Untuk sebagian orang, Sabtu atau Minggu akan menjadi hari favoritnya. Namun berbeda dengan perempuan kelahiran Jakarta delapan belas tahun silam. Untuknya hari terindah adalah Jumat. Bukan tanpa alasan, tapi jarak dari Jumat ke Senin cukup jauh dan pada hari itu kegiatan kampusnya libur. Paling hanya ada kelas pengganti atau belajar tambahan dengan kakak pembimbing.
Jumat ini juga seharusnya demikian. Tapi namanya juga hidup, yang kita anggap indah bisa saja menjadi sebaliknya.
Kepalanya pusing bukan main, melebihi saat mengerjakan tugas struktur bangunan dengan bayang-bayang sang dosen pengajar yang luar biasa sadis. Ia tak ingat apapun kecuali semalam dirinya dan Rani –teman sekampusya—pergi ke gedung 32. Di sana ia memesan sebuah minuman yang rasanya aneh. Namun karna sayang dengan selembar lima puluh ringgitan yang sudah diberikan kepada pelayan, gadis itu menghabiskannya.
Gadis bernama lengkap Honey Kalani Damanta itu tak pernah mengira kalau yang ia minum ternyata alkohol sampai otak lemotnya menyadari sesaat kepalanya terasa pening.
Pun Honey tak tahu Jumat ini sepenuhnya buruk atau hanya sebagian. Karna terlepas dari kepalanya yang pening, ia merasa badannya sedang terbaring di atas alas yang begitu empuk. Seperti ranjangnya di Jakarta. Bukan ranjang asrama yang setara dengan kasur kapuk para tahanan di dalam penjara.
Apa mungkin pihak kampus akhirnya sadar kalau mahasiswa penghuni asrama lebih sering masuk kelas pagi karna kenyamanan ranjang sungguh minim?
Namun sebelum ia membuka mata ada suara yang memaksanya untuk kembali –pura-pura—tertidur. "Anjir, lo apain nih cewek?"
Sebentar, sejak kapan asrama cewek dihalalkan untuk makhluk berbelalai di bawah?
"Nggak gue apa-apain. Mana doyan."
"Kali?" sahut pria yang berbicara lebih awal dengan nada curiga, "kok bisa ada di tempat tidur lo?"
"Ye, lo paling tau gue gimana."
Ye...?
"Rere, Rere masih aja."
RERE?!!!
Honey memutar otak, berusaha keras mencari deretan temannya yang bernama Rere dan berpasangan Ye. Tapi nihil, ia hanya tahu satu Rere dengan pasangannya Ye –yang kemungkinan singkatan dari Ceye. Tak ada lagi selain...
"KAK KEN—ahh..." Gadis itu langsung membuka mata tanpa mengingat kondisi kepalanya yang hampir terpecah belah. Membuatnya meringis sambil memegang kepala. "Aduh kepala gue..."
"Ck, lo masih hangover. Ja—" Rere yang baru akan memegang pergelang tangannya harus terkejut karna si cewek menghindar dengan sigap. Berguling ke arah berlawanan hingga mendarat sempurna di lantai.
"AWWW!!!"
Sungguh, rasanya ia ingin mengutuk kebodohannya sendiri. Apalagi saat mendengar tawa Ceye menggelegar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dramaturgy
Teen Fiction[ COMPLETE ] Menurut teori dramaturgi, kehidupan manusia tak ubahnya seperti panggung sandiwara. Mereka punya peran masing-masing untuk ditampilkan ke khalayak. Tak terkecuali dengan Kenzie. Dalam panggung sandiwaranya ia harus kembali berperan se...