Twenty

12 3 0
                                        

Di hari kamis ini. Maryam melakukan aktivitas seperti biasanya. Sekolah, belajar, dan mengerjakan tugas. Butuh sedikit waktu baginya hanya mengerjakan tugas dari sekolah, karena ia merasa sudah menyerah sebelum mencoba kembali. Jujur, Maryam tidak begitu suka dengan pelajaran yang menyangkut kimia. Alhasil, ia lebih senang berbaring di ranjangnya dan memainkan ponselnya.

Sudah lebih dari dua jam lamanya Maryam terus menerus membalas pesan singkat yang membuatnya makin kesal saja. Tidak tahu apa, jika Maryam memiliki jurus andalannya. Menangis dan merengek adalah kebiasaan buruk jika kemauan tidak dikabulkan oleh si pengirim pesan. Parahnya, seseorang itu hanya pasrah dan mengikuti kemauan gadis rewel tersebut.

"Ini udah malem, Yam. Mau sampe jam berapa lagi teleponnya?"

Yang awalnya meminta berbalas pesan, kini Maryam meminta Dimas untuk meneleponnya.

"Sampe, rasa rindu nya hilang. Habis kamu jarang kontak aku duluan, masa' selalu aku yang duluan."

"Aku kan kerja, udah aku kasih tau lama juga. Ngertiin aku lah." bela Dimas masih dengan sabar menghadapi Maryam.

"Ya maaf, kan butuh kamu juga aku nya."

"Bohong banget, gak sama aku aja kamu bebas main sama cowok lain."

"Dih, sok tahu. Emangnya kamu tuh foto-foto sama cewek di sekolah terus." Maryam ingat, saat tadi siang ia lihat postingan baru di status. Dimas berfoto dengan lebih dari empat perempuan memakai seragam baju sekolah yang sama dengan Dimas.

"Kapan aku foto-foto? Aku cuma foto sekali, itu pun bareng-bareng." aku nya jujur.

"Alah, ngeles aja. Bilang aja, sih kalau kamu emang gak mau anggap aku ada. Giliran sama cewek lain kamu foto terus di upload, giliran sama aku gak pernah tuh kamu upload foto kita!"

"Cemburu?" terdengar kekehan Dimas diujung sana.

"Iya lah, terus terang aja aku mah. Mana ada sih, perempuan yang suka diginiin."

"Di giniin? Di apain emang? Aku gak pernah apa-apain kamu,tuh."

"Ish, au ah. Sebel." Dimas tertawa, merasa lucu dengan ucapan marah dari Maryam.

"Sebel sama aku? Apa sama foto aku yang sama cewek lain?"

"Dua-duanya."

"Serakah amat. Satu aja lah."

"Ih, apaan, sih. Dikira lagi pemilihan."

"Udah jangan cemberut, nanti pipinya tumpah." Dimas mencoba menghibur, namun nyatanya salah ucapan.

"Dimas ngeselin!!"

"Emang. Baru tahu?" Resiko sebagai Maryam yang menyukai seorang laki-laki humor seperti Dimas. Jadi ke bawa perasaan terus.

Second Love (Slow Update) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang