12. Pweaseee

5.4K 1.1K 750
                                    

•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Seminggu sudah berlalu semenjak perdebatan Subuh Honey dan Rere. Si cowok masih ingat betul bagaimana ia tidak tidur setelahnya karena terngiang kalimat Honey dan kemarahan gadis itu yang tidak pernah ditunjukan sebelumnya.

Iya-iya Rere sudah berpikir keras kok tentang apa yang dikatakan Honey. Walau logikanya menerima mentah-mentah dan membenarkan, hatinya, sebagian kecil hatinya, masih bersikeras menganggap apa yang ia lakukan selama ini langkah paling tepat.

Maksudnya, ada bagian dari diri Rere yang mengatakan Yesha sudah meninggal, memang ada orang meninggal masih merasakan sakit hati? Jadi, apa yang ia lakukan sekarang ini tidak akan berpengaruh pada Yesha di sana.

Rere ada karena rasa bersalahnya pada Yesha. Rasa bersalah yang ia pikir bisa ditebus dengan 'pengabidian' sayangnya untuk gadis itu.

Semacam, Rere adalah bentuk hukuman atas diri Kenzie sendiri.

Tapi kembali lagi, logikanya kekeuh membenarkan pernyataan Honey. Dan kala dua hal di dirinya itu —logika dan hati—tidak sejalan, kepala Rere serasa ingin pecah.

Rasanya sepusing memikirkan ingin mati tapi banyak dosa, tetap hidup juga percuma karena tidak pernah menjemput pahala.

Pagi itu, saat Rere sudah mulai menata pikirannya, mengesampingkan dulu urusan Yesha —yang kalau dipikir-pikir rekor baru untuk Rere bisa menomorduakan si gadis—ia menunggu jarum jam merayap sampai angka 8.

Bukan karena kelasnya mulai pagi-pagi, tapi ia harus mengantar Honey mengingat anak itu punya jadwal kelas pukul 10 dan dia harus berganti baju di asramanya dulu.

Ini juga aneh, mengantar Honey itu bukan kewajibannya. Tapi, si cowok merasa harus melakukannya.

Tapi kenyataan berkata lain. Pukul 7 sang gadis sudah keluar dari kamar Rere. Jalannya tergesa-gesa sampai tidak lihat keberadaan Rere di meja makan.

DramaturgyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang