Aku tak tahu namanya, aku tak bisa melihat wajahnya secara keseluruhan, tapi aku ingat betul manik matanya. Dia.. gadis pertama yang merubah mindset ku. Dia.. gadis pertama yang membuat hasrat untuk bertemu kembali itu membuncah.
Naya tebak, Jeon Jungkook sedang jatuh cinta sekarang. Dari binar matanya saat bercerita, Naya yakin 100% jika Jungkook tengah mengalami apa yang namanya panahan dewi imut-- cupid.
Bagi seorang Fans saat mendengar perkataan ini, apa yang kalian rasakan?
Sakit hati? Kecewa? Sedih?
Naya merasakannya sekarang.Tapi Naya sadar diri, ia hanya Fans yang mendukung sang idola, tidak lebih. Tak patut ada perasaan cinta yang tumbuh.
Perasaan cinta sebagai fans dan idola itu harus tetap tumbuh, itu adalah lem perekat.
Tapi jika perasaan cinta sebagai perempuan dan laki-laki, itu harus dihilangkan.
Dia di depan mata. Tapi dia tak melihatku. Dia mengharapkan orang lain.
"Kau mendengarkan ceritaku tidak?" Tanya Jungkook, merasa sedikit jenuh karena Naya yang sedari tadi malah melamun. Semua itu terbukti karena Naya tak menyahut panggilan Jungkook.
Akhirnya Naya tersadar dari lamunan di malam hari karena cerita Jungkook yang sudah seperti suatu hipnotis. Gadis itu terlihat kikuk karena ketahuan melamun.
"Aku memang melamun, tapi aku bisa mendengar penjelasanmu--" kata Naya cepat, takut Jungkook tambah marah.
"--tapi itu masuk kuping kanan, keluar kuping kiri," lanjut Naya, ia memelankan suaranya, berharap jika Jungkook tak bisa mendengarnya.
Jungkook geram setengah mati. Dia tidak tuli, kupingnya tak bermasalah. Ia rutin kontrol ke dokter THT setiap bulannya. Jadi, suara sekecil apapun ia bisa mendengarnya.
Bahkan suara film yang Jimin tonton diam-diam pun ia bisa dengar dengan jelas.
Pikiran Jungkook melayang saat dimana Jimin tengah menonton sesuatu dari laptopnya.
Jung, mau menonton juga? Ayo gabung. Tutup pintunya rapat-rapat, nanti Yoongi hyung dengar.
Film biru sialan! Matanya ternodai karena Jimin. Dan parahnya, mereka ketahuan oleh Yoongi. Langsung saja pantat mereka memerah karena ditampar Yoongi.
Hei, kalian anak kecil! Berani-beraninya kalian menonton film biru, huh?
Mereka berdua; si bocah baru gede itu ketakutan karena mata Yoongi yang membesar karena marah.
Langsung saja laptop tersebut direbut paksa oleh Yoongi. Jimin berdecak, Yoongi merebut disaat sedang adegan seru-serunya. Sedangkan Jungkook bersyukur, matanya tak jadi ternodai lebih jauh.
Harusnya kalian mengajakku juga menontonnya! Kalian tahu, harus ada orang dewasa jika mau menonton film ini. Dasar anak kecil!"
Semua itu berakhir dengan Yoongi yang membawa lari laptopnya, nonton lanjutan film itu bersama dengan Namjoon. Sedangkan Jimin dan Jungkook memutuskan untuk kembali menonton film biru lewat ponsel canggih keluaran terbaru.
Naya bingung, kenapa sekarang jadi Jungkook yang melamun? Ingin menegur, tapi takut digertak Jungkook. Jadi, Naya membiarkan saja Jungkook bersenang-senang dengan lamunannya.
Jungkook segera tersadar dari lamunan 'pertama kali nonton film biru bersama Jimin lalu ketahuan Yoongi', kemudian kembali mengalihkan pandangannya kearah Naya.
"Aku sudah menceritakannya padamu. Jadi, kau harus berjanji untuk bisa membuat lirik yang kumau," ingat Jungkook. Mau tak mau, Naya menganggukkan kepalanya pelan.
Masih ragu, apakah ia bisa menulis lirik lagu itu? Jungkook itu pria yang sangat mementingkan spesifikasi. Jika liriknya tak sesuai, maka ia yakin Jungkook akan memarahinya lagi.
"Baiklah, kau bisa menger--" perkataan Jungkook terhenti saat mendengar suara perut keroncongan, minta diisi.
Pupil Naya membesar sempurna. Gadis itu lalu memegang perutnya. Suara cacing kelaparan itu berasal dari lambung tak berdosanya.
"Kau belum makan?" Tanya Jungkook. Sudah dibilang, telinganya itu sensitif. Suara apapun terdengar. Dan kini, ia bisa mendengar dengan jelas suara cacing kelaparan dari perut Naya.
"Dari pagi sampai sore aku hanya duduk di studiomu, lalu setelah itu aku beralih ke rooftop untuk melanjutkan pekerjaanku. Lalu--"
"Berhenti," Jungkook memotong perkataan Naya. Bisa-bisa ia stress karena mendengar penjelasan dari gadis yang tengah kepalaran itu. "Sana makan! Aku memberimu waktu makan selama 30 menit. Setelah itu kau harus benar-benar bekerja!"
Naya tersenyum, kemudian segera mengangguk. "Terima kasih. Aku akan kembali tepat waktu!"
Sejurus kemudian, Naya langsung lari keluar dari studio. Di pikirannya hanya satu, Ramyun cup.. Ramyun cup.
"Ramyun cup dengan sosis, Ah.. aku sangat lapar!" Gumam Naya sembari berlari dengan cepat menuju minimarket kecil yang berada di sekitar gedung Bighit.
🎵🎵🎵
Naya menolehkan kepalanya kesamping saat melihat sebuah ramyun cup yang diletakkan tepat di samping ramyun cup miliknya.
Sosok Namjoon sukses membuatnya terkejut.
"Bahagia itu sederhana, kan? Cukup makan ramyun disaat perut lagi lapar-laparnya," Namjoon berkata sambil memperlihatkan dimple manisnya-- ia tersenyum.
Namjoon adalah tipikal orang yang ramah. Naya menyukai sifat Namjoon. Mendengar perkataan Namjoon, ia jadi ingat dengan beberapa quotes yang pernah ia baca.
Kutipan berharga yang keluar dari mulut Namjoon.
Naya menganggukkan kepalanya dan tersenyum, membenarkan apa yang Namjoon katakan. Makan ramyun sewaktu lagi lapar-laparnya adalah suatu kebahagiaan kecil yang berharga.
Namjoon mengeluh, membuat Naya panik. Pasalnya, dengan cerobohnya, Namjoon malah menyantap langsung ramyun yang masih panas tersebut.
"Kau tak apa? Mau kubelikan air dingin?" Naya panik saat melihat Namjoon yang bergerak kesana-sini akibat makan ramyun disaat masih panas-panasnya.
Namjoon mengibaskan tangannya, "tak usah. Kau lanjutkan saja makannya. Aku hanya kaget karena rasanya yang panas."
"Oh ya, aku tahu jika ini terdengar tak pantas. Tapi bolehkah aku bertanya sesuatu padamu?" Kata Namjoon, ia mengaduk-aduk ramyunnya dengan cepat, meniup, kemudian menyeduhnya.
"Tentang apa?"
"Kenapa hubunganmu dengan Krystal berjalan tidak baik?" Tanya Namjoon sembari menatap Naya.
Naya mengaduk-aduk ramyunnya, "aku juga tidak tahu apa yang membuatnya membenciku."
Namjoon mengangguk mengerti. Ini sudah kelewat jauh dirinya ikut campur dalam masalah Krystal dan Naya. Kemudian pria itu tersenyum dan memberi Naya sebuah sosis.
"Mau tidak? Aku beli dua," tawar Namjoon. Tentu saja dengan senang hati Naya menerima sosis yang Namjoon tawarkan untuknya. Perlukah bungkus sosisnya juga ia simpan?
Naya terkekeh saat membayangkan niatnya untuk menyimpan bungkus sosis tersebut.
"Kenapa kau tersenyum?" Tanya Namjoon, heran karena melihat Naya yang tersenyum sembari menatap sosis pemberiannya.
Naya menggelengkan kepalanya, "tidak. Kemasannya lucu. Terima kasih sosisnya."
Naya dan Namjoon sama-sama saling bertukar senyuman, hingga suara deheman menyadarkan mereka berdua.
🎵🎵🎵
Siapakah yang berdehem seperti orang yang lagi butuh permen strepsil?
😆😆😆
KAMU SEDANG MEMBACA
FANGIRL : Stand By Me [ JJK ]
Fanfiction[ COMPLETED ] ✔ Bagaimana jika dongeng dan dunia nyata itu berbeda? Jika di dalam dongeng Alice lah yang mengejar Tuan Kelinci, tapi di dunia nyata Tuan Kelinci lah yang mencari sosok Alice. Namun, apa yang terjadi jika Tuan Kelinci salah mengira? A...