Jika didunia ini Maryam boleh bebas memilih, mungkin ia akan menyalah gunakan perasaan orang lain yang memang tulus untuknya. Pada dasarnya, Maryam hanyalah manusia yang belum mengerti suatu hubungan sepasang kekasih. Walaupun hidupnya dikelilingi banyak makhluk adam, Maryam tak pernah menyadari bahwa mereka menginginkan lebih dari sekedar berteman.
Maryam yang sekarang berbeda dari yang dulu, Maryam yang sekarang sering melakukan hal yang hanya disukai saja, Maryam tidak perduli dengan keputusan temannya.
Kali ini Maryam tampil berbeda dari biasanya, dengan pakaian rapi, sebuah rok bahan hitam dipadukan dengan baju lengan panjang berwarna merah marun, flat shoes hitam dan hijab instan warna hitam polos yang menutupi bagian dadanya.
Beriringan dengan seorang laki-laki yang sudah ia kenal lebih dari tiga setengah tahun itu, Maryam terlihat begitu antusias untuk memasuki pusat perbelanjaan.
Laki-laki yang delapan bulan lebih tua darinya hanya menuruti kemauan sang tuan putri kemana saja. Bahkan sedari tadi, ia hanya membawa belanjaan berupa baju, tas, dan sepatu milik Maryam. Tas selempang yang biasanya dibawa kemana-mana oleh Maryam, kini dibawakan juga oleh laki-laki tersebut.
"Yang ini bagus gak?" katanya sembari membolak balikan sebuah jam tangan berwarna kuning berbentuk Micky Mouse.
"Ih, yang ini lucu, ini aja ya?" kemudian Maryam mengambil jam tangan berwarna hijau yang menarik perhatiannya. Sesekali ia terus menengok kearah belakang agar orang yang diajak bicara menyahut.
"Tapi yang warna merah juga bagus, menurut lu bagusan yang mana?" tanyanya untuk yang kesekian kalinya saat memulai berbelanja.
"Yang mana pun, kalau lu yang pake tetep jelek." terlihat sekali laki-laki yang dibelakang Maryam sangat lelah, dan tidak berstamina karena malas merespon pertanyaan yang seperti panjangnya kereta tak ada hentinya. Apalagi pertanyaannya itu selalu sama dan membuatnya pusing menjawabnya.
"Ih, jahat. Kan ini lucu tau, kayak gua gitu."
"Amit-amit."
"Ya udah gua beli yang cokelat aja deh."
"Allahu Akbar.. " ucap Rifky pasrah, ia bingung dengan selera perempuan satu ini, mengapa tidak membeli pilihan satu atau dua, tetapi mengapa gadis yang sudah hampir dua jam ia temani hanya membeli yang tidak ada pilihannya sama sekali.
Pusing deh.
"Yuk, sekarang gua mau makan nih." setelah melihat Maryam membayar jam tersebut, Rifky langsung mengajak Maryam untuk makan siang.
"Tau aja gua laper, lu yang traktir ya." setelah mengucapkan itu, Maryam menyerahkan plastik kecil yang berisi jam kepada Rifky dan mulai melangkah meninggalkannya.
"Gua bingung, entar cowoknya tahan kagak tuh sama tingkah dia?" Rifky yang ditinggal sendiri belum bergerak malah berbicara sendiri sambil menggelengkan kepalanya pusing.
***
"Untung temen, untung gua gak nuntut minta ganti rugi, selagi ada duit pasti gua traktir sepuas lu dah.""Jangan ngomong gitu napa, kesannya kayak lu minta gua jadi pacar lu, dan lu nuntut gua buat bayar traktiran lu." ucapan Maryam ada benarnya dan salahnya. Rifky membenarkan ucapannya yang menginginkan Maryam lebih dari sekedar teman. Akan tetapi, ia tak pernah keberatan untuk memberi apapun kepada Maryam.
"Males ah ngomong sama lu mah, gak bakal ada ujungnya." Rifky yang tadinya berniat sekedar bercanda malah membuat Maryam terpancing untuk emosi.
"Lu duluan yang mulai, gua dari tadi cuma makan. Lah elu, udah kayak cewek ngomong bae."
![](https://img.wattpad.com/cover/152731132-288-k337701.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Love (Slow Update)
Random"Jika kamu mencintai dua orang, pilihlah yang kedua, karena jika kamu mencintai yg pertama dengan tulus, kamu tidak akan mencintai yang ke dua." Seorang perempuan yang bimbang memilih laki-laki yang pantas untuknya, membuat pikiran buruk dari siapa...