Stand By Me - 19

7.8K 998 56
                                    

Naya duduk sembari menopang dagunya dengan tangan. Helaan nafasnya menyatu bersama dengan udara malam yang dingin. Kini, ia berada di rooftop. Hanya inilah tempat gratis baginya. Gratis dalam artian tak ada pengusiran dari siapapun.

Bukannya tak mau bekerja di ruangannya. Tapi sungguh, ruangan itu dipenuhi dengan staff. Jika ingin menulis lirik lagu, maka Naya memerlukan tempat yang tenang.

Tadi sore, ia memutuskan untuk tidak berbagi studio lagi dengan Jungkook. Keputusan yang masih ia sesali sampai sekarang.

Harusnya ia tak marah pada Jungkook tadi. Harusnya ia tak terbawa emosi sampai harus berbicara pada Jungkook dengan nada yang naik 2 oktaf.

Dan sialnya, Naya tak punya kesempatan untuk bertanya; lagu seperti apa yang ingin kau nyanyikan?

Naya mengacak-acak rambutnya frustasi. Sekarang ia tak punya keberanian untuk bertanya tentang hal itu pada Jungkook.

Sementara itu Jungkook tengah duduk sembari menatap layar komputernya. Pria itu mengeluh, berjam-jam ia menghabiskan waktunya hanya untuk bermain Spider Spolitaire-- game komputer default windows, tapi tak satupun babak berhasil ia menangkan.

Jungkook itu rajanya game. Game apapun bisa ia taklukkan. Contohnya saja Bounce, Tetris blitz, Pac Man, Boomberman, super mario man, bahkan sampai game dinosaurus lari-larian dikala internet sedang offline pun berhasil ia taklukkan.

Tapi sekarang? Spider Spolitaire saja ia tak bisa taklukkan? Itu hanya game komputer default windows yang biasanya dimainkan oleh orang-orang yang baru beli komputer/laptop.

Siapa juga yang tidak tahu bermain game buka tutup kartu seperti itu?

Jungkook mengacak rambutnya, frustasi melanda, membuatnya ingin minum obat pereda sakit kepala.

Setelah memutuskan untuk berhenti bermain game mudah tapi sulit itu, Jungkook segera beranjak dari tempat duduknya. Udara segar di malam hari adalah pilihan terbaik untuk menghilangkan stress.

Tepat saat ia membuka pintu studio, Jungkook sedikit terkejut. Pasalnya kini, di depannya berdiri sosok Naya yang penampilannya sudah seperti sosok Cheonyeo Gwishin (처녀귀신)-- Kuntilanak jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia.

"Kau mengagetkanku," keluh Jungkook sembari memegang jantungnya yang berdebar kencang karena terkejut.

Prinsip Jungkook; sayangi jantungmu.

Jungkook segera merubah raut wajahnya dalam sedetik, berusaha bersikap keren di depan Naya, jangan sampai ia terjungkal karena terkejut. Kan jatuhnya jadi tidak keren nantinya.

"Ada apa?" Tanya Jungkook. Pria itu berdehem, pura-pura mengecek kondisi suaranya. Padahal suaranya jernih-jernih saja.

Melihat Naya yang belum membuka suaranya dan hanya menunduk sedari tadi membuat Jungkook menelan ludahnya kasar. Apa benar sosok di depannya kini adalah Cheonyeo Gwishin (처녀귀신)?

"Biar kutebak. Kau mau berbagi studio denganku lagi?" Lanjut Jungkook.

Naya menggeleng, Jungkook bernafas lega. Karena Jungkook tahu jika Cheonyeo Gwishin (처녀귀신) tak bisa menggelengkan kepalanya.

Jika hantu itu sampai menggelengkan kepalanya, bisa-bisa kepalanya patah duluan sebelum gelengan ketiga.

"Lalu apa? Aku tidak meladeni orang bisu," kali ini nada bicara Jungkook sedikit tegas. Jika Naya sama sekali tak mau membuka suaranya, Jungkook memutuskan untuk menutup pintu studio saja.

Membuang waktu jika hanya berhadapan tanpa membicarakan apapun.

"Begini--"
Naya mulai berucap, namun terlihat ragu untuk melanjutkan kalimatnya.

Naya bergulat dengan dirinya sendiri. Ragu, apakah ia harus menanyakan hal itu pada Jungkook? Bagaimana jika Jungkook akan marah dengannya lagi jika ia menanyai hal itu?

Jawaban Jungkook sudah terlintas di kepala Naya; kau pikirkan saja sendiri!
Pasti itu yang akan Jungkook katakan.

"Astaga, kepalaku tambah stress jika berhadapan denganmu," geram Jungkook. Kesal karena Naya belum melanjutkan kalimatnya.

"Lagu apa yang ingin kau nyanyikan? Aku lupa bertanya perihal hal itu padamu. Jika aku menulis lirik tanpa tahu lagu seperti apa yang kau ingin nyanyikan, maka itu semua sia-sia,"
Akhirnya Naya bisa mengutarakan pertanyaan itu. Sesuatu kelegaan kecil bagi Naya.

Jungkook menatap Naya sejenak. Benar juga apa yang Naya katakan padanya. Gadis itu perlu tahu lagu seperti apa yang Jungkook ingin nyanyikan.

"Jika aku mengatakannya, apa kau yakin bisa mengerjakannya?" Pertanyaan menyindir dari seorang Jungkook.

Naya mengangguk pelan, "aku akan berusaha semaksimal mungkin."

🎵🎵🎵

Naya meniup poni panjang yang menutupi dahinya. Tiba-tiba ia merasa dongkol. Ia datang ke studio Jungkook bukan untuk jadi pembantu, tapi untuk mendengar jawaban dari mulut pedasnya.

Naya mengedarkan pandangannya kearah Jungkook, pria itu masih menatap Naya sambil bersidekap. Memberinya perintah untuk memungut kertas-kertas yang berserakan dengan bersih, tanpa ada yang tersisa.

Bersihkan kertasnya! Pungut semuanya! Jangan sampai ada yang tersisa. Jika aku masih melihat satu kertas dengan ukuran apapun itu, akan kucolok matamu!

Naya hanya bisa bergumam dalam hati; untung sayang.

Dengan setengah hati, Naya membuka matanya lebar, memungut kertas-kertas yang entah sejak kapan sudah berhamburan di lantai. Naya masih ingat, sore tadi studio tak sekotor ini.

Ini semua ulahmu, jangan lari dari tanggung jawab. Seenaknya saja pergi dari studio orang tanpa membersihkan kekacauan.

Naya yakin betul jika sore tadi studio tak seberantakan ini. Kertas hanya berhamburan di sofa saja, tak ada satupun yang berceceran di lantai.

Setelah hampir 15 menit berganti profesi menjadi tukang pungut kertas, Naya segera meletakkan kertas-kertas tersebut di atas sofa. Kertas tersebut tertumpuk dengan rapi.

"Sudah selesai. Jadi, beritahu aku kau ingin menyanyikan lagu yang seperti apa," tagih Naya. Ia sudah mengorbankan darah, keringat dan air matanya untuk memunguti kertas yang berserakan di lantai. Jika Jungkook tak mau memberitahunya juga, maka dijamin, Naya akan langsung menghamburkan kertas ini lagi.

Jungkook diam sejenak, terlihat berpikir. Asal Naya tahu, Jungkook juga tak tahu ia ingin menyanyikan lagu yang seperti apa.

Tiba-tiba saja, terlintas di benaknya bayangan tentang gadis bermasker itu. Ia ingin lagu ini dikaitkan dengan gadis bermasker itu.

"Aku tengah mencari seseorang sekarang," pungkas Jungkook jujur, manik matanya bertemu dengan manik mata Naya.

Lagi, Jungkook merasa tak asing kala manik mata mereka bertemu.

"Benarkah? Siapa? Apa jangan-jangan saudara kembarmu yang hilang? Apa kau punya saudara kembar?"

Jungkook ingin memaki, tapi ia harus sabar. Sampai track ini selesai, ia harus tahan dengan si gadis lamban, bodoh dan ceroboh-- Naya.

"Saudara kembar? Dasar penghuni rumah sakit jiwa," setidaknya Jungkook memaki dengan kata-kata yang lebih halus.

Lebih halus bagi Jungkook, tapi kasar bagi Naya. Mendengar jawaban Naya tadi, gadis di depannya kini lebih cocok disebut sebagai pasien rumah sakit jiwa ketimbang produser musik.

Naya menundukkan kepalanya. Miripkah ia seperti pasien rumah sakit jiwa sekarang? Tak adakah hinaan yang lebih bagus dari pasien rumah sakit jiwa?

"Aku mencari seorang gadis yang sangat ingin kutemui,"

🎵🎵🎵

FANGIRL : Stand By Me [ JJK ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang