Part 43

601 161 18
                                    

Yong Hwa keluar dari ruang CEO dengan langkah lunglai, meski tercapai kesepakatan baru hasil re-negosiasi tersebut. Dihadapan Jae Joong, entah kenapa dirinya merasa kecil. Sehingga dirinya hanya bisa manut, berbicara sesuai dengan yang perlu mereka bicarakan saja.
Namun tiba-tiba kakinya seperti tersemat di lantai kala matanya tanpa sengaja menangkap sosok yang ia kenali dengan baik. Sosok yang tengah dicari-carinya. Dia tidak melihatnya, namun langkah dia yang semakin dekat ke arahnya membuat wajah itu kian jelas dipenglihatan Yong Hwa. Dia-lah Park Shin Hye.

Selembar dinding kaca yang memisahkan lajurnya dengan lajur yang dilaluinya, membuat Yong Hwa leluasa memandanginya, tapi Shin Hye pasti tidak akan bisa melihatnya. Kantor itu tidak sebesar kantornya, namun setiap sudutnya memiliki penataan ruang yang artistik dan unik. Sekat untuk memisahkan bagian besar ruangan yang lajimnya berupa tembok, dibuatnya oleh kaca 2 arah. Sehingga para atasan dapat melihat tingkah tengil para bawahan yang malas bekerja tanpa mereka ketahui. Shin Hye dengan heel 3 cm dan rok serta kemeja berwarna putih, lalu rambut diikat clean di atas tengkuk. Tangannya membawa satu bundel berkas di dalam stopmap, sepintas orang tidak akan lekas mengenalinya. Namun tidak dengan Yong Hwa.

Seberubah apa pun dia, Yong Hwa akan dapat dengan mudah mengenalinya. Sebab sosok itu terpatri kuat di dalam hati dan benaknya. Mata bulat besarnya, bibir dan hidung, serta belahan pada dagu. Yong Hwa menundukan kepala menatap lantai setelah punggung Shin Hye hilang dibalik pintu. Jae Joong-lah malaikat pelindungnya sekarang. Yong Hwa merasa lega sekaligus lelah.
Lega sebab Shin Hye sudah jelas keberadaannya, tapi dirinya bisa apa untuk menghadapi Jae Joong. Diliriknya pergelangan tangan, waktu bubar kantor tidak akan lama lagi. Yong Hwa segera melangkah keluar.
🎑

Dari belakang kemudi roda empatnya Yong Hwa menatap lurus ke pintu keluar gedung itu. Rasanya ia tidak percaya dengan penglihatannya tadi. Sehingga ia ingin memastikan bahwa yang tadi sempat dilihatnya itu betul adalah Shin Hye. Maka ia akan menunggunya keluar dari kantor IY.
Penampilan Shin Hye berubah total, ini pun pasti Jae Joong yang membuatnya. Lalu bagaimana caranya CEO itu merubah seorang waitress klub malam menjadi karyawan kantornya? Shin Hye punya kualifikasi apa? Bukankah sekolahnya saja hanya sampai SMA? Sebagai apa dia bekerja di kantor ini? Ah, Yong Hwa memejamkan matanya.

Entah kenapa dirinya jadi sebegini dalam memperhatikan gadis itu? Apa ini pertanda dirinya jatuh cinta kepada gadis titipan pendeta itu? Bukankah Shin Hye tidak sesuai dengan kriteria yang ditetapkannya? Beberapa kali Yong Hwa ingin mengingkari apa yang dirasakannya terhadap Shin Hye, namun nampaknya tidak mampu. Awalnya dirinya hanya tidak ingin Shin Hye menderita justru karena pernah tinggal di rumahnya. Selama ini apa yang ia lakukan terhadap Shin Hye, hanya supaya dirinya tidak merasa bersalah. Tapi faktanya, semakin ia peduli hatinya semakin tidak bisa melawan rasa itu.

Nyata bukan semata karena rasa iba, tapi ia tidak ingin kehilangannya. Selama ini bukan karena dirinya ragu, namun ia memang berusaha menolak rasa itu. Karena Shin Hye jauh dari type ideal ataupun kriteria gadis pilihannya. Kenyataannya, semakin ia berusaha menolak justru hatinya semakin tidak bisa melepaskannya. Semakin ia ingin mengingkari, semakin dalam ia merindukannya.

Jam pulang akhirnya tiba, orang-orang berhambur dari dalam gedung. Begitu pun mobil-mobil keluar dari pintu basement. Yong Hwa mencari-cari sosok yang tadi sempat dilihatnya di dalam kantor itu, namun tidak ditemukan hingga hanya tinggal satu-dua orang yang keluar dari sana. Apa dia pulang bersama CEO? Bisa jadi. Yong Hwa akhirnya menyalakan mesin mobil. Namun batal untuk melajukannya kala dilihatnya orang terakhir keluar dari pintu. Park Shin Hye orang itu, dan tidak ada lagi yang lainnya menyusul keluar. Yong Hwa mematikan lagi mesin mobil ketika langkah Shin Hye semakin jauh meninggalkan pintu gedung. Yong Hwa sudah membuka pintu mobil, nampaknya Shin Hye akan pulang sendiri. Dia akan menghampirinya, tapi terlihat sebuah sedan dari basement berhenti tepat di sampingnya.

Melihat itu Yong Hwa batal keluar dari dalam mobil. Apa Shin Hye akan menolak tawaran Jae Joong dan memilih naik bus? Atau justru akan menaiki mobil itu? Yong Hwa berdebar menunggu keputusan Shin Hye. Dan akhirnya ia kecewa. Sebab Shin Hye memilih naik dan duduk disamping Jae Joong yang mengemudi. Yong Hwa melihat mobil itu berlalu seraya memperhatikan ekspresi tersenyum pada wajah mereka. Baru kemudian ia sendiri melajukan mobilnya.
🎑

Yoo Chun masih juga penasaran untuk mengundang Jae Joong makan sambil mengajak Shin Hye. Terlebih setelah mendengar gadis itu sekarang sudah bekerja di IY Corp. Dan karena semuanya sudah kondusif, Jae Joong tidak menolaknya lagi.
"Kau ingat teman baikku Park Sajang bukan? Direktur Jeao Group? Aku pernah mengajaknya ke klub waktu itu." toleh Jae Joong dari belakang kemudi.
"Nde, ingat. Bahkan beliau pernah datang ke klub bersama kekasihnya saat Daebyo-nim sedang berada Busan."
"Ye?"
"Nde, aku masih sangat ingat."
"Mereka mengundang kita makan di rumahnya."
"Kita...?" Shin Hye menoleh wajah Jae Joong.
"Nde, urri."
"Kenapa aku diundang oleh Park Sajang?" Shin Hye masih bingung.
"Dia bilang ingin kenal dengan gadis yang dekat denganku."
"Ahh...." Shin Hye mengurai senyum. "Itu bukan berarti aku, Daebyo-nim." tegasnya tidak percaya.
"Yang pasti juga bukan ibuku. Yoo Chun tahu saat ini hanya kau dan ibuku, wanita yang dekat denganku."

Baru Shin Hye serius menanggapinya.
"Apa kau masih tidak percaya?" tatap Jae Joong.
"Nde."
"Harus Yoo Chun langsung yang mengundangmu?"
"Aniyo, aku tentunya tidak pantas berada diantara Daebyo-nim dan Park Sajang serta kekasihnya."
"Kita bertemu bukan sebagai pimpinan perusahaan, Shin Hye-ya. Tapi sebagai teman."
"Sebagai teman pun tetap saja, Daebyo-nim. Tidak pantas." bantah Shin Hye.
"Aku pernah ceritakan masa laluku padamu bukan? Aku dengan kau tidak ada bedanya, dan Yoo Chun sudah jadi sahabatku sejak aku miskin. Jadi baginya tidak ada masalah status sosialmu seperti apa sepanjang aku pun tidak mempermasalahkannya." tandas Jae Joong, Shin Hye diam. "Otte?" lirik Jae Joong lagi.
"Kapan itu waktunya, Daebyo-nim?"
"Nanti weekend. Mau pergi?"
"Biar aku pikirkan dulu, karena masih ada waktu."
"Jangan mendadak bila setuju ikut. Setidaknya kau harus beli pakaian. Bukan berarti aku tidak suka dengan pakaianmu yang ada, tapi untuk menghormati yang mengundang kita."
"Nde, aguesmidha."

Memang akhirnya Shin Hye tidak menolak pergi. Dan yang dimaksud rumah Yoo Chun, benar-benar rumah atas namanya sendiri, bukan yang ia tinggali bersama orangtua dan adiknya. Saat Jae Joong dan Shin Hye datang ada 3 orang di rumah itu. Empat orang bersama chef.  Mereka sedang asik mengobrol dan langsung obrolan mereka terhenti. Bahkan Yong Hwa matanya langsung melotot. Begitu pula Shin Hye kaget menemukan pria itu juga ada disana.

Tapi tuan rumah ramah sekali menyambut kedatangan mereka. Yoo Chun tampak suka undangannya terhadap Shin Hye tidak ditolaknya. Begitu pula Eun Hye, dia menerima Shin Hye dengan sangat menyenangkan. Satu-satunya yang tampak tidak terlalu suka hanya Yong Hwa. Dia hanya menyambut dengan seperlunya, selanjutnya tidak terdengar banyak bicara seperti sebelumnya.

Jadi mereka sudah sejauh ini? Yong Hwa tidak bisa menyangkal, cemburu. Eun Hye menatap wajah adik sepupunya itu dengan tatapan penuh tanya, ada apa anak ini? Bukankah dia yang menginginkan bertemu Jae Joong dalam acara informal seperti ini? Supaya dirinya mengenal Jae Joong lebih dekat.
"Aku tidak suka Kim Daebyo membawa gadis titipan pendeta itu." keluhnya saat Eun Hye memprotes sikapnya yang kurang ramah terhadap Shin Hye.
"Yang mengundang Nn Park itu Yoo Chun Oppa. Dia tamu undangan kami, kau jangan macam-macam." pelotot Eun Hye.
"Kenapa Park Sajang mengundangnya?" sekarang Yong Hwa tidak paham.
"Karena Kim Daebyo menyukai gadis titipan pendeta itu." tegas Eun Hye membuat Yong Hwa lemas.

TBC

Shin Hye suka Jae Joong juga ga ni kira2...?

When Love GreetsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang