•
•
•
•"Kak Ken, aku mau ngomong."
"Bentar-bentar, Ney."
"Ken, penting."
"Aaahhhhh!!! Plis plis plis..!" Tubuh Rere miring ke kanan, seakan-akan karakter game yang sedang ia mainkan bisa berlari lebih cepat ke arah kanan, menghindar dari kerumunan lawan. "Plisssss!!!!!"
Sementara Honey sudah kesal melihat pacarnya masih saja sibuk main game ponsel padahal ia sudah jelas mengatakan ada hal penting yang ingin dibicarakan di pagi hari ini.
"Anjir, anjirrr! Argh! Nih setan ngapain sih ngikutin gue mulu!"
"Kak Ken."
"Awas! Awas! Minggir keeeekkkk!!!" Honey, masih berdiri di samping Rere, menarik napasnya dalam-dalam. "BAGUS! BAGUS! DIKIT LAGI! HAHAHHA MAMPUS KALAH LO DIKIT LAGI! HAHAH—NEY?!"
Ponsel di tangan Rere dirampas. Padahal, sedikit lagi Rere menang. Ia memandang Honey kesal, tapi tatapan Honey padanya jauh lebih mematikan.
"Kenapa sih?! Hampir menang tadi aku!"
"Oh, marah?" Honey menantang.
"Ya, bukan gitu! Tapikan aku juga udah jarang main game gara-gara tugas akhirrr! Baru juga main lagi!"
"Gak usah ngegas dong kalau gak marah!"
"Kamu yang duluan ngegas!" Rere membalas sama ngotot.
Hubungan tanpa perkelahian memang tidak afdol rasanya. Seperti ada yang kurang lengkap. Begitu pula dengan hubungan Rere dan Honey. Kelihatannya saja adem-ayem. Di media sosial selalu pamer ke-uwu-an. Kenyataannya tidak selancar itu juga hubungan mereka.
Terlebih, Honey dan Rere tinggal satu atap. Semua kebiasaan-kebiasaan buruk satu sama lainnya bukan lagi rahasia. Dan tak jarang kebiasaan itu membuat sang pasangan kesal. Sifat-sifat buruk mereka pun sudah jadi makanan sehari-hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dramaturgy
Teen Fiction[ COMPLETE ] Menurut teori dramaturgi, kehidupan manusia tak ubahnya seperti panggung sandiwara. Mereka punya peran masing-masing untuk ditampilkan ke khalayak. Tak terkecuali dengan Kenzie. Dalam panggung sandiwaranya ia harus kembali berperan se...