Eighteen

19 4 2
                                    

~Pembeda~


Furqon POV

Kenalkan namaku Ahmad Furqon. Aku memiliki seorang kakak perempuan yang usianya tiga tahun lebih tua dariku. Dan aku memiliki adik perempuan berusia lima tahun yang masih taman kanak-kanak. Papaku sudah meninggal sejak usiaku tiga tahun, dan hanya aku laki-laki dikeluarga ini. Mama seorang single parents, usianya masih terlalu muda jika ditinggal seorang suami. Walau begitu, Mama adalah wanita paling tangguh selama ini. Ia membesarkan anak-anak nya dengan hasil kerja kerasnya. Meski adik kecilku adalah hasil dari mantan suaminya. Mama tak pernah mengeluh disaat dirinya bisa mengatasi masalahnya.

Aku yang selama ini membantah setiap perkataan mama selalu menyesal telah berbuat seperti itu. Namun, aku juga heran mengapa hal tersebut terus berulang setiap hari dan setiap saat. Sungguh, aku tak ingin melihatnya bersedih.

Kakak adalah perempuan pertama yang aku benci. Ia dengan seenaknya memerintah dan meminta sesukanya. Hal itu membuatku naik darah setiap saat. Namun, yang aku lakukan hanya mematuhi setiap perkataannya. Jika saja salah atau tidak melakukannya aku yakin saat itu kepalaku atau tubuhku membiru dan sangat sakit. Terlebih saat tatapan matanya yang tajam dan menusuk, membuat perutku mulas dan mataku perih melihatnya.

Berbeda jika sang adik kecilku, dia lebih sering membuatku kesusahan dan merepotkan. Harus sering mengalah dan bersabar. Dengan sifatnya yang aktif membuatku pusing jika pergi dengannya. Karena lengah sebentar dia menghilang dari pandanganku. Kakak dan mama tidak boleh tahu jika aku telah kehilangan jejak sang adik, mereka bisa saja menghabisi ku saat itu juga. Dan lebih parahnya lagi, aku harus berbohong untuk menemukannya. Jika kejadian itu terulang kembali, maka aku ingin terjun bebas saja.

Kata orang, namaku berarti anak satu-satunya yang berbeda. Memang benar, aku laki-laki seorang. Aku juga lebih seperti anak tiri dibanding kakak dan adik tiriku. Mama seolah menganggapku sebagai anak pertama yang harus menjadi panutan. Kakak Perempuanku sering menjadi anak yang paling di elu-elukan, paling dimanja sebutannya. Adikku dianggap sebagai anak tiri, dan memang benar kenyataannya.

Siapa yang tidak iri jika kalian dibandingkan dengan saudara sendiri? Siapa yang senang jika seorang anak bersaing demi membuat orang tua memanjakannya? Bagaimana kejamnya kehidupan keluargaku yang selalu menuntutku menjadi laki-laki berguna untuk masa depannya. Aku memiliki titik lemah dan butuh istirahat. Aku capek dengan pembicaraan keluargaku tentang diriku yang pemalas, bodoh di pelajaran, tidak bisa diandalkan dalam kekuatan, dan menjadi yang terlemah diantara wanita juga perempuan di rumah ini.

Jika saja aku memiliki keberanian, aku ingin membantu masalah mereka para singa betina. Sayangnya, aku pecundang. Aku tidak dapat diandalkan, hidupku sangat suram jika kalian tahu.

Furqon POV end

"Uqon! Mana pembalut gue?!" Teriak sang kakak dari dalam rumah, yang mungkin dapat didengar seluruh kampung.

"Ini." Furqon memberikan kantong plastik berwarna hitam kepada sang kakak.

"Lama banget Lo!!" Tatapan mata tajamnya menjadi makanan sehari-hari Furqon.

Kakak kembali kedalam kamar mandi untuk melanjutkan aktivitas didalam sana, entah melakukan apa Furqon tidak ingin tahu. Sekarang saatnya ia mandi di kamar mandi satu lagi untuk siap-siap pergi mengaji sebelum singa betina mengamuk.

_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_

Kegiatan sehari-hari Furqon hanya sekolah, bermain dan mengaji. Selebihnya kalian pasti tahu sebagai manusia hidup yang memiliki rasa lapar dan haus. Juga membutuhkan tidur cukup untuk kegiatan esok harinya.

Second Love (Slow Update) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang