Chapter 14: Pebbles

908 128 11
                                    

Kim Seokjin kembali mengunjungi pria bangsat yang membuat dua orang yang ia sayang mengalami trauma berat. Membuat dua orang yang ia sayang berubah menjadi sebuah cangkang tanpa nyawa dan boneka.

"Hai, Seokjin. Masih berusaha memperberat hukuman ku?" Hyukjae, Park Hyukjae. Pria itulah yang membuat matahari dan malaikatnya kesakitan. Pria bangsat tanpa moral yang ingin sekali ia cekik hingga mati saat ini juga.

"Tentu saja. Setelah segala perbuatan yang kau lakukan kepada Jimin dan Hoseok kau pikir aku akan membiarkannya?" Seokjin menatap tajam Hyukjae, ia dirundung rasa sedih bercampur amarah. Mau bagaimanapun Hyukjae adalah satu-satunya dunia Jimin, mau Jungkook, Taehyung, Hoseok, ataupun dirinya bersikeras mengatakan bukan, Jimin tidak akan pernah melepaskan Park Hyukjae.

"Kau mungkin berpikir kau akan lepas dengan mudah, tapi tidak, aku akan melakukan segala cara agar kau membusuk di penjara. Aku akan membalas segala tindakan bejat yang pernah kau lakukan terhadap Jimin dan Hoseok. Kau akan membayar seluruhnya, Hyukjae," Seokjin berusaha bersikap tenang, ia benar-benar berusaha bersikap tenang. Akan tetapi, kalimat yang diucapkan oleh Hyukjae membuatnya hilang kendali. Seokjin memukul keras rahang Hyukjae, ia mengangkat kursi dan hendak melemparnya ke Hyukjae sebelum akhirnya petugas datang untuk menghentikan Seokjin.

"Kau tahu, aku tak sabar untuk mencicipi tubuh Seokkie-ku dan kembali menyayat tubuh Park sialan. Kau tak akan tahu seberapa nikmat melihat air mata dan darah mengalir dari keduanya, bukan? Kau hanya sebuah kerikil, Seokjin. Sesaat kau menghalangiku, tapi tak lama aku akan kembali."

.
.
.
.
.
.
.

-Season-

Chapter 14
Pebbles

"Pebbles, the only things that's constant in our life. They hinder us, sometimes hurt us, but at the end they're just pebbles. Don't have any meaning, a little rock that could be easily thrown."

.
.
.
.
.
.
.

Seokjin kini tengah bersama Jimin, berdua, tanpa dua ekor milik Jimin.

Keduanya berada di sebuah restoran keluarga tak jauh dari apartement Seokjin. Beberapa hari yang lalu Seokjin mengajak Jimin untuk makan berdua, karena jarang sekali Seokjin ingin makan diluar, tentu saja Jimin akan dengan senang hati mengiyakan ajakan Seokjin, meskipun harus meninggalakan kedua ekor kesayangannya.

"Minnie... Aku ingin bertanya," Seokjin menghentikan sementara makannya, ia tidak menatap Jimin, matanya fokus kepada makanan yang ada di depannya.

"Hmmmmm, silahkan, hyung bisa menanyakan apapun," Jimin tersenyum tulus, raut mukanya lembut. Sebenarnya ia cukup khawatir, karena tidak biasanya Seokjin diam saat makan bersama, ditambah lagi sudah hampir dua minggu Hoseok dan Seokjin bertengkar dan belum berdamai hingga sekarang. Apa yang sebenarnya terjadi dengan hyung-hyungnya?

"Kenapa kau begitu menyayangi Hyukjae?" Seokjin berusaha sebisa mungkin untuk menahan ekspresi jijiknya saat mengucapkan nama itu.

Wajah Jimin kini berbinar ketika nama hyung nya di sebutkan, raut wajahnya menerawang ke masa lalu, "dia satu-satunya yang menyayangiku. Dia baik, saat yang lain mengejekku, dia membelaku. Saat aku kesusahan, dia selalu membantuku. Saat aku butuh bahu untuk bersandar, Hyukjae-hyung selalu ada untukku. Di saat yang lainnya tidak mempercayaiku, dia satu-satunya yang percaya. Dia menyayangiku, melindungiku, menemaniku. Hyukjae-hyung bisa dibilang seluruh hidupku, duniaku. Jika dia tidak ada mungkin aku akan tidak ada di dunia ini lagi," sebuah senyum sendu terukir. Wajah Jimin penuh dengan rasa sayang.

Season [YoonSeok]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang