Four

35 10 0
                                        

Disaat yang lain sibuk menyalin dan berlari kesana kemari untuk mencari informasi tentang tugas, aku dengan santai melihat kesibukan mereka yang mengalahkan sibuknya orang kantoran dengan meeting yang akan dilaksanakan beberapa menit lagi. Waktu masuk kelas masih panjang, sekarang masih jam setengah tujuh pagi. Dan sebelum masuk kelas akan ada upacara bendera terlebih dahulu, lalu mengapa mereka sibuk dengan tugas mereka yang memang pekerjaan rumah menjadi pekerjaan sekolah.

"Masuk Yam, jangan didepan pintu." seseorang ternyata melihatku yang tengah menjadi patung dipintu masuk kelas.

Setelah tersenyum dan cengengesan, aku berjalan menghampiri Ulfah yang sudah menyadarkanku dari lautan manusia sibuk. Aku duduk dikursi samping Ulfah, memang saat aku dekat dengan Ulfah kami memutuskan untuk duduk bersama. Bahkan dalam tugas apapun kami sering mengerjakan bersama, kelompok pun kami sering bersama walau guru sudah mengacak absen dan tetap kami selalu bersama. Teman baik akan mengajakmu ke surga. Aamiin..

"Meria belum dateng?" tanyaku kepada Ulfah saat melihat kursi Meria kosong belum terjamah.

"Gak tau deh, tadi dia bilang kesiangan baru bangun."

"Ah, dia mah emang begitu mulu."

Kriiiiiing! Kriiiiiing!

Bel tanda upacara berbunyi, yang tadinya lautan manusia yang sibuk berlari kesana kemari tiba-tiba senyap terdiam dan hanya jeda beberapa detik sebelum lautan manusia menjadi menggila karena panik.

Kelas ajaib.

Seluruh murid berkumpul dilapangan dengan berbaris rapi sesuai aturan dan masing-masing barisan terdapat pemimpin pasukan yang akan mengatur barisan tersebut. Karena tubuhku kurang tinggi-pendek tapi bahenol alias berisi-jadi aku baris paling depan. Yang menjadi pemimpin pasukan adalah Ujang, sang ketua kelas yang letoy, lemot, malehoy. Walaupun begitu kelas kami butuh ketua kelas.

Saat upacara dimulai semua murid tak ada lagi yang bersuara dan mematuhi setiap komando yang diberi pemimpin, namun salah satu teman yang berada dibelakangku bisik-bisik hingga terdengar jelas ditelingaku. Karena aku tidak peduli akhirnya aku hanya fokus kearah depan dan memejamkan mata sebentar sebelum seseorang mencolek lengan kiriku. Aku memutar kepalaku ke kiri, dan mengernyit untuk memastikan siapa yang telah menggangguku. Tidak ada yang mengerti akan tatapanku yang sudah mengedarkan pandangan hingga akhirnya aku kembali fokus kedepan. Mungkin hanya iseng.

Upacara telah usai, semua murid kembali ke kelas masing-masing setelah diberi obat penambah darah bagi yang perempuan, karena di sekolah ini yang paling dominan murid perempuan. Laki-laki hanya bisa dihitung pakai jari.

"Yam!" samar-samar aku mendengar seseorang meneriaki namaku. Aku mencari sumber suara perempuan yang kukenali dari banyaknya murid yang tersisa ditengah lapangan ini, dan akhirnya aku menemukan Dilah melambai kearahku, segera aku menghampiri dan disana ada Lia juga.

"Kenapa?" tanyaku saat sudah sampai dihadapan mereka.

"Biasa, sarapan dulu." setelah mengucapkan itu, Dilah menarikku untuk ke kantin Wa Dedi.

Di tempat Wa Dedi ini selalu ramai pembeli, bahkan tak jarang jika kami sering tidak kebagian makanan yang ada. Dan kalau sudah begitu kami pindah ke tempat yang lain. Karena para pembeli sudah seperti ikan piranha yang tidak diberi makan berbulan bulan. Sekali dapat makanan mereka menyerbu secara bersamaan dan lenyap, habis tak tersisa. Malangnya.

Setelah berdesak-desakan dengan para ikan piranha, akhirnya aku berhasil mendapatkan makanan yang aku mau, yaitu roti rasa cokelat. Hahaha. Tapi, aku belum lihat Dilah dan Lia nih. Jangan-jangan mereka belum keluar lagi dari tadi, gawat nih kalau sampai bel masuk mereka belum keluar juga.

"Woy!" seruan itu milik Dilah. Asal suaranya kenapa dari arah belakang ya?

"Ngapain lu masih disitu?" tanya Dilah sedikit berteriak dan mereka sudah sampai didepan kelas? What? Jadi aku yang ditinggal? Jahat.

Lantai kelas aku dilantai dua, paling ujung sebelahan dengan ruang BK. Kelasku juga dekat tangga kecil yang jarang dipakai untuk jalur para guru lewat, jadi bisa leluasa untuk turun naik.

Aku bergegas untuk naik keatas dan menuju kelas sambil bersungut tak suka dengan Dilah dan Lia yang meninggalkanku sendiri dibawah. Malah mereka cengengesan gak jelas dari tadi, emangnya lucu banget apa!

Memasuki kelas yang ramai kembali sudah biasa, sekarang saatnya duduk ke kursiku yang berada dibelakang Dilah dan Lia. Ulfah mungkin sedang sibuk mempersiapkan pembelajaran yang sebentar lagi akan dimulai, makanya dia gak ada dikelas.

"Gua kira lu udah ke kelas." ucap Dilah disela-sela tawanya yang tertahan.

"Kagak lah." jawabku dengan ketus, dan berjalan angkuh melewati mereka yang sedang cengengesan.

"Duh,sorry banget ya, Yam." ucap Lia tulus.

"Iya Li, gak apa apa." setelah tak ada lagi percakapan akhirnya aku bisa fokus memakan roti yang aku beli tadi setelah duduk dengan nyaman dikursiku.

Disetiap pelajaran pasti ada orang yang mengurus setiap yang guru perlukan seperti pertanggungjawaban atau biasa disebut PJ. Nah, untuk pelajaran pertama ini akan membahas tentang Dasar-Dasar Kefarmasian, yang disingkat menjadi DDK. sebagai PJ harus sudah menyiapkan keperluan guru. Adel dan Ulfah lah sebagai PJ dari mata pelajaran ini.

Saat mulainya pelajaran kami menyimak dan memperhatikan apa saja yang diterangkan guru, disini kami memperbolehkan memanggil guru sebagai keakraban, dan panggilan untuk guru DDK biasanya kami memanggil dengan sebutan Umi.

Mungkin ada sebagian atau beberapa dari kami yang masih tidak paham dari pelajaran DDK ini, tapi sebisa mungkin kami saling membantu dan bekerja sama agar bisa sukses bersama. Kekompakan dari kelas lah yang kami perlukan. Kalau hanya bergantung kami tidak akan bisa menyelesaikannya, maka dari itu kerja sama tim lebih baik dibanding kerja sendiri.

Perlajaran pertama usai hingga bel istirahat tiba, saatnya mengisi pasokan tubuh yang sudah meneriakan makan dibagian perut. Sebagian membawa bekal dan memakan bersama dengan teman, seperti aku yang selalu membawa bekal. Sama seperti Ulfah, Meria, dan Ulan. Dilah dan Lia jarang sekali membawa bekal, katanya malas, berat bawa bekal. Entah lah ya, mereka memang lebay.

"Eh, Gabung sini! Jangan sendiri aja." ajakku saat melihat Dias duduk sendiri dikursinya. Dia memang terlihat pendiam, tapi aslinya enggak kok.

Melihat ia mengganggukan kepala aku tersenyum sampai ia berada dihadapanku. Kami-aku, Ulfah, Ulan, Meria, dan Dias- duduk lesehan dilantai bersama. Sesekali kami berbincang mengenai pelajaran tadi, dan berbincang ringan mengenai asal sekolah.

Bagiku saat dimana waktu terasa paling menyenangkan adalah, bisa tertawa dan bercakap seru dengan teman disekelilingku. Mereka tanpa malu mengungkapkan isi hati mereka, bercakap sesuka hati, hingga keluar candaan yang tak terduga dari mulut mereka. Momen saat ini memang jarang sekali ada, kebanyakan teman hanya saling sibuk dengan ponselnya dan jarang untuk bercakap, bahkan tersenyumpun seadanya.




Second Love (Slow Update) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang