Chapter 28: Blood and Tears

763 119 2
                                    

Yoongi berulang kali menekan bel apartment Seokjin. Dia sudah gugup setengah mati, ada apa? Apa yang terjadi? Namjoon berkata hal ini adalah hal penting. Suara pintu terbuka menarik kembali fokus Yoongi.

"Hyung! Apa yang sebenarnya terjadi?!" Yoongi menatap wajah lesu Seokjin. Sudah ia lihat dengan jelas Seokjin baru saja menangis. Yoongi memegang kedua bahu Seokjin erat, rautnya mulai mengendur, "hei katakan padaku. Apa yang terjadi? Kau tidak terluka, bukan?"

"Dimana Namjoon?" wajah Seokjin tetap terlihat datar dan lesu. Yoongi hanya bisa menghembuskan nafas. Ia sebenarnya kurang setuju dengan pilihan Namjoon, tapi mau bagaimana lagi, "Namjoon masih memiliki urusan penting. Ia bilang tidak bisa diganggu dan akan datang beberapa saat lagi."

Yoongi kemudian dengan sigap memeluk Seokjin saat air mata kembali meluncur dari manik mata Seokjin, "hei hei tenanglah. Namjoon akan datang sebentar lagi. Kau tahu bagaimana Namjoon dengan pekerjaannya."

"Aku butuh dia sekarang."

Suara lirih Seokjin menyayat hati Yoongi. Ini semua salah dirinya, harusnya ia tidak terlalu terburu-buru dengan Namjoon. Lihatlah apa yang dia perbuat sekarang, merebut waktu Namjoon dari Seokjin hanya karena keinginan egoisnya.

"Maafkan aku. Sekarang kenapa hyung menghubungi Namjoon dan menyuruh kami kemari?" seakan disadarkan dari pilunya, Seokjin menggenggam erat lengan atas Yoongi, matanya terlihat ketakutan dan marah.

"Pria sialan itu.. Dia... Hoseok..."
"HOSEOK?!"

Yoongi menyela perkataan Seokjin. Apakah dia terlambat lagi? Apakah Hoseok terluka? Dimana Hoseok-nya?

"Dia tidak terluka, tapi mentalnya cukup terpukul," Seokjin menatap lantai, ia merasa sudah gagal lagi. Ia gagal menghentikan Hoseok. Ia gagal menjaga Hoseok.

"Lalu apa yang terjadi?!" Seokjin kemudian langsung menarik Yoongi ke dalam. Ia membawa Yoongi ke ruang tamu, dimana Yoongi mendapati sebuah kantong plastik sampah ukuran besar. Ia melihat Seokjin meraih selembar kertas di sofa dan memberikannya pada Yoongi. Hal yang ia lihat setelahnya membuat darahnya mendidih. Wajah Yoongi sudah mulai merah padam karena amarah, ekspresi siap membunuh juga tersemat.

"Jangan berteriak disini. Hoseok sedang tertidur," Seokjin menangkup wajah Yoongi, berusaha menenangkannya, dan untungnya berhasil. Yoongi menarik nafas dalam.

"Hoseok melihatnya?" Seokjin menjatuhkan tangannya dan meraih foto yang ada di genggaman Yoongi dan segera merobeknya.

"Semuanya. Hoseok melihat semuanya."

Yoongi terlihat bingung dengan pernyataan Seokjin. Mesin di otak Yoongi mulai bergerak. Ia bergantian antara melihat kantong sampah di belakang Seokjin dan Seokjin. Rautnya menampakkan ekspresi tidak percaya. "Maksudmu kantong itu berisi foto yang sama?!" Yoongi mendengar Seokjin tertawa renyah, "aku sedang tidak bercanda, hyung!!! Jawab pertanyaanku."

"Lebih parah lagi, Yoongi. Semua foto dirinya dan Jimin. Semuanya!! Semua itu terjadi di sini!! Di apartment KU!!"

Saat itu juga amarah Yoongi memuncak. Ia segera pergi dari apartment Seokjin, ia memiliki agenda untuk membunuh seorang bajingan keparat yang melukai Hoseok. Ia sudah sampai di lorong saat ia merasakan saat tangannya digenggam erat oleh seseorang.

"Lepaskan, hyung!" Seokjin lebih baik tidak menguji kesabarannya. Yoongi tidak ingin melampiaskan amarahnya pada Seokjin. Ia sama sekali tidak menyalahkan Seokjin, dari segala cerita yang diberitahukan padanya Seokjin adalah orang yang paling dibenci oleh mantan kekasih keparat Hoseok.

"Kumohon, temani Hoseok. Jangan pergi terlebih dahulu. Aku tidak tahu apakah aku bisa melakukan hal ini sendirian. Kumohon, demi Hoseok. Dia membutuhkanmu."

Season [YoonSeok]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang