•
•
•
•Honey dan Rere tidak terlau lama ada di makam Ibunda Honey. Mereka hanya berbincang sesaat, berdoa, lalu pergi. Keadaan makam Mami tidak jauh beda dengan kepunyaan Yesha, cantik dan terawat. Honey tau ayahnya lah yang merawat makam itu.
Honey tidak ingin berlama-lama di sana. Ia pun yakin Mami tidak ingin Honey lama-lama di sana. Karena suasanya pemakaman bisa menumbuhkan lagi rasa sedih itu. Dan Hoeny tidak ingin dibudakan oleh perasaan sedih.
Matahari yang semakin naik menunjukan eksistensinya membuat cuaca mulai panas. Teriknya menuruk puncak kepala setiap mausia yang tidak dilindungi, termasuk Honey kalau saja tidak ada topi Rere di sana.
Tapi Honey lebih suka seperti ini, hangat lalu panas. Dibanding dingin hingga menyentuh tulang, bisa-bisa ia sakit dalam sekejap.
"Makan dulu, yuk?" Si cowok mengajak seraya merangkul pundak Honey ketika mereka berdua berjalan menuju mobil. "Mau makan apa?"
"Delivery aja ke rumah gue, mau gak?"
"Kenapa? Honey capek, ya?"
"Ngantuk, hehe."
Penerbangannya yang tengah malam memang membuat Honey tidak tidur semalaman. Mereka sampai Jakarta sekitar pukul 2 dini hari, lalu langsung menuju apartemen Rere dan sampai pukul setengah 3-an.
Honey tidak pernah bisa tidur di dalam pesawat. Ia takut, katanya. Lagipula selama perjalanan ia dan Rere terlibat dalam perbincangan dengan topik yang cukup serius. Hubungan sahabat mereka, Brian dan Rani.
Bahkan sampai di apartemen pun waktu mereka habis karena topik yang sama.
Tanpa protes Rere menurut. Ia lantas membiarkan Honey masuk ke dalam mobil. Sementara si cewek langsung menghela napas lega ketika punggungnya bisa bersandar di bangku penumpang mobil Rere.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dramaturgy
Roman pour Adolescents[ COMPLETE ] Menurut teori dramaturgi, kehidupan manusia tak ubahnya seperti panggung sandiwara. Mereka punya peran masing-masing untuk ditampilkan ke khalayak. Tak terkecuali dengan Kenzie. Dalam panggung sandiwaranya ia harus kembali berperan se...