yoongi tiba -tiba melempar gelas yang ada di genggamannya setelah mendengar ucapan Namjoon, "jaga ucapanmu, Kim Namjoon. Dibandingkan denganmu aku mengerti lebih banyak tentang kematian. KAU hanya orang baru yang mencicipi permukaan dari kematian. Aku tau apa itu kehilangan, dan aku PASTINYA tau apa itu kematian. Sekarang jika kau masih punya sedikit kewarasanmu lebih baik kau pergi."

Season [YoonSeok]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang