Sebagaimana wanita pada umumnya, Honey sangat mengapresiasi ketampanan seorang pria. Sejak zaman takaran cowok tampan masih Joshua diobok-obok atau pemeran Sadam di Sherina, sampai muncul Meteor Garden, Justin Bieber, Boys Before Flower beserta para oppa lainnya, One Direction dan sekarang Shawn Mendes. Mereka itu bagai pelengkap hidup Honey yang jomblo sejak lahir.
Bahkan saat memilih jurusan kuliah Honey melakukan research terlebiih dulu. Bukan untuk mencari jurusan mana yang peluang kerjanya banyak, itu sih masalah rezeki saja. Melainkan jurusan mana yang merupakan tambang lelaki tampan. Saat itu ada empat fakultas yang masuk radarnya; DKV, Arsitektur, FISIP, Teknik.
Namun terbentur kemampuan menggambarnya yang kelewat minim, pilihan pertama dan kedua harus dibuang jauh-jauh. Lalu bagaimana dengan FISIP? Ah, Honey tidak suka dengan orasi dan segala hal yang mengharuskan ia pandai berbicara. Jadilah pilihan terakhir yang dipilih. Walau menjadi anak Teknik susahnya minta ampun, setidaknya Honey tak sebodoh itu untuk ditendang oleh dekan FOE. Lagi pula mana ada kuliah mudah? Menyapu saja susah.
Hasilnya jangan ditanya, sungguh menakjubkan. Kira-kira delapan dari sepuluh pejantan di kelasnya berparas mengagumkan. Membuat Honey ingin sujud syukur setiap mendapat kelompok bersama mereka.
Selain di kelas-kelas matkul wajib, Honey rajin memburu mangsanya di acara-acara yang dibuat kampus. Biasanya mereka akan membuka pendaftaran untuk menjadi panitia dan berhubung kampusnya bertaraf internasional, ada saja bule, oppa, atau kokoh-kokoh tampan yang nyangkut di struktur kepanitiaan.
Acara yang dibuat PPI (Persatuan Pelajar Indonesia) juga tak kalah hebat. Maklum, populasi warga Indonesia di sini juga sangat banyak. Jadi hari ini Honey menyempatkan diri untuk datang di rapat pembagian panitia acara A Week For Indonesia –AWFI—acara tahunan yang digelar PPI. Acara ini memakan waktu seminggu penuh dan biasanya sangat ramai karna pelajar asing lain selalu berminat dengan kebudayaan Indonesia yang akan ditunjukan nanti.
Honey sudah mengisi formulir beberapa hari lalu yang menyatakan kalau ia siap menjadi bagian dari kepanitiaan. Di kolom jabatan, ia mengisi sebagai anggota divisi dekorasi. Oh, tentu ada alasannya.
Konon katanya divisi dekorasi akan dipenuhi mahasiswa dari FAED (arsitektur) atau VCD (Visual Communication Design). Aska dan Ceye yang sebenarnya sudah tidak berkuliah di sini juga selalu ikhlas kediamannya dijadikan tempat penyimpanan barang untuk dekorasi atau tempat membuat dekorasi. Jelas sekali Honey tidak akan melewatkan itu. Ia juga butuh penyegaran dari penghuni FOE.
Terlebih ada seorang Maska Nathanael Alden.
Ia sempat bertemu Aska pada awal menjadi mahasiswa baru. Saat itu EastCape menjadi pengisi di acara bonding yang dilaksanakan di daerah Selangor. Gadis itu sudah tak aneh melihat Brian dan Rere, namun saat matanya menangkap Ceye dan Aska, ia menetapkan untuk menjadi setia.
Awalnya Honey menyukai Ceye, lelaki yang penggemarnya lebih banyak dari kutu di hewan liar. Tetapi tak lama ia tahu bahwa Ceye sudah mempunyai kekasih, mahasiswi FAED satu tingkat di atasnya –Caca—kalau tidak salah. Jadi ia memutuskan untuk beralih ke Aska. Untuk apa mengaggumi yang sudah berpenjangga kalau yang bebas masih terpampang dengan nyata?
Gadis dengan rambut terikat asal itu langsung duduk di barisan ketiga setelah tersenyum pada ketua acara. Seperti biasa, ada si duo maut Brian dan Rere juga dan sebagian senior sudah menempati tempatnya di barisan depan.
Omong-omong soal Rere, semenjak ia mengantar Honey pulang, mereka tak pernah mengobrol lagi. Bertegur sapa juga tidak. Bukan mengharapkan juga sih, tapi Honey merasa aneh saja karna Rere yang di apartemen bersamanya berbeda seratus delapan puluh derajat dengan Rere di kampus.
Di kampus Rere sangat pecicilan. Heboh, ceria, hebring lah seperti lelaki pada umumnya yang jiwanya tertukar dengan wanita. Pada waktu luang kalian akan melihat Rere bergelendot manja dengan Brian, Aska –jika sedang berkunjung, apalagi Ceye. Tapi di apartemennya Rere dingin. Ia baik, tentu saja, namun pembawaannya tidak secemerlang di kampus. Lebih terlihat seperti laki-laki pada umumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dramaturgy
Teen Fiction[ COMPLETE ] Menurut teori dramaturgi, kehidupan manusia tak ubahnya seperti panggung sandiwara. Mereka punya peran masing-masing untuk ditampilkan ke khalayak. Tak terkecuali dengan Kenzie. Dalam panggung sandiwaranya ia harus kembali berperan se...