"Ya ampuuuunnn... Kenapa uang mama bisa tinggal tiga rebu." protes sang mama dengan mengeluarkan uang logam sebanyak tiga buah dari tas kecil yang diberikan oleh Rifky.
"Tadi tuh, Iyam kesian sama orang yang di pinggir jalan. Terus uang yang ada didalem tas cuma lima puluh ribu sama tiga ribu logam, akhirnya karena kasian kalo dikasih cuma tiga ribu, jadinya yang lima puluh ribu Iyam ambil buat ke orang kucel itu." Ucap Maryam yang mengucapkannya tanpa dosa.
Sang mama baru akan membuka suara lagi ketika penjelasan dari sang anak yang kelewat tidak tega dengan pengemis yang ditemuinya harus terhenti saat melihat Rifky yang baru saja keluar dari kamar mandi dan berjalan kearah sang mama dan Maryam.
"Tante, aku pamit pulang ya." ujar Rifky sopan, sesekali melihat Maryam yang sibuk mengeluarkan belanjaan yang dibelinya barusan dengan Rifky.
"Eh? Kok pulang, makan dulu yuk, mama udah masak banyak."
"Gak usah repot tante, tadi aku sama Maryam udah makan di Cafe dekat mal."
"Makan diluar kok gak ajak mama, kesel ah."
"Hehe maaf tante, tapi tadi aku udah beliin makanan kok buat tante."
"Oh ya? Mana sini, ih bukan bilang. Tau gitu mama gak masak banyak." sang mama yang memang dekat dengan teman laki-laki Maryam sudah menganggapnya sebagai anak sendiri.
"Cuma makanan biasa di Cafe, nanti kalau mau, tante bisa minta ke aku mau makan di dimana." Rifky memberikan bingkisan bercorak lambang Cafe kepada mama Maryam.
"Duh, makasih ya.. Repot-repot deh udah beliin makanan enak." sang mama cengengesan karena senang, Rifky memang anak yang baik. Sang mama tak pernah melihat Maryam menangis jika bersama Rifky. Cuma kadang mereka bertengkar.
"Sama-sama tante."
Dari banyaknya teman laki-laki yang dikenal sang mama, hanya Rifky yang memang serius berteman dengan Maryam. Mereka dulu sering pergi bersama jika Maryam tak bisa diantar oleh sang mama. Dan respon Rifky tak pernah jauh dari kata sebagai teman harus saling membantu. Sungguh sang mama merasa memiliki anak laki-laki dewasa yang bisa menjaga adik-adiknya.
***
Tadinya Rifky ingin langsung pulang setelah mengantar Maryam kembali ke rumahnya dengan selamat, namun ada sesuatu yang ingin ia bicarakan dengan Maryam sehingga Rifky menunda pulangnya.Maryam masih asik dengan dunianya yang terus menerus membalas pesan dari seseorang diponselnya, Rifky yang melihat menghampiri dan duduk di sofa yang diduduki Maryam yang tengah bersandar di sofa panjang dengan kedua kakinya dinaikkan.
"Ck, ngapain sih masih disini? Pulang sono lu." sambil mengetikkan sesuatu diponselnya, Maryam mencoba mengusir Rifky yang duduk diujung kakinya yang membuat Maryam memudahkan untuk menendang Rifky agar cepat pulang.
Namun saat tendangan Maryam yang makin kencang dan membuat Rifky hampir terjengkang kesisi sofa, ia berusaha memegang kedua kaki Maryam dengan kekuatan sedangnya dan berhasil menghentikan kegiatan tendangan itu.
"Lepasin gak?" galak Maryam.
"Gak." ucap Rifky santai sambil memandang intens Maryam.
Maryam yang terus melotot kearah Rifky mengundang gelak tawa nyaring yang bersumber dari laki-laki dihadapan Maryam. Maryam semakin heran dan kesal dengan Rifky yang malah mengejeknya. Menurut Maryam dari tatapan membunuh yang ditujukan kepada Rifky akan berpengaruh pada ketakutan atau menyerahnya Rifky terhadap Maryam. Namun, mengapa sebaliknya. Maryam mulai merendahkan pelototan matanya dan membuang muka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Second Love (Slow Update)
Random"Jika kamu mencintai dua orang, pilihlah yang kedua, karena jika kamu mencintai yg pertama dengan tulus, kamu tidak akan mencintai yang ke dua." Seorang perempuan yang bimbang memilih laki-laki yang pantas untuknya, membuat pikiran buruk dari siapa...