반복해서 part.2

782 79 33
                                    

" Noona ini martabak pesanan noona "

Yerim pun keluar dari kamar untuk mengambil martabaknya " makasih ya jin "

Woojin mengangguk " sekarang aku boleh kekamar Jihoon kan "

Yerim tersenyum dan mengiyakan pertanyaan Woojin

Setelah di izinkan Woojin langsung menuju kamar Jihoon. Karena kamarnya tidak dikunci ia pun langsung masuk. Dia langsung merebahkan diri dikasur, kasur Jihoon terasa nyaman bagi Woojin, kasurnya sangat hangat.

Woojin mulai meraba-raba saku celananya untuk meraih ponselnya, ia ingin menelpon Jihoon karena Jihoon tidak sempat menghubungi saat ingin berangkat.

Ia langsung mencari nomor Jihoon dan menghubunginya. Namun entah kenapa ia mendengar suara yang tak asing, suara itu seperti nada dering dari ponsel Jihoon. Woojin langsung bangkit untuk mencari arah suara itu dan benar itu ponsel Jihoon, tapi anehnya kenapa Jihoon meninggalkan ponselnya.

Woojin meraih ponsel tersebut " dasar ceroboh . . . Kenapa ponsel sendiri di tinggal sih " gumam Woojin

Karena ponsel Jihoon tertinggal ia pun mencoba menghubungi ayah. percobaan pertama tidak ada jawaban lalu percobaan kedua masih tak ada jawaban dan kemudian percobaan ketiga akhirnya tersambung.

" Halo Woojin " suara ayah terdengar dari seberang telpon, dan suara itu terdengar gugup.

Woojin langsung menjawab dengan antusiasnya " Ayah Jihoon mana . . . Ini kenapa ponselnya di tinggal "

" a aa Jihoon ya . . . Jihoon . . . Sudah tidur setelah kami sampai nak "

" Oh sudah tidur . . . " suara Woojin terdengar lesu " baiklah kalau begitu ayah juga istirahat ya "

" Iya nak " ayah tak banyak berbicara karena beliau bingung ingin mengatakan apa. Dan saat ayah hendak mematikan sambungan telpon Woojin langsung menahannya

" Ayah jangan dimatikan dulu "

" Ada apa nak " sedari tadi ayah sudah menahan airmatanya karena mendengar suara Woojin, ia tidak tega kalau harus membohongi anak sebaik Woojin, tapi ini juga demi kebaikannya sendiri, ayah hanya tidak ingin menambah pikirannya saja. " maafkan ayah sayang " gumam ayah dalam hati

" Ayah tolong sampaikan salam Woojin pada Jihoon . . . Bilang padanya kalau aku merindukannya " suara Woojin terdengar lirih, ia tidak bisa berpisah dari Jihoon walau hanya sebentar saja

Perih, itulah yang saat ini tengah di rasakan ayah, sejenak ayah kembali menatap wajah pucat putri kecilnya, dalam pandangan lembut itu tersirat sebuah harapan dan do'a. Setiap linangan airmatanya mengatakan ' berjuanglah wahai anakku '

Lamunan ayah terpecah saat mendengar Woojin memanggilnya.

" Ayah . . . Kenapa ayah diam "

" Tidak papa sayang, ayah tutup telpon nya ya "

" Baiklah ayah "

Tuuttt . . . Sambungan telpon itu akhirnya terputus, dan kemudian Woojin menaruh ponselnya di atas meja dan berganti untuk mengambil ponsel Jihoon.

Belum sempat satu hari ia berpisah dengan Jihoon tapi ia sudah sangat merindukannya, bagaimana kalau nanti ia tidak akan pernah bertemu lagi.

Tangan besarnya tergerak untuk menekan aplikasi galeri di ponsel Jihoon. Lalu satu senyuman terukir di bibirnya saat melihat foto Jihoon yang begitu manis

 Lalu satu senyuman terukir di bibirnya saat melihat foto Jihoon yang begitu manis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Good Bye -- 2park ➡ Love StruggleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang