Maryam Pov
Terkejut dan takut kadang beda tipis, takut dan terkejut yang dialami pasti berbeda, ada yang teriak histeris, bisa juga mata membesar dengan mulut yang membentuk huruf O bahkan selanjutnya bisa teriak juga. Sama-sama membuat organ dalam tubuh sebelah kiri akan bekerja lebih cepat dan membuat napas tak teratur pastinya gara-gara itu.
Yang dilakukan aku saat melihat Dia, adalah terkejut. Tapi, aku hanya bereaksi diam mengatupkan bibir dan membesarkan mata seolah ia hantu paling seram yang pernah aku temui. Hei, bahkan aku belum sekalipun menemukan hal macam hantu apapun, amit-amit. Padahal aku berani loh, gak takut kalau biasa pulang magrib sepulang sekolah di daerah jembatan yang katanya angker itu. Banyak korban jiwa yang meninggal katanya, tapi alhamdulillah aku gak pernah melihat sesuatu yang membuat bulu halus ditubuhku meremang.
Back to topic, saat ini aku berdiri dikeramaian orang yang lalu lalang melewatiku dan seseorang yang berada disampingku sedang berbicara dan bertanya kepadaku. Pandanganku kosong kearah -nya yang membuatku mengatakan ingin pulang sebelum dia melihat kearahku yang sama akan terkejutnya.
"Udah ah pulang aja." ucap ku dengan nada sedikit ngambek agar Dimas yang berada disampingku mengalah dan mau mengikutiku.
Bisa bahaya kalau ketemu Dia.
"Dih, kok pulang? Emang gak jadi makan?" Dimas terus bertanya kepadaku, sedangkan aku hanya berjalan tak mau menengok kebelakang.
"Gak jadi makan?" aku hanya menggeleng keras agar Dimas bisa mengerti keadaanku.
"Mau pulang?" respon ku hanya mengangguk semangat, entah kenapa saat ini aku rasanya tak ingin mengeluarkan kata-kata untuk membalas pertanyaan Dimas. Langkahnya yang tadi berada dibelakangku mulai sejajar dan kami bersisian. Dia menghela napas pelan yang dapatku dengar. Kelihatannya dia mencoba untuk sabar menghadapiku.
"Senyum dulu dong, masa pulang mukanya cemberut gitu?" duh, kamu tuh gak bisa lihat situasi aku ya. Ini lagi tegang, susah buat ngomong. Dimas bujuk aku terus buat ngomong, nanti malah keluar kata-kata yang nyakitin dia lagi.
"Aku bisa pulang sendiri." tuh kan, aku malah ngomong tegas. Padahal lagi tegang ini, bisa gawat kalau Dimas nurutin aku untuk pulang sendiri.
"Loh? Kok kamu gitu sih? Pergi sama aku, pulang juga sama aku." Makasih Dimas udah cegah aku gak pulang sendiri, tadi tuh gak sengaja ngomong begitu.
"Ya udah." akhirnya suara aku mulai terkontrol.
Memang, saat ini kami baru selesai menonton film horor, tapi kenapa hawa tegang yang disekitarku kembali lagi saat tidak sengaja melihat seseorang yang telah lama aku rindukan, seseorang yang selama ini aku tunggu kehadirannya untuk menanti janji yang ia beri. Lama kami tidak bertemu, saat mataku tak sengaja melihat tawa dan senyumnya membuatku merasa seperti tersakiti, entah kenapa. Tapi saat melihat dia bahagia dengan bercanda dan tertawa, itu membuatku merasa ada ribuan lalat menusuk mataku hingga perih dan secara tak diduga kakiku melangkah berbalik tak ingin menemuinya. Mengapa dia seperti tak ada beban dalam pikirannya saat mengucap kata janji yang dulu pernah ia ucapkan kepadaku, seolah janji itu hanya palsu, janji yang hanya aku dan rumput liar panjang yang mendengar.
Aku punya sesuatu didalam tubuhku yang dapat merasakan betapa perihnya saat dia tidak menepati janji, namanya hati kecil. Hati kecil ini mengatakan agar sabar untuk menunggu, namun tubuh ini berkata nikmati saja yang ada didepan matamu, banyak laki-laki lain yang bisa bahagiakan kamu dari pada dia yang jauh pergi. Hampir setiap hari saat aku menyadari betapa bodohnya aku yang tidak mengetahui perasaan nya, aku selalu perang batin. Semua yang dikatakan hati untuk terus bersabar menunggu tak bisa dibantah oleh tubuh yang terus bergerak mencari kenyamanan dengan orang lain. Hingga pada saat SMP aku bertemu dengan laki-laki yang dianggap buruk oleh semua siswa, dia mengajarkan aku segalanya tentang rasa. Namun hubungan itu tak lama berakhir dengan datangnya orang ketiga dalam hubungan kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Love (Slow Update)
Acak"Jika kamu mencintai dua orang, pilihlah yang kedua, karena jika kamu mencintai yg pertama dengan tulus, kamu tidak akan mencintai yang ke dua." Seorang perempuan yang bimbang memilih laki-laki yang pantas untuknya, membuat pikiran buruk dari siapa...