Part 46

633 153 17
                                    

Namun saat diam-diam diselidiki, Yong Hwa tidak menemui siapa pun. Dia juga tampak lebih rileks dan bahagia. Tidak seperti sebelumnya wajahnya seperti didera sakit kronis. Muram dan ngungun. Bibirnya seperti yang sudah lupa tersenyum, selalu saja merengut. Tapi tidak lagi sekarang. Dia bahkan terus merekahkan senyum kala berada pada suatu perhalatan, yaitu ulang tahun sebuah perusahaan yang mengundang mereka. Yong Hwa kala itu dengan tegas menolak saat Seo Hyun mengajaknya pergi bersama.
"Wheo? Apa Oppa tidak diundang oleh Wook Young Group?" tanya Seo Hyun melalui telepon.
"Tentu saja kami diundang. Perusahaan kami adalah perusahaan ekspor-impor terbesar di Korea Selatan, bagaimana mungkin Wook Young tidak mengundang." tukas Yong Hwa.
"Lalu kau tidak mau pergi denganku? Wheo?"
"Aku harus pergi dengan atasanku. Jadi kita pergi masing-masing saja."

Seo Hyun tahu itu hanya alasan saja untuk menolaknya, sebab di tempat itu Yong Hwa tampak berinteraksi dengan semua orang kecuali dengannya. Yong Hwa juga tampak mengobrol akrab dengan Yoo Chun yang datang bersama Eun Hye serta Jae Joong. Mereka tertawa bersama. Seo Hyun sengaja menghampiri mereka. Dan reaksi mereka hanya biasa saja seperti terhadap orang tidak penting.
"Nugu-ya?" Jae Joong bahkan mengernyitkan dahi karena tidak mengenalnya.
"Oppa tidak tahu Han Sung? Aku pewarisnya. Ayahku Seo Kang Min direktur utama Han Sung. Dan nenekku Han Jung Ae adalah pemilik Han Sung Group." jelasnya.
"Ah...."
"Oppa nugu...? Oppa dari perusahaan apa? Apa posisi Oppa disana?" balas Seo Hyun terkesan merendahkan.
"Mh... aku?" Jae Joong menunjuk dadanya sendiri lalu menoleh kepada Yoo Chun yang mengulum senyum.
"Aku ikut dia datang kesini. Dia direktur Jeao..." tunjuknya kepada Yoo Chun.
"Kalau Park Sajang aku tahu, sebab Park Sajang kekasih Eun Hye Eonni. Eonni sahabatku. Betul kan, Eonni?" lirik Seo Hyun pada Eun Hye sambil menggapit lengan Eun Hye.
"Tapi aku tidak kenal denganmu." elak Yoo Chun membuat Jae Joong tertawa. Eun Hye pun melepaskan tangannya dari cekalan Seo Hyun.

Seo Hyun menjadi bahan olak-olokan Yoo Chun dan Jae Joong, sebab mereka sangat tidak suka dengan gayanya yang sok chaebol dan sok orang penting. Tidak sopan pula. Jae Joong tidak mengenalnya tapi dengan sok akrab dia memanggilnya Oppa. Eun Hye sendiri tidak mau membelanya, malah ikut menyeringai kala kedua pria itu mentertawakannya. Seo Hyun kesal, apalagi melihat Yong Hwa pun sama saja dengan Eun Hye, tidak memihaknya. Akhirnya ia pergi dari sana.
"Han Sung? Bukankah Direktur Seo kedua anaknya laki-laki?" kernyit Yoo Chun sambil melihat punggung Seo Hyun yang pergi menjauh.
"Itu anak dari istrinya terdahulu yang sekarang jadi madam Asia Night Klub." jelas Jae Joong. "Dialah yang menyebabkan Shin Hye-ssi pergi dari klub." tambahnya.
"Jeongmal?" tuding Yoo Chun.
"Aku baru tahu wajahnya sekarang setelah dia menyebutkan siapa ayah dan neneknya." tukas Jae Joong.
"Dan dia bilang, dia sahabatmu, Eun Hye-ya. Kau tidak pernah cerita padaku?" Yoo Chun sekarang menatap kekasihnya.
"Untuk waktu yang telah lampau iya. Tapi tentang dia ternyata putri madam klub malam, aku juga baru tahu, Oppa." tukas Eun Hye.

Sementara Seo Hyun bingung, jika ternyata bukan Shin Hye lalu siapa yang membuat Yong Hwa berubah mensikapinya? Tidak ada gadis lain, bukan juga Shin Hye. Malah orang-orang itu mengoloknya, menyebalkan saja. Lalu kemana Shin Hye? Berada dimana sebenarnya perempuan itu? Agaknya harus dicari tahu keberadaannya. Mungkin Yong Hwa mengetahui keberadaan Shin Hye dan diam-diam mereka berhubungan. Barangkali itulah yang membuat sikap Yong Hwa berubah tidak mempedulikannya. Karena tahu Shin Hye aman. Kepala Seo Hyun menjadi panas.

Besoknya Seo Hyun menyuruh orang untuk mencari keberadaan Shin Hye dan apa belakangan berhubungan dengan Yong Hwa. Tidak terlalu mudah menemukannya, meski juga sama sekali tidak sulit. Di hari ketiga, Seo Hyun sudah mendapat informasi Shin Hye berada dimana saat ini.
"IY Corp?" kernyit Seo Hyun. "Perusahaan apa itu?"
"CEO-nya bernama Kim Jae Joong, Agashi. Induk perusahaannya berada di Taiwan. Perusahaan garment terbesar di Taiwan." jelas orang suruhannya itu.
Kim Jae Joong. Seo Hyun mengeja nama itu. Nama itu seperti tidak asing, tapi seperti apa tampangnya? Seo Hyun membuka laptopnya mencari pria bernama Kim Jae Joong yang adalah CEO IY Corp. Dan ia tersentak kaget.

Bukankah dia pria yang sangat menyebalkan di pesta Wook Young? Astaga! Jadi wanita jalang itu ada di perusahaannya? Tapi bagaimana bisa? Kenapa wanita yang jelas jalang itu, yang memiliki anak tanpa menikah dan juga miskin, bisa kenal dengan pria-pria sukses? Apa CEO IY itu juga jemaat Gereja seperti Yong Hwa yang juga dititipinya oleh pendeta? Seo Hyun dengan dada bergolak dan kepala seperti terbakar memikirkan cara untuk menghancurkan wanita rivalnya itu.
Meski tidak dikabarkan dia berhubungan lagi dengan Yong Hwa menurut orang suruhannya, tapi mengingat sikap Jae Joong yang mengoloknya kala di pesta, ia jadi ingin menghancurkan Shin Hye sampai sehancur-hancurnya. Bila mungkin sampai lenyap dari muka bumi. Agar tenang hidupnya. Ia marah yang tiada tara mendengar keberuntungan bekas wanita klub malam itu.
🎑

Yoo Chun melangkah menuju sebuah rumah di dalam gang tidak jauh dari Gereja. Di belakangnya mengikuti 2 orang pria, satu bertubuh kekar memakai stelan jas serba hitam, satu lagi pria bertampang detektif yang menunjukan arah. Dua orang itu pengawal pribadi dan orang suruhannya untuk menyelidiki kelahiran Shin Hye.
Kepala Biarawati memberikan sebuah alamat untuk mencari tahu siapa yang telah melahirkan Shin Hye, tidak mau menceritakannya sendiri. Sebab katanya para biarawati sudah diambil sumpah untuk tidak sembarangan membongkar rahasia jemaatnya. Dan wanita yang ditemui di rumah didalam gang itu pun sama menolak bercerita kepada detektif hanya meminta keluarga saja yang datang baru dia akan menceritakannya.

"Jadi maksudmu wanita yang melahirkan Shin Hye orang yang rumahnya di sekitar Gereja?" tatap Yoo Chun sebelum setuju mengikuti permintaan detektif itu.
"Aniyo. Bukan seperti itu, Sajang-nim. Wanita ini tahu kejadian saat seorang wanita melahirkan di Gereja. Dia bersama para biarawati ketika itu turut membantu."
"Geurae?"
"Wanita ini sudah tua, matanya bahkan tidak bisa melihat lagi karena bola matanya mengecil oleh suatu penyakit. Namun dia seperti menyimpan rahasia besar dan sangat menyesalinya. Bahkan sambil menangis dia mengatakan, bila matanya yang jadi buta itu adalah hukuman Tuhan atas perbuatannya. Sajang-nim harus pergi ke rumahnya, dia tetap mengunci mulut kala saya yang datang." pinta detektif.

Didorong oleh rasa penasaran yang tinggi, Yoo Chun pun memenuhi permintaan wanita tua buta itu.
Rumahnya sempit dan kumuh. Hanya sepetak saja dan kotor. Tidak ada ventilasi membuat suasana di dalam terasa pengap dan panas. Wanita tua itu menempati rumah bututnya berdua dengan cucunya yang masih remaja.
Saat Yoo Chun datang, dia memegang tangan Yoo Chun sambil menangis. Dari rumah yang tidak jauh dari sana datang seorang wanita yang adalah anaknya. Wanita yang datang itu mungkin usianya sama dengan ibu tiri Yoo Chun tapi dia tampak jauh lebih tua.
"Mianhata, urri aga-ya! Jeongmal mianhata!" ucapnya berkali-kali.
"Nde, aku sudah memaafkan Harmeoni. Sekarang katakan apa yang Harmeoni ketahui tentang kelahiran adikku!" pinta Yoo Chun pelan-pelan.

Dia malah sesegukan lagi. Wanita yang adalah anaknya juga sama menangis. Dan kalau tidak salah melihat, wanita anaknya itu menderita keterbelakangan mental. Sebab hanya bersikap bloon dan melihat ibunya menangis turut menangis tanpa paham yang ditangisinya. Yoo Chun sangat tidak sabar ingin segera mendengarkan penjelasan nenek ini, namun tidak tega dengan kondisinya. Maka ia hanya bisa menunggu si nenek kuat untuk bercerita.

Sejurus kemudian terlihat nenek bermata buta itu menghela napas, menguatkan hati untuk memulai bercerita. Menghimpun kekuatan dengan mengisi rongga dadanya oleh udara.

TBC

Readers juga penasaran m'dengar cerita si nenek itu, majjo..?😊

Tunggu Part berikut, oke!

When Love GreetsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang