•
•
•
•"Kak Kenzieeee!" Honey berteriak kegirangan dengan selembar formulir yang dilambai-lambaikan ke arah Rere. Membuat mahasiswa yang sedang anteng berjalan di sekitar menatapnya aneh.
Tidak peduli, Honey tidak kenal dengan mereka jadi bukan masalahnya kalau orang-orang itu menatap Honey dengan menghakimi seperti itu. Karena sore ini adalah sore paling cerah yang ia rasakan meskipun sedang gerimis.
Bagaimana tidak kalau tugasnya yang berjudul Mengejar Tanda Tangan Pakcik Tampan akhirnya ia selesaikan. Tanda tangan yang seolah harta karun itu akhirnya ada di sisi pojok kanan bawah formulir peminjaman ruang auditorium kampusnya.
Ia berlari kecil, menghampiri senior yang sedang duduk manis menikmati Milo hangatnya di sebuah pendopo dekat dengan ruangan SI Pakcik Tampan. Tidak menghiraukan sepatu putihnya yang sedikit terkena cipratan dari genangan air di jalan sisa hujan deras siang tadi.
"Gimana? Dapet?"
Honey mengangguk antusias, tangannya bergerak memberikan formulir tersebut pada Rere. Bokongnya dibiarkan jatuh duduk di sebelah sang senior seraya sebuah helaan napas lega keluar dari mulutnya.
"Akhirnya..." Honey mendongak, menatap langit-langit pendopo yang kayunya perlu dicat ulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dramaturgy
Teen Fiction[ COMPLETE ] Menurut teori dramaturgi, kehidupan manusia tak ubahnya seperti panggung sandiwara. Mereka punya peran masing-masing untuk ditampilkan ke khalayak. Tak terkecuali dengan Kenzie. Dalam panggung sandiwaranya ia harus kembali berperan se...