Part 16

870 163 20
                                    

"Kau jangan pernah bawa-bawa ibuku. Meski kelak kau jadi istri Yoo Chun Oppa, kau tetap musuhku. Aku tidak akan pernah jadi adikmu. Arra?" sekarang dia tampak emosi. Matanya melotot membuat wajah cantiknya tampak menakutkan.
"Aku pun dengan senang hati menjadi musuhmu, sebab walau pun sebagai putri presdir, tapi kau putri dari istri simpanan. Disamping itu kau seorang wanita. Posisimu itu sudah lemah semakin lemah saja." balas Eun Hye tidak mau kalah.
"Noona!" tanpa sadar Yong Hwa menyeru pada Eun Hye. Obrolan mereka itu sudah kelewat batas, terlebih saat ada dirinya yang notabene orang luar.
"Nah, kau lihat sendiri! Sekurang ajar itulah noona-mu itu." Min Young merasa menang. Dan Eun Hye terlihat malu oleh Yong Hwa.

"Mianhe. Makanya supaya aku tidak semakin kurang ajar, bisakah isa-nim menungguku di ruanganmu saja. Supaya urusanku dengan adikku segera beres." Eun Hye akhirnya bicara dengan nada lembut.
"Nde. Segera ke ruanganku. O ya, siapa namamu?" Min Young menuding Yong Hwa.
"Jung Yong Hwa-ismidha, isa-nim." bungkuk Yong Hwa.
"Mianhe, Yong Hwa-ya! Kau harus melihat adegan tidak nyaman tadi." ujar Min Young.
"Ani-midha, isa-nim. Aku yang minta maaf karena sudah mengganggu pagi-pagi."
"Tidak masalah. Senang bertemu denganmu, Yong Hwa-ya."
"Nde." bungkuk Yong Hwa lagi mengantar Min Young meninggalkan ruangan kakaknya.

Sepeninggal Min Young, Yong Hwa menghampiri meja Eun Hye.
"Kenapa obrolan kalian sekasar itu?" tanyanya heran.
"Ceritanya panjang, cepat katakan kau mau apa? Aku harus menemui nenek sihir itu." tukas Eun Hye.
"Noona pun tidak berapa beda dengannya."
"Aku tidak punya waktu banyak, Yong Hwa-ya. Pasti ada hal sangat penting bila kau sudah sengaja datang kesini pagi-pagi begini. Cepat katakan ada apa?"
"Sebaiknya Noona temui dulu dia. Nanti saja kita bicara, sekaligus aku ingin mendengar ada apa diantara kalian? Dia itu calon adik iparmu."
Eun Hye terlihat menghela napas. "Ya sudah, makan siang kita bertemu di tempat biasa." putus Eun Hye.
"Nde, aku pergi."
"Eoh."
Yong Hwa akhirnya pergi tanpa dapat mengeluarkan keluhan di kepalanya, justru menjadi bertambah hal yang ia pikirkan melihat interaksi Eun Hye dengan wanita yang notabene akan menjadi adik iparnya. Mengagetkan saja.
🎑

Sekeluarnya dari ruangan Eun Hye, Min Young lurus menuju ruangan lain bukan kamar kerjanya. Ruangan seorang pria.
"Cepat temukan adikmu! Atau aku akan gila, Seo Joon-ah! Wanita itu semakin besar kepala, aku ingin menunjukan padanya siapa aku sebenarnya." ucapnya begitu membuka pintu dengan napas turun naik.
"Aku juga sedang berusaha mencari, tapi sulit. Masalahnya Pendeta Cho sedang berada di Roma. Dia tidak mau mengatakan Shin Hye dimana." tukas pria itu jengkel.
Pria itu tiada lain Park Seo Joon.
"Aigo... kenapa harus tergantung kepada Pendeta Cho. Kau cari sendiri! Masa kau tidak tahu berada dimana adikmu?" pekiknya.
"Aku meninggalkannya begitu saja saat akan pergi ke Philipina 4 bulan lalu, Min Young-ah. Saat kucari ke kamar sewanya, dia sudah tidak disana. Dia biasanya akan pergi ke Gereja menemui Pendeta Cho, tapi Pendeta Cho sedang berada di Roma sekarang. Aku kehilangan jejaknya." kilah Seo Joon.
"Kau sungguh kakak tidak berguna, Seo Joon-ah! Adikmu berada dimana saja kau tidak tahu. Aku tidak mau tahu, kau harus cepat menemukannya sebelum revisi surat wasiat yang dilakukan Abeoji final. Atau kita tidak akan pernah menikah. Apa kau paham?" desak Min Young.
"Kau pikir aku tidak kalut memikirkan dimana Shin Hye? Aku lebih kalut dari padamu, dimana adikku sekarang berada? Apa dia baik-baik saja dengan bayiku? Aku bahkan tidak bisa tidur nyenyak setiap malam, Min Young-ah." bentak Seo Joon sama cemas.
"Kau mati kalau ada apa-apa dengan bayi itu. Dan kupastikan kita tidak akan pernah menikah jika terjadi apa-apa dengan bayiku." pelotot Min Young menggebrak meja Seo Joon.
Setelah itu dia pergi dari ruangan kekasihnya.

Park Seo Joon mengusap wajahnya. Ia sungguh menyesal telah meninggalkan Shin Hye begitu saja saat harus pergi ke Philipina melaksanakan tugas. Ia tidak berpikir Shin Hye akan sangat kesulitan sepeninggalnya. Dan mana tahu saat pulang pendeta Cho, tempat Shin Hye mengadu, akan pergi ke Roma. Maka sekarang ia kehilangan Shin Hye. Ia tidak menemukan Shin Hye dimana pun. Dan tidak ada orang yang tahu keberadaannya.

Saat ia kebingungan seperti itu, Min Young bukannya membantu malah semakin membuat kepalanya berat. Sebetulnya Min Young-lah yang membuat dirinya jahat terhadap Shin Hye. Seo Joon kenal Min Young saat menjadi anak baru di perusahaan itu. Min Young dengannya berada pada departemen yang sama. Seo Joon tidak tertarik terhadap Min Young pada awalnya. Sebab Min Young kasar dan urakan. Seo Joon terbiasa dengan Shin Hye yang penurut dan lembut. Tapi saat tahu Min Young anak pemilik perusahaan tempatnya bekerja, ia mulai mendekatinya.

Min Young yang juga agak liar itu menyambut cintanya, maka mereka berpacaran. Dan gaya pacaran mereka bikin kuduk meruap. Mereka layaknya pasangan suami istri, mereka begitu gampang keluar masuk kamar hotel, beberapa kali Min Young melakukan aborsi. Hingga suatu ketika mereka batal melakukannya lagi, kala melihat salah satu pasien mengalami perdarahan hebat setelah melakukan aborsi. Dan mau tidak mau Min Young hamil.

Tentu saja Min Young kesal dengan kehamilan itu, ia bahkan tidak mau merawat bayinya setelah lahir nanti. Terlebih ibunya marah mengetahuinya hamil.
"Neo micosso? Gugurkan cepat kandunganmu itu sebelum orang-orang tahu." perintah ibunya.
"Aniyo, Eomma. Aku tidak mau mati. Kemarin aku baru saja melihat wanita mengalami perdarahan hebat karena menggugurkan kandungan." tepisnya.
"Lalu siapa yang akan mengurus bayi itu? Kau ini hanya anak haram presdir, sekarang kau hamil tanpa menikah. Siapa yang sudi menghargaimu sebagai anak pemilik perusahaan ini?" gemas ibunya.
"Aku akan hamil dan melahirkan tanpa diketahui orang, Eomma jangan khawatir. Aku akan pura-pura pergi ke Jepang untuk mengikuti kursus sampai aku nanti melahirkan."
"Lalu anakmu akan kau simpan dimana?"
"Mungkin membuangnya ke panti asuhan atau urusan ayahnya nanti."
Ibunya tidak bicara lagi.

Dengan alasan pergi ke Jepang mengikuti pelatihan, Min Young meninggalkan kantor untuk menjalani kehamilannya. Ia tinggal di rumah Seo Joon. Mendengar niatnya membuang bayi mereka ke panti asuhan, terang Seo Joon tidak setuju.
"Lalu siapa yang akan mengurus bayi ini? Aku tidak mau mengurusnya. Mengandung dan melahirkannya benar-benar sebuah kesalahan." ucapnya.
Seo Joon tidak bicara. Siapa? Jika ibunya sendiri tidak mau, lalu siapa yang sudi merawatnya? Tapi membuangnya ke panti asuhan, ia pun tidak sampai hati.

Tiba-tiba Min Young ingat dengan adik Seo Joon. "Adikmu itu, yang jatuh cinta padamu, pasti akan mau mengurus bayi ini. Seperti biasa saja kau katakan padanya, sebab kau kelak akan menjadi suaminya, maka sekarang dia harus mengurus bayimu." oceh Min Young seenaknya.
"Jangan pernah lakukan! Jangan ganggu adikku." pekik Seo Joon.
"Adikmu... hehe... menggelikan, Seo Joon-ah! Seorang adik yang jatuh cinta kepada kakaknya sendiri? Kau pikir dia menganggapmu sebagai kakak? Aniyo, dia menganggapmu sebagai lelaki makanya dia jatuh cinta padamu." cemooh Min Young.
"Jangan berpikir untuk menyerahkan bayi ini padanya, Min Young-ah!"
"Lalu maumu bagaimana? Kau akan mengurusnya sendiri...? Sebab aku tidak akan." teriak Min Young.
Seo Joon diam lagi.

Dan sore itu, saat hujan turun, Seo Joon tak urung meminta Shin Hye ke rumahnya. Min Young duduk malas di sofa dengan perutnya yang mulai tampak buncit. Tubuh Shin Hye sampai gemetar. Karena dingin akibat kehujanan plus aliran darah ditubuhnya yang tidak stabil sebab hatinya pedih menyaksikan kenyataan itu. Ia tahu bayi di dalam kandungan Min Young adalah benih kakaknya yang ia cintai dengan sepenuh hatinya.

TBC

Nah, klo di 'Justice of Love' Lee, Lee, Lee....
Disini Park, Park, Park..... 😁😝

When Love GreetsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang