[ COMPLETE ] Menurut teori dramaturgi, kehidupan manusia tak ubahnya seperti panggung sandiwara. Mereka punya peran masing-masing untuk ditampilkan ke khalayak.
Tak terkecuali dengan Kenzie.
Dalam panggung sandiwaranya ia harus kembali berperan se...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
•
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
•
•
•
Rere ini memang patut diberi penghargaan sebagai cowok paling tidak jelas. Masa iya tiba-tiba datang ke asrama Honey hanya untuk membentak dan gilanya mengajak ke Jakarta?
Dia pikir kampus ini milik nenek moyangnya? Bisa seenak itu bolos dengan alasan diajak Rere ke Jakarta?
Juga, memang Honey siapa bisa ia suruh-suruh tidur seperti itu? Walau akhirnya si gadis tetap menurut sih, kan lumayan tidak perlu datang bantu-bantu tanpa berusaha memberikan alasan. Daripada dibawa Rere ke Jakarta tanpa tujuan yang jelas.
Ia juga mengantuk.
Terima kasih deh untuk Rere.
Hari berganti menjadi Selasa. Sama artinya sudah hampir 24 jam berlalu semenjak kedatangan Rere di asramanya yang begitu tiba-tiba. Seharian ini ia tidak melihat Rere dimanapun, koridor FOE, lorong toilet, kelas, bahkan kantin FAED tempatnya dan Brian biasa makan siang.
Membuktikan perkataan Rere yang ingin ke Jakarta kemarin bukan omong kosong.
Tungkai Honey melangkah santai, menginjak rerumputan demi mempersingkat jarak yang ia lalui untuk menuju UNIX. Di sana ia ingin memesan Mie Cina yang enaknya sudah terkenal seantero kampus. Mumpung akhir-akhir ini Honey berhasil menghemat karena asupan makannya sering ditanggung Rere.
Tidak ada Rani untuk teman makan siangnya kali ini. Katanya, gadis itu sedang sibuk berdiskusi kelompok.
Namun saat Honey sudah memasuki area UNIX, ia melihat sosok pria tinggi yang langsung tersenyum lebar saat menangkap bayangannya.
"Oy!" Pria itu memberi isyarat agar Honey mendekat.
"Kak Ceye? Kok tumben?"
"Nunggu Caca selesai kelas nih."
"Kenapa gak di kantin FAED aja? Ada Kak Brian juga tadi."
Ceye bergedik seraya mengambil spageti dengan garpunya, "bosen ah. Btw, lo liat Rere gak?"