Part 5

788 196 14
                                    

Pukul 6:30 malam Shin Hye sudah berdandan siap berangkat kerja. Yong Hwa yang sedang memanaskan makanan untuk makan malamnya di dapur, melihat Shin Hye yang sudah berdandan. Mengenakan rok mini dan blouse murahan yang memperlihatkan puser. Wajahnya menor dengan lipstick menyala sewarna darah... Itu juga kosmetik murahan. Kosmetik dengan merk-merk ternama tidak menyediakan warna-warna norak seperti itu. Yong Hwa tentu tahu, sebab dulu sering mengantar Eun Hye yang fasioneble belanja yang begitu-begitu. Pakaian hingga bulu mata. Dan selera Eun Hye sangat berkelas. Maka lihat saja penampilannya yang high level. Enak dipandang. Sapuan makeup di wajahnya itu membuatnya semakin cantik bukan malah menakutkan seperti ini... Ditambah dengan teknik makeup yang tepat. Shin Hye sepertinya boro-boro belajar mengaplikasi makeup di wajahnya, asal oles saja sehingga hasilnya jadi menyeramkan seperti itu.

Matanya yang sudah belo itu ditambahinya dengan eyeliner untuk mempertegas garis mata, itu sumber kesalahannya. Mata itu jadi sangat tajam. Ditambah pula dengan eye shadow warna terang dan tebal-tebal, membuat matanya tampak berat saat mengedip. Perona pipi juga terlalu merah menyebabkannya seperti habis ditampar security. Sudah wajah cemong kayak Bian Lian~Tari Topeng China, rambut pula diacak-acak seperti sarang burung. Aiuuh... Yong Hwa tidak tega melihatnya. Kasihan plus malu sendiri.

Tapi Hyun Joon tertawa berderaian melihat ibunya berdandan aneh itu. Setiap Shin Hye ajak bicara ia menjawabnya dengan suara tawanya yang lucu. Karena sudah sering melihat penampakan ibunya yang menyeramkan seperti itu, dia tetap mengenali jika itu ibunya.
Tidak lama Cha Ajhumma datang memenuhi janjinya. Yong Hwa sudah di meja makan menikmati makan malamnya. Shin Hye segera berangkat setelah memberitahukan kapan saja harus menyeduhkan susu untuk Hyun Joon kepada Cha Ajhumma.
"Sebentar lagi pasti dia tidur, Ajhumma. Dan tidurnya pulas, dua kali saja sepanjang malam dia bangun untuk minta susu dan pipis." beritahunya.
"Eoh." jawab ajhumma.

Sebelum pergi Shin Hye melongok dulu ke dalam rumah untuk pamit kepada Yong Hwa.
"Aku berangkat dulu, Tn Jung." ucapnya dari pintu.
Yong Hwa menudingnya. Sekali lagi memastikan penampilannya yang meriah itu. Pakaian seksinya dibungkus dengan coat bergambar bunga berbahan tipis namun panjang menyentuh betis. Kakinya dialasi heels setinggi 7 cm.
"Gwenchana?" tanya Yong Hwa.
"Mwoga?" Shin Hye bingung mendapat pertanyaan itu.
"Diluar sangat dingin. Kau baik-baik saja dengan pakain tipis itu?"
"Nde, aku sudah terbiasa seperti ini. Sampai jumpa, Tuan." bungkuknya.
"Eoh."
Shin Hye kemudian berlalu, Yong Hwa terus menatapnya. Lalu terpikir dibenaknya, apa dia sudah makan? Mungkin sudah saat dirinya belum sampai di rumah. Yong Hwa menenangkan dirinya sendiri. 

Lagi pula kenapa harus khawatir, dia bukan anak kecil. Tapi entah kenapa melihatnya seperti itu Yong Hwa merasa benci sekaligus iba. Kenapa harus bekerja di klub? Berapa memang penghasilannya dengan bekerja di klub? Lalu sebagai apa dia disana? Waitress atau melayani pengunjung klub?
Jika sebagai waitress apa harus berpakaian seseksi itu? Tapi bila melayani pengunjung, apa akan bernapsu pengunjung dengan penampilannya yang berlebihan seperti itu? Bisa saja ya. Untuk pengunjung yang se-level dengannya. Faktanya dia memiliki paras yang cukup cantik. Andai saja nasibnya lebih baik, wajah itu memiliki kecantikan alami. Tidak harus repot-repot melakukan operasi plastik, wajahnya sudah sedap dipandang.

Yong Hwa tidak ingin peduli, tapi tanpa sadar benaknya terus memikirkannya. Dari kamar ajhumma terdengar tangis Hyun Joon, lekas ia menghampiri.
"Sebentar, sebentar... Ajhumma ambil dulu." terdengar suara Cha Ajhumma. Tapi tangis Hyun Joon semakin keras.
"Kenapa, Ajhumma?" teriak Yong Hwa dari pintu dapur.
"Eoh, Juin-nim. Ini celananya basah, tidak sabar minta diganti." ajhumma balas berteriak sambil membuka pintu kamar.
"Apa dia ngompol?"
"Bukan. Air minum bekas ibunya tumpah ketendang kakinya, Tuan muda."
"Mh... Apa susunya sudah betul-betul habis?" lanjut Yong Hwa.
"Mungkin hanya tinggal 2 kali seduh lagi, Tuan muda." ajhumma memperlihatkan kardus susu bayi yang hanya tinggal sekitar 4 sendok lagi.
Yong Hwa menatap kardus susu itu, apa itu susu terbaik untuk bayi? Ia kemudian menuding Hyun Joon yang sedang diganti celananya, tangannya bergerak-gerak lincah, begitu pula kakinya digerak-gerakan sambil mulut berceloteh. Sangat menggemaskan.

Yong Hwa menarik ujung bibirnya kecil.
"Kelon tidur, Ajhumma! Bukankah seharusnya dia cepat tidur? Tutup pintunya." perintah Yong Hwa.
"Nde. Selamat beristirahat, Tuan." tukas ajhumma sambil menutup pintu. Yong Hwa kemudian berbalik menutup pintu dapur dan berlalu lurus menuju kamarnya.
🎑

Pagi-pagi itu saat Yong Hwa bangun tidur, ajhumma sudah membuatkannya sarapan. Karena Shin Hye datang sekitar pukul 4 pagi, ajhumma tidak sempat pulang. Melainkan tidur sebentar berbagi kamar dengan Shin Hye sampai langit hampir terang, kemudian langsung melaksanakan tugasnya di rumah itu. Sehingga dia bisa menyiapkan sarapan lebih cepat dari biasa.
"Kapan Ajhumma masak?" usik Yong Hwa melongok meja makan. Hidungnya mencium wangi sedap makanan.
"Sekitar pukul 6, Tuan muda. Ajhumma akan menyelesaikan pekerjaan lebih cepat supaya bisa pulang lebih cepat pula, agar bisa istirahat di rumah." jelas ajhumma.
"Mh..." Yong Hwa mengangguk. "Jam berapa Shin Hye pulang?"
"Tadi sekitar pukul 4, Tuan."
"Dan Ajhumma langsung mengerjakan pekerjaan dapur?"
"Tidak. Tidur lagi sampai langit hampir terang."
"Apa Hyun Joon rewel ditinggal bersama Ajhumma?"
"Tidak, dia tidur pulas seperti yang dikatakan ibunya. Hanya 2 kali dia bangun untuk minta susu dan berganti celana."
"Syukurlah, jadi Ajhumma tidak terlalu banyak begadang."
"Betul, Tuan."

Yong Hwa segera menikmati sarapan yang telah disediakan ajhumma. Shin Hye pasti masih pulas. Kamarnya terdengar sepi. Namun ketika Yong Hwa akan berangkat ke kantor, terdengar Hyun Joon rewel. Lalu terlihat Shin Hye keluar dari kamar sambil memangku buah hatinya. Bayi itu akan dimandikannya. Tampak wajahnya yang masih lelah tapi siapa lagi yang akan mengurus bayinya?
🎑

Keberangkatan Pendeta Cho ke Roma, Italia, akhirnya tiba juga. Melalui telepon ia mengabarkan jadwal keberangkatannya kepada Yong Hwa.
"Apa bisa kita bertemu dulu sebelum Bapak berangkat?" tanya Yong Hwa.
"Keuroum. Jadwal keberangkatannya nanti malam pukul 11, Yong Hwa-ya."
"Apa Bapak sudah makan siang? Maukah Bapak makan siang denganku sekarang?"
"Nde, baiklah. Tapi Nak..." suara Pendeta Cho terhenti.
"Bagaimana, Bapak?"
"Apa kau tidak keberatan jika sambil membawa Shin Hye dan bayinya?" pintanya.
"Bapak tidak bisa menghubunginya karena dia tidak memiliki gadget. Namun jika tidak bisa tidak apa. Sebab kau sekarang berada di kantor." lanjut pendeta lagi.
"Aniyo, Bapak. Aku bisa menjemputnya dulu ke rumah." tukas Yong Hwa.
"Supaya Bapak bisa menasehatinya dulu sebelum pergi, Yong Hwa-ya. Karena Bapak lama akan meninggalkannya." susul pendeta.
"Iya, aku paham. Bapak tunggulah sebentar, aku segera pergi."

Bisa saja Bapak Paul yang disuruh datang ke rumah untuk menemui Shin Hye, tapi Yong Hwa tahu tindakan itu tidak sopan. Maka walau hanya setengah hati, lebih baik ia yang membawa Shin Hye dan bayinya bertemu Bapak Paul. Dan sepanjang jalan menuju rumah untuk menjemput Shin Hye, Yong Hwa memikirkan pakaian Shin Hye. Haruskan ia membelikannya saja agar sesuai dengan keinginannya? Sebab khawatir pakaian seronok lagi yang ia kenakan seperti hendak ke klub. Bukankah saat pertama datang ke rumahnya pun pakaian model begitu yang dipakainya? Mungkin bukan tidak tahu bila berpakaian seperti itu hanya pantas dibawa ke klub, tapi karena dia tidak memiliki pakaian lain. Ketika dia punya uang, pakaian seperti itu yang dia beli untuk menunjang pekerjaannya. Dan bila disuruh memakai pakaian rumah saja, pakaian rumah yang dimilikinya terlalu lusuh. Itu juga memalukan, sementara turun dari mobilnya di restoran tempat orang-orang berduit.

Tapi Yong Hwa juga ingat dengan mantel yang dikenakannya semalam untuk pergi ke klub. Mantel tipis yang pasti tetap membuatnya kedinginan. Yong Hwa menghela napas. Dalam hati mengutuk Bapak Paul, kenapa menitipkan wanita yang membuatnya terus merasa iba.

TBC

Bagaimana tindakan yong? Apakah akan m'belikan shin pakaian atau tdk...???

Next part tak kunci lagi yo... Biar seru😝

When Love GreetsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang