Chapter 23: Piece by Piece

708 117 6
                                    

Yoongi tidak tahu apakah ini benar? Bagaimana kalau ternyata Hoseok membencinya? Bagaimana kalau dia ditendang keluar?

"Percayalah Min Yoongi. Kau harus berani!" Yoongi mengepalkan tangannya. Tangan kanannya sudah bersiap memencet bel, namun hal yang tak terduga terjadi. Pintu di depannya terbuka.

"Ah, kau ingin mengunjungi, Hoseok-hyung?" Jungkook sempat memandang kaget orang di depannya, namun pandangannya berangsur menipis digantikan sebuah senyum lebar.

"Kelihatannya kekhawatiran Hoseok-hyung tidak terlalu berarti sekarang. Aku pergi dulu, hyung," Jungkook menepuk pelan bahu Yoongi, yang masih mematung, dan berlalu pergi. Astaga! Dia hanya bertemu dengan Jungkook, kenapa ia segugup ini? Yah, memikirkan Jungkook yang mati-matian melindungi Hoseok, Yoongi hanya tidak ingin melepas nyawanya karena kelinci hormonal tadi.

Yoongi perlahan melangkah masuk. Demi Tuhan, dia bahkan belum meminta izin Hoseok untuk masuk! Apakah ini termasuk breaking and entering? Kenapa ia baru menyadarinya sekarang?

"Kook? Kau bilang ingin pulang?" Yoongi memandang sosok Hoseok yang kekuar dari dapur. Kondisinya masih sama, masih dengan mata merah sembab, suara kecil yang terdengar ketakutan, "Kook?"

Kini keduanya dapat melihat diri masing-masing dengan jelas. Hoseok terhenti di tempat, sedangkan Yoongi masih mematung di dekat pintu seperti orang bodoh.

"Ah, itu... Aku hanya ingin... Kau tahu... Meminta maaf karena telah menamparmu kemarin..." Yoongi menggaruk tengkuknya canggung. Astaga, kenapa Hoseok tidak bereaksi? Apakah Yoongi terlalu awal? Mungkin seharusnya dia datang lusa?

Yoongi yang masih tenggelam dalam kekhawatirannya tidak menyadari Hoseok dengan langkah cepat mendekatinya. Yoongi baru menyadari keberadaan Hoseok ketika pria manis itu memeluk dirinya dengan berlinang air mata dan senggukan kecil yang lolos dari bibirnya. Yoongi balik membalas pelukan Hoseok. Ia berusaha menenangkan Hoseok, mengusap pelan punggung kecil Hoseok dan sesekali tengkuk Hoseok.

"Hey, kenapa menangis? Harusnya aku yang menangis memohon maaf," Yoongi terkekeh kecil, namun tidak bisa ia pungkiri, hatinya terasa nyeri. Min Yoongi bodoh, kenapa ia tidak bisa lebih lembut ke Hoseok?

"A-aku... Maafkan aku. Jangan tinggalkan aku," Hoseok mengeratkan pelukannya. Yoongi yang mendengarnya balas memeluk lebih erat.

"Hey, tatap aku," Yoongi berusaha melonggarkan pelukan mereka, namun Hoseok menggeleng cepat dan semakin mengeratkan pelukannya. Yoongi hanya bisa pasrah dan hanya balas memeluk Hoseok, "aku tidak akan meninggalkanmu. Kenapa aku mau meninggalkan mu?"

Senggukan Hoseok semakin mengeras, "aku bodoh, maafkan aku karena berusaha melarikan diri, maafkan aku..."

Yoongi menggeleng pelan, "jangan meminta maaf. Pada satu titik tiap orang pasti berpikir untuk melarikan diri, karena manusia juga lemah. Terkadang jalan paling mudah adalah melarikan diri, kita tenggelam dalam sedih dan rasa sakit. Hal ini bisa membuat kita lupa, akan selalu ada orang yang ingin menarik kita ke permukaan. Yang aku ingin adalah untuk Jung Hoseok dengan sahabatnya untuk ke permukaan. Aku hanya ingin dirimu berada di sini. Min Yoongi hanya ingin Jung Hoseok bahagia," Yoongi mencium sisi kepala Hoseok, "maafkan aku karena terlalu kasar denganmu. Selain itu, butuh kekuatan lebih untuk menyingkirkan diriku darimu, Seok."

"I love you."
"A-aku..."
"Tidak apa-apa, aku mengerti. Just take your time."

.
.
.
.
.
.
.

-Season-

Chapter 23
Piece by Piece

"Piece by piece he filled the holes that you burned in me." -Piece by Piece, Kelly Clarkson

.
.
.
.
.
.
.

Jungkook menyandarkan kepalanya ke bahu Seokjin, sebuah helaan nafas frustasi keluar dari keduanya. Seokjin menatap kosong dan tangannya bergerak memainkan rambut Jungkook.

"Kau tahu, kalau aku tidak tau aku bisa saja mengira yang berpacaran dengan Seokjin bukanlah aku, tapi kau, Kook," Namjoon mulai mengangkat bicara setelah 15 menit lebih ia diabaikan oleh dua orang yang kini hanya memandangnya tidak tertarik. Namjoon menghela nafas, ia mulai berjalan ke arah Seokjin dan Jungkook, menempatkan tubuhnya secara paksa di antara keduanya. Gerakan Seokjin dan Jungkook setelahnya kembali membuat Namjoon menghela nafas menyerah. Seokjin dan Jungkook kini menyandarkan kepala mereka masing-masing di kedua bahu Namjoon.

"Apa yang harus kita lakukan, hyung? Dia sudah keluar..." Namjoon menatap Jungkook yang masih memandang kosong ke depan, Seokjin pun juga sama.

"Melindungi Hoseok, tidak membiarkannya pergi sendirian, tapi juga tidak membatasi pergerakannya. Bagaimanapun Hoseok pantas untuk hidup normal," Namjoon bergantian memandang keduanya, mengharapkan respon yang tidak kunjung ia dapatkan sejak tadi.

Tiba-tiba Seokjin bangkit, wajahnya panik mengingat sesuatu. Namjoon dan Jungkook juga ikut terkejut melihat gelagat Seokjin, "aku belum belanja bulanan, aku ingin makan."

Namjoon dan Jungkook menghela nafas bersamaan. Keduanya menyunggingkan senyum kecil, "ayo kita belanja, hyung," Jungkook segera berdiri dan mengaitkan lengannya dengan Seokjin.

Namjoon yang ditinggal sendirian hanya bisa pasrah. Ia sebenarnya tahu. Ia tahu lebih dari siapapun. Seokjin berusaha mengalihkan pikiran, berusaha mencari akal untuk mengunjungi Hoseok, dan karena hal yang paling Hoseok suka selain buku adalah makanan maka jadilah Seokjin berkilah ia lapar.

Ia tahu Seokjin khawatir, tapi ia tahu tidak ada yang bisa ia lakukan. Namjoon hanya bisa mencoba meringankan beban Seokjin.

Namjoon segera bangkit dari tempatnya setelah mendengar teriakan Seokjin dan Jungkook, "kita baru belanja dua hari yang lalu..."


"I won't leave you."


-
A/N: sorry for the long wait and the short chap...

Sebentar lagi Kookie ultah... Sooo yaah gituh

Ada yang ganjel? Selama baca cerita ini? I'll try to explain w/o giving spoiler ofc? (。ŏ_ŏ)    ٩(●˙—˙●)۶ LOL

See bye bye

See bye bye

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Season [YoonSeok]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang