Chapter 3: Will It Get Better?

2K 260 19
                                    

Hoseok bangun dan mendapati dirinya telah terbaring di kasur kamarnya, di sampingnya Seokjin terbaring pulas sambil menaut erat jemari mereka.

Hoseok perlahan melepas tautan Seokjin dan pergi mencari Namjoon. Ia menemukan Namjoon tengah bersender pasrah di sofa ruang tamu.

"Joon..." Hoseok memanggil kecil Namjoon, takut jika ternyata Namjoon tengah tertidur.

Namjoon langsung menolehkan kepalanya ke sumber suara, "tidak, aku dan Jin-hyung datang setelahnya. Kami tidak terluka, Hobi-hyung."

Hoseok terduduk di samping Namjoon, "dia bilang dia akan kembali Joon, aku... Aku takut. Dia bilang aku miliknya."

"Kalaupun dia kembali, aku dan Jin-hyung tidak akan membiarkan bajingan itu mendekatimu lagi hyung."

"Maafkan aku."

"Hyung tidak perlu meminta maaf karena takut. Semua orang pernah takut dan panik, dalam hidup kita menyakiti orang adalah sesuatu yang tidak mungkin dihindari, mau itu sengaja ataupun tidak. What make differences is whether you regret it and try to make amend or you just justified it by some twisted reason."

"Maafkan aku karena menutupinya selama sebulan. Aku tidak tahu kalau dia akan..."

Hoseok kembali menangis. Namjoon yang ada di sampingnya dengan sigap memeluk hyungnya, "jangan katakan pada Jiminie, kumohon, jangan."

"Kenapa tidak, hyung? Jimin tidak akan begitu saja membuang mu setelah mengetahui yang sebenarnya."

"Jimin is my saving grace, Joon. Aku... Aku hanya tak ingin dia rusak, aku ingin dia tetap menjadi Jiminie ku."

"Tapi dia berhak tau, hyung."

Hoseok hanya bisa menatap Namjoon, "kumohon, Joon. Hanya untuk ini, kumohon."

Namjoon hanya bisa menghela nafas, ia tahu suatu saat Jimin akan mengetahui kondisi Hoseok. Dia hanya ingin Jimin mengetahuinya dari Hoseok sendiri, bukan kabar burung dari orang-orang.

"Baiklah."

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Untuk dua hari Hoseok meminta ijin tidak kuliah, dan dua hari itu pula Jimin bersikeras untuk merawat Hoseok. Hoseok sendiri tidak keberatan, kapan lagi ia dapat menghabiskan harinya dengan buku Franz Kafka dan coconut milk (ada yang tau bahasa indonesianya apa? ㅜㅜ), atau dengan membaca buku Victoria Aveyard dan dengan segelas teh chamomile.

Apakah semuanya berangsur membaik untuk Hoseok setelahnya? Dia tidak bisa berkata iya ataupun tidak, hari-harinya lebih sering berada di area abu-abu, tidak begitu jelas. Di satu sisi ia senang menghabiskan waktu dengan Jimin, namun di sisi yang lain ia cemas dengan kondisi Jin yang kian memburuk setelah kejadian beberapa hari lalu.

Dan kini setelah kondisinya membaik ia akan menemui Jin, pastinya dengan sekotak besar cheesecake stroberi dan dua gelas besar cokelat panas dengan marshmallow. Dunia mengetahui seberapa suka hyungnya dengan makanan manis.

"Halo, Hobi?? Ada apa??"

"Aku ada di depan apartemen mu, dan aku cukup kedinginan. Keberatan untuk membukakan pintu?" dan Hoseok tidak sedang bercanda, tadi baru saja hujan dan ia tidak mengenakan jaket tebal, hanya sebuah sweater rajut tipis kebesaran berwarna abu-abu.

Dari dalam Hoseok mendengar bunyi langkah kaki Jin.
"Astaga!!! Kau seharusnya menelponku sebelum kau datang, bukan setelahnya. Dan lihat!!! Kenapa kau mengenakan sweater yang bahkan tidak bisa dikatakan sebagai sweater itu??? Ya ampun, Hobi!!"

Season [YoonSeok]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang