반복해서 part.4

660 86 25
                                    

" Jihoon . . . Ku mohon bertahanlah, ku mohon jangan menyerah sekarang sayang . . . Aku masih ingin melihat mu tersenyum . . . Semua yang ku berikan belum cukup untuk membuatmu bahagia . . . Maafkan aku, maafkan aku . . . "

Bersalah. Kata itulah yang terus menghantui hatinya, kenapa di saat seperti ini dia tidak bisa berada di sampingnya, airmatanya terus mengalir, matanya bengkak, bibirnya membiru, jantungnya terus berdebar seakan ia bisa merasakan sakit yang di alami Jihoon. Bibir nya terus memanjat kan seuntaian do'a pada Tuhan berharap Tuhan masih mengasihaninya. Dia tidak menyalahkan keadaan, ia hanya tidak habis fikir kenapa di saat kekasihnya berusaha melawan penyakitnya dia tidak ada. Tidak. Woojin bukan lelaki yang hanya ada di saat bahagia. Hanya saja waktu yang mengharuskan pergerakannya terhambat.

" Apa yang harus aku lakukan . . . Jihoon aku minta maaf pada mu sayang . . . Ku mohon maafkan aku "

Seakan tak bisa bergerak, badannya seolah tertancap di tanah.

Seandainya bisa di ibaratkan dengan banyaknya air di laut tak akan bisa membandingi rasa sakit hatinya saat ini. Ia tidak menyalahkan Yerim, ia tidak menyalahkan Chanyeol ia juga tidak menyalahkan ayah dan bunda maupun Mingyu karena tidak mengatakan hal sepenting ini pada nya, ia hanya menyalahkan dirinya sendiri. Dirinya sendiri. Kenapa bisa ia menjadi lelaki pengecut. Di saat kekasih nya terbaring lemah dalam keadaan koma ia tidak ada. Tidak ia juga merasa dirinya bodoh, bodoh. kenapa ia tidak mengerti gelagat keluarga nya yang jelas-jelas sudah membohonginya dan ia hanya mengangguk. Bodoh.

Ia berusaha mengangkat tubuhnya yang terasa lunglai. Berusaha meraih pijakan bangku di dekatnya, tenaga nya sudah habis terkuras karena terus menangis, bajunya kotor, wajahnya kusam karena bekas tetesan airmata. Menyedihkan. Tapi rasa sakitnya saat ini masih belum ada seujung kuku dengan rasa sakit yang di rasakan Jihoon.

Ia berjalan gontai menuju motor nya. Ia ingin pulang, ingin istirahat. Tidak. Ia tidak akan kerumah Jihoon dulu untuk saat ini karena rasa kecewa nya masih memutar-mutar di pikirannya. Ia ingin menenangkan diri sejenak. Ia ingin tidur, siapa tau dengan tidur ia bisa bermimpi bertemu dengan Jihoon yang sedang tersenyum.

.
.
.

Sesampainya dirumah ia melihat rumahnya sepi bahkan lebih sepi dari pemakaman. Orang tuanya tak ada. Tapi Woojin tersenyum, ia senang. Mungkin dengan suasana seperti ini ia bisa merasakan ketenangan.

Ceklek . . .

Pintu kamarnya terbuka, sangat terasa hawa dingin senyap karena lama tak di tiduri sang empu . . .

Kemudian dengan ringan nya ia membaringkan tubuhnya di kasur empuk miliknya, nyaman, sungguh nyaman. sampai kini ia sudah melabuhi alam mimpi nya.


********



" Woojin kejar aku " Jihoon melambaikan tangan nya kearah Woojin

" Sayang tunggu aku " teriak Woojin sambil menjulurkan sebelah tangannya seolah ingin meraih Jihoon yang terus berlari

Mereka terus saja berlari berkejaran seperti anak-anak sambil mengukirkan senyum di masing-masing bibir mereka.

" Ahh Woojin, kau memang pelari yang payah " ucap Jihoon sambil terus berlari kecil

Woojin sudah kehabisan nafas untuk mengejar Jihoon tapi tetap tak bisa ia raih. " sayang tolong berhenti aku lelah " Woojin membungkuk sambil mengibas-ngibaskan bajunya untuk mendapatkan angin.

Jihoon tetap saja berlari seakan tak ada rasa lelah, di raut wajah nya sangat jelas terukir kebahagiaan dan tak ada sedikitpun raut sedih, senyum nya selalu terpatri indah nan elegan di bibir plum nya.

Good Bye -- 2park ➡ Love StruggleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang