Tepat pukul setengah sepuluh Honey membuka pintu mobil yang sudah membuat telinganya pengang lima belas menit terakhir. Mobil itu terus membuat kegaduhan karna katanya Honey terlalu lama bersiap, padahal perjanjian awal memang Honey akan siap di depan blok asramanya pukul setengah sepuluh.
Ya, siapa lagi yang punya mobil kalau bukan Rere?
Pemuda asal Makassar itu tiba-tiba saja menyuruh Honey untuk ikut berbelanja keperluan dekor AWFI semalam. Tadinya cewek itu tak mau, ia ingin menikmati Jumatnya bersama para pria penyelamat jomblo lewat layar laptopnya. Tapi sayang Rere tak bisa ditolak juga tanggungan kewajiban, jadilah pagi menjelang siang seperti ini mereka sudah beradu tatapan sengit di dalam mobil si cowok.
"Ngapain lo duduk di belakang?" tanya cowok berkaus putih, nyalang. Menatap Honey yang sudah duduk di kursi belakang dengan wajah tertekuk.
Kenzie ini kalau bicara dengan Honey bawaannya mau marah terus. Entah apa salah Honey. Cewek itu sih tak ingat pernah membuat kesalahan.
"Nanti yang duduk depan anak cowok aja."
"Nggak ada, lo sama gue doang yang ke pasar hari ini," jawabnya yang sukses membelalakkan Honey.
Apa tadi katanya? Berdua saja? Ada enam anggota dalam divisi perlengkapan, belum lagi para manusia dekor yang biasanya ikut berbelanja. Kenapa mereka harus berdua?!
"Kok kita berdua aja?!!!" protesnya tak terima, membuat Rere merotasikan bola matanya malas.
"Lo kira semua orang hari Jumat libur?!" tanyanya nyolot. "Buruan pindah ke depan!"
Sialan.
Dengan berat hati Honey keluar dari mobil sedan Rere, lalu membuka pintu penumpang depan hanya untuk dibanting kencang saat tubuhnya sudah aman di kursi penumpang itu.
Perlakuan itu jelas mengundang tatapan murka dari yang empunya. Namun Honey hanya balik menatap tak mau kalah seolah berkata, Apa?! Marah pintunya gue banting?! Membuat Rere memutuskan tak memperpanjang masalah tidak penting ini.
Karna untuknya semakin meladeni Honey, semakin lama pekerjaannya selesai.
"Seatbelt," Rere bergumam, tak di sadari Honey yang telinganya tersumbat headset.
"Seatbelt, Ney."
Gadis di sampingnya masih sibuk bermain ponsel, membuat Rere geram dan dalam satu hentak gerakan pria itu mencondongkan badannya pada Honey. Membeliakan mata gadis itu terlebih saat tangan Rere menyentuh lehernya,
"Kak—"
Untuk menarik kabel headset yang berada di sana.
"Kuping tuh jangan disumpel, makin budeg ntar." Masih dengan kesyokan melanda si gadis, Rere memasangkan seatbelt untuknya. "Pake seatbelt kalau pergi sama gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dramaturgy
Teen Fiction[ COMPLETE ] Menurut teori dramaturgi, kehidupan manusia tak ubahnya seperti panggung sandiwara. Mereka punya peran masing-masing untuk ditampilkan ke khalayak. Tak terkecuali dengan Kenzie. Dalam panggung sandiwaranya ia harus kembali berperan se...