20. Pacaran, yuk!

5.7K 1.1K 733
                                    

•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Sinar kuning redup terpancar dari sela pintu kamar Honey yang sengaja tidak ditutup rapat. Biasanya pintu itu selalu tertutup rapat, atau terbuka lebar jikalau yang punya kamar sedang tidak di sana. Pencahayaannya pun selalu dimatikan oleh sang ayah, demi menghemat tagihan listrik.

Namun kali ini tidak. Bukan hanya ada Honey di dalam, melainkan juga Rere.

Rumah Honey hanya memiliki dua kamar, satu milik ayahnya dan satunya milik Honey. Rumah mereka terlalu sempit untuk menambah satu kamar lagi sebagai kamar tamu. Lagipula di sana hanya ada Ayah Honey dan Honey-nya saja di waktu-waktu tertentu. Tidak dibutuhkan kamar terlau banyak.

Diam-diam Rere bersyukur dengan jumlah kamar yang ada di rumah itu. Karena kalau ada satu lagi, mau tidak mau Rere pasti diminta tidur sendiri. Kalau seperti ini kan tidak ada pilihan lain selain Rere tidur di kamar Honey bersama Honey.

Ya, walau Ayah teman wanitanya itu hanya mengizinkan Rere tidur di lantai dengan karpet atau sofa kecil yang ada di sana, yang penting ia ada dalam satu ruangan dengan Honey.

Bilangnya sih Rere akan tidur di lantai. Nyatanya, namanya juga dua manusia lagi di mabuk asmara, saat Ayah Honey sudah dipastikan tidur, Rere pindah di kasur juniornya. Membiarkan pundaknya dijadikan Honey tempat bersandar saat mereka melewati malam sembari berbincang ringan.

"Kak Ken? Ngantuk?"

"Belum.."

"Pegel ya pundaknya?" Honey menatap Rere penuh khawatir. Tapi, cowok itu malah tersenyum simpul sebelum menggeleng.

"Tidur aja kalau lo ngantuk, gue gak pegel kok."

"Kita kan gak boleh tidur sekasur sama ayah."

"Kan lo doang yang tidur. Nanti kalau gue udah mulai ngantuk, gue pindah ke bawah."

Mungkin karena sudah terlau sering tidur bersama Rere, ada rasa tidak ikhlas di dada Honey saat mendengar ide Rere tadi. Ia ingin tidur bersama Rere, memeluknya seperti ini. Ia percaya Rere tidak akan bertindak macam-macam padanya.

DramaturgyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang