Nineteen

14 3 0
                                    

Seharusnya dari awal Maryam sadar. Penggemar seorang Dimas Krisna Riandi ada di mana-mana. Setiap dengar nama Dimas, membuat telinganya seakan tertarik dan ingin mendengarkan apa saja yang telah ia lewati selama beberapa hari ini.

Yap, Dimas tidak ada kabar sebelum Maryam yang memulai percakapan. Ia begitu egois menginginkan hanya Maryam yang menghubunginya. Memangnya ia gadis apaan. Dasar. Ih, sebel. Tapi sayang.

Bodo ah, peduli amat dengan Dimas. Mending lanjut nugas aja.

"Iyam, kemarin gua di chat Dimas."

"Ha? Gimana?!" munafik jika ia tidak peduli, ternyata.

"Dia bilang, katanya Maryam kok gak ada kabar. Dia sampe chat gua malam-malam." ucap Lia teman SMP Dimas dulu.

"Oh, ya jelas dong. Gua kan, emang gak se-spesial itu bagi dia buat apa dong?" Maryam jengkel. Mengapa harus chat Lia kalau tau Dimas bisa bertanya langsung padanya.

"Dia pikir gua cewek apaan. Enak aja maunya di hubungi duluan terus." gumam Maryam begitu kesal.

"Mending lu coba dulu chat, siapa tau dia bales."

"Ya kalau gitu, dari kemaren juga gua chat Lia! Masalahnya gua gak mau mulai duluan. Ih, sebel." kekesalan Maryam membuat Lia ciut dan terdiam memperhatikan apa yang Maryam pikirkan.

"Udah lah. Dari pada gua makin sebel, gua chat aja." nah kan pasrah juga ternyata.

Dimas
12.03

Iya?
12.10

Kemarin nanyain aku?
12.10

Iya
12.14

Kenapa?
12.14

Knp? Gpp tuh.
12.15

Oh gitu.
12.16

Iya
12.20

Sumpah ya, lama-lama Maryam bisa botak kalau Dimas bersikap cuek abizzz.

Maryam harus jawab apa? Dimas udah main tutup percapakan aja. Ih, sebel.

Yam, pulang jam brp?
12.30

Weh, gelaseh. Baru mau ditutup aplikasi chat Dimas muncul again.

Jam 3, biasa praktik dulu. Soalnya kan hari rabu jadi banyak barang yg dibawa. Hehe..
12.30

Oh.
12.31

Nanaonan maneh?! Bales singkat amat Tong? Mutilasi nih. Tapi jangan deh, sayang soalnya.

Second Love (Slow Update) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang