Besok adalah akhir yang tak pernah kau duga. Maka dari itu, aku sudah mempersiapkan semua.
(Besok kita bertemu. Setelah itu tak akan ada pertemuan lagi.) 2.
-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-
Menyesal, itu sudah pasti. Tapi Maryam harus melakukan tugasnya. Ia tidak ingin membagikan kesakitannya kepada pujaan hati. Cukup ia tanam dalam hati dan merasakan apa yang sudah ia perbuat. Mengakhiri bukan sesuatu yang mudah diterima dengan lapang dada.
Sulit sekali rasanya untuk meneruskan langkah kedepan hanya karena seseorang berdiri tak jauh dibelakangnya. Seseorang yang sangat ia rindukan selama sebulan terakhir, seseorang yang rela kepanasan demi menunggunya datang, seseorang yang begitu baik menerima keputusannya tanpa mencegah untuk berbalik meraihnya. Maryam seolah mati rasa dipijakan ke sepuluh. Ia merasakan akan ada retakan didalam dirinya. Ia merasakan panas didaerah matanya. Ia merasakan sesak sekali didadanya.
Haruskah seperti ini. Mengapa Maryam bodoh mengambil tindakan ceroboh seperti ini. Sakit yang dirasa sehingga Maryam tak dapat mendengar sekelilingnya. Ia seolah berada di ruang kedap suara yang hanya mendengar detak jantungnya kian memacu cepat. Seolah bisa saja jantung itu memilih keluar dari tempatnya.
Bukan seperti ini yang ia mau. Bukan diposisi menyerah karena cintanya. Bukan pula untuk mengabaikan panggilan Dimas yang ingin mengantarkannya pulang ke rumah.
Satu setengah jam sebelumnya.
"Kita ketemu di taman yang pernah kamu ajak aku keliling sore." Maryam menghubungi Dimas lebih dulu melalui telepon seluler tanpa basa basi.
"Hah? Dimana? Ngapain?" Dimas urung mengucapkan salam begitu Maryam menjelaskan keinginannya.
"Taman Heulang." Maryam kembali berucap dingin.
"Ngapain?" Tanya Dimas kembali.
"Ada yang mau aku bicarakan."
"Disini aja sih."
"Sampai ketemu disana."
"Lagi—"
Panggilan diputus begitu saja oleh Maryam. Dimas yang belum menyelesaikan ucapannya memaki kesal lantaran tidak suka dengan sikap Maryam yang seenaknya.
"Dih, udah tau lagi social distancing juga." Dimas mendumel sebal.
Maryam bergetar, ia meyakinkan hatinya kali ini untuk mengakhiri hubungannya. Ia kembali menata wajahnya yang sudah dipoles bedak tipis dan lipbalm yang baru saja ia beli kemarin. Ia harus tampil cantik jika ingin bertemu mantan bukan?.
Tinggal menunggu jam, statusnya nanti akan berubah menjadi mantan seorang Dimas Krisna Riandi. Maryam kembali dilingkupi rasa menyesal. Ia sungguh meminta maaf kepada dirinya yang sangat ceroboh karena mengambil tindakan ini.
Kita lihat siapa nanti yang akan bahagia setelah ini. Maryam pasti akan kalah. Sebab ia tahu bahwa Dimas akan bahagia tanpa dirinya.
Waktu menunjukkan pukul 10.12. Sudah seharusnya Maryam berjalan kearah taman yang disana sudah ada seseorang dengan hoodie hitam dan celana jeans navi yang sangat mencolok. Ia tahu, itu adalah Dimas. Pasti ia sudah menunggunya sekitar dua belas menit dari janji awalnya.
Maryam seolah patung yang menatap lurus pada satu titik itu. Kakinya enggan melangkah. Seolah sudah di paku kuat sehingga tidak dapat bergerak kemana pun.
Namun karena egonya terlalu tinggi, tekadnya terlalu kuat. Ia berjalan pasti. Menuju seseorang yang berdiri menjulang diantara lingkaran taman bunga yang cantik dan sebuah ayunan berwarna warni itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Second Love (Slow Update)
Random"Jika kamu mencintai dua orang, pilihlah yang kedua, karena jika kamu mencintai yg pertama dengan tulus, kamu tidak akan mencintai yang ke dua." Seorang perempuan yang bimbang memilih laki-laki yang pantas untuknya, membuat pikiran buruk dari siapa...