화창한 날

692 85 33
                                    

Sang matahari telah muncul dari peraduannya. Ia kembali mengemban tugasnya untuk menerangi dunia. Seperti biasa, pagi ini Jihoon sudah berada di balkon untuk berjemur di bawah matahari pagi. Tapi ia hanya sendiri. Kenapa ?, karena bunda, ibu Sanny, Woojin dan orang tuanya belum bangun. Sebenarnya ia ingin menikmati pagi hari ini bersama Woojin tapi sepertinya Woojin terlihat sangat lelah karena semalam ia baru melewati perjalanan udara yang lumayan lama. Maka dari itu ia memutuskan untuk sendiri saja sampai Woojin bangun.

" fffttthh . . . Udaranya enak sekali " ucap Jihoon sambil meregangkan otot-otot tubuhnya yang terasa kaku " tapi lama-lama berada dibalkon bosan juga . . . Apa sebaiknya aku ketaman saja ya "

Akhirnya Jihoon memutuskan untuk jalan-jalan sebentar, toh hanya sebentarkan dan tidak akan terjadi apa-apa.

Perlahan Jihoon membalikkan kursi roda nya, memutar roda nya dengan tangannya. Sebenarnya Jihoon sudah bisa berjalan tapi sewaktu-waktu kakinya bisa terasa lemah, maka dari itu ia memilih untuk tetap di kursi roda saja.

Sebelum ia keluar, Jihoon menghampiri Woojin terlebih dahulu, mengusap pucuk kepala pria itu dengan lembut dan memandang lekat wajah tenang Woojin. Ia menilik setiap lekuk wajah Woojin dengan seksama. Matanya, hidungnya, bibirnya, pipinya dan dagunya. Indah, gumamnya. Bahkan saat terpejam pun matanya tetap indah. Jihoon tersenyum manis, sangat manis. Sungguh ia beruntung telah memiliki seorang Park Woojin yang sangat mencintainya. Jihoon kembali tersenyum kemudian kembali mengayuhkan kursi rodanya.

Ia melihat setiap orang yang berlalu lalang di depannya sembari tersenyum membalas sapaan orang tersebut padanya.

Sekarang Jihoon sudah berada di taman. Terdengar hembusan nafasnya yang begitu membuncah. Menikmati hembusan angin, melihat daun yang berjatuhan. Di tengadahkan nya kepalanya kearah langit biru. Jangan lupakan kebiasaan Jihoon yang satu ini, ia sangat suka berbicara pada langit. Ia menganggap langit selalu membalas ucapannya. " Langit, terimakasih karena hari ini kau bersinar begitu cerah, aku suka. " Jihoon tersenyum. Tiba-tiba ia teringat sesuatu. Sanny, iya dia teringat anak itu, anak yang ia temui 5 bulan yang lalu. " Sanny sayang, bagaimana keadaanmu di sana ? kamu pasti senangkan bermain dengan teman-teman barumu . . . Oh ya kakak ingin berterimakasih pada Sanny karena Sanny sudah meminta pada Tuhan untuk memberikan kesempatan kedua pada kakak dan sekarang Tuhan sudah mengabulkannya . . . Sekali lagi terimakasih ya sayang " Jihoon kembali tersenyum kemudian menghela nafasnya.

.
.
.
.
.

Akhirnya mata Woojin terbuka, menyeimbangkan setiap cahaya yang masuk ke retinanya.

" Sudah pagi " gumamnya dengan suara serak khas bangun tidur, tapi saat matanya mengarah ketempat tidur ia melihat Jihoon sudah tidak ada, tapi ia sudah tahu kebiasaan kekasihnya " pasti Jihoon di balkon " setelah itu Woojin berdiri dan berjalan kearah kamar mandi untuk membersihkan diri. Ia memutuskan setelah mandi saja untuk menemui Jihoon.

Sekarang Woojin sudah siap dengan baju kesualnya dan tak lupa untuk memakai wewangian khas dirinya. Woojin melangkah menuju balkon berniat untuk menemui Jihoon " sayang selamat pa . . . " kata-kata nya terhenti " loh kok Jihoon gak ada di balkon . . . Kemana dia " Woojin sudah mulai panik karena Jihoon tidak ada, ia ingin bertanya pada bunda tapi bunda belum bangun. Akhirnya Woojin keluar, menanyakan pada setiap orang yang ada disitu namun jawabannya semua sama ' tidak melihat ' waktu berada di koridor lantai satu ia bertemu dengan suster yang biasa merawat Jihoon " suster, apa suster melihat Jihoon "

" Maaf dek saya tidak melihat nona Jihoon " bahkan suster nya pun tidak mengetahui keberadaan Jihoon saat ini

Woojin sudah mulai bingung harus mencari Jihoon kemana. Sampai ia pun sudah berada di luar gedung rumah sakit namun Jihoon tak juga tampak.

Good Bye -- 2park ➡ Love StruggleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang