Kebanyakan orang akan melakukan Sunnah Nabi pada malam Jum'at, membaca kitab suci, misalkan. Jangan berpikir yang tidak-tidak dulu. Di keluarga pria berwajah manis yang biasa disapa Rere juga sama, setiap malam Jum'at pasti Amma, Abi, dan kakaknya, Tete, akan berkumpul di ruang keluarga untuk melakukannya bersama. Namun setelah ia resmi menetap di Malaysia, hilang sudah kebiasaan itu.Bukan karna si pria bertemu teman-temannya yang jangankan Al-Quran, Iqra saja sepertinya belum selesai-selesai. Ia hanya malas.
Pernah beberapa kali Amma –begitu Rere menyapa sang ibunda—menyalahkan tiga temannya atas perbuatan kejinya. Tapi percuma saja, tak mempan. Untuk Rere teman tak begitu banyak membawa pengaruh. Kalau ia ingin melakukannya, ia akan lakukan tanpa peduli kata teman-teman. Cowok itu memang terlihat lembek, namun untuk masalah mengambil keputusan hanya dirinya yang bisa menentukan secara mutlak.
Sebentar, tidak sepenuhnya ia melupakan kewajibannya, hanya saja ada yang berkurang. Ia tetap beribadah, apalagi mengirim doa untuk orang yang baginya wajib mendapatkan itu. Tapi setelahnya Rere seimbangkan dengan kegiatan duniawi. Seperti sekarang, sehabis sajadah berwarna salemnya ia lipat, cowok yang sudah rapih dengan kaus putih berlapis sweater maroon itu pergi ke salah satu bar di Kuala Lumpur.
Ya ampun, jangan ditiru ya. Nanti dosa kalian makin banyak.
Biasanya Rere tak sendiri, akan ada kawan satu bandnya yang menemani. Tapi khusus malam ini ia tak punya banyak harapan. Ceye sibuk mengurus bunga-bunga yang sedang bersemi di hubungannya dengan Caca, Brian sibuk meminta maaf pada Yura karna tuduhan perselingkuhan yang Rere rasa bukan lagi tuduhan, dan Aska seperti biasa, bermesraan dengan projek kuliahnya. Lagipula siapa yang ingin ke tempat penuh dosa ini di malam Jumat? Hanya Rere.
Bar ini terletak di lantai paling atas sebuah bangunan 32 lantai. Lalu rooftop yang biasa digunakan sebagai helipad akan berubah menjadi lounge menjelang malam hingga dini hari. Rere biasa menghabiskan waktunya di tepi puncak teratas menara itu, sambil menegak minuman berkadar alkohol ringan dan memandang hamparan gedung di hadapannya.
Ya, walau sebenarnya ia cukup bosan karna yang menonjol lagi-lagi Menara Kembar Petronas kebanggaan Malaysia. Tapi yasudah, daripada tak ada kerjaan mumpung esok FOE tidak ada kegiatan kuliah.
Kondisi rooftop cukup ramai untuk ukuran bukan akhir pekan. Mungkin akibat akhir bulan dimana baik mahasiswa maupun pekerja dapat mengisi ulang isi rekeningnya. Tak seperti Rere yang dikirimi uang dari orang tuanya setiap pertengahan bulan. Untung EastCape bisa menghasilkan uang juga, kalau tidak, entah bagaimana nasibnya.
Rere biasa duduk sambil menerawang. Bukan berpikir kapan ia akan lulus, itu sih sampai pada waktunya nanti juga lulus. Toh, ia tak sebodoh itu untuk ditendang dekan FOE. IPK-nya selalau mencapai 3.00 atau bahkan lebih –sedikit. Bukan soang yang sedang mengerami telurnya alias 2.00.
Mengejutkan? Ya, seluruh penghuni EastCape juga tak percaya.
Gelas berukuran sedang ia putar-putar dengan gerakan malas. Sedang tangan satunya bermain ponsel saat Rere merasa kehadiran orang lain di sofa depannya yang ia biarkan kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dramaturgy
Teen Fiction[ COMPLETE ] Menurut teori dramaturgi, kehidupan manusia tak ubahnya seperti panggung sandiwara. Mereka punya peran masing-masing untuk ditampilkan ke khalayak. Tak terkecuali dengan Kenzie. Dalam panggung sandiwaranya ia harus kembali berperan se...