Part 4

835 195 9
                                    

Namun sayangnya perasaan Yong Hwa bertepuk sebelah tangan. Eun Hye tidak memiliki perasaan yang sama terhadap sepupunya itu. Eun Hye menyayanginya sebagai kakak terhadap adik. Di pesta pernikahan sepupu mereka kemarin, dengan bangga dia memperkenalkan kekasihnya kepada seluruh keluarga, membuat Yong Hwa langsung patah hati.
"Mwoya..? Dia kekasihmu, Noona?" tatapnya kepada Eun Hye tidak suka.
"Nde. Wheo?" senyum Eun Hye.
"Apa memang pekerjaannya?"
"Dia atasanku di kantor. Bagaimana menurutmu? Dia tampan bukan?" goda Eun Hye yang tahu Yong Hwa cemburu.
"Biasa saja." tukas Yong Hwa buang muka.
"Jangan bilang kau cemburu padanya?" goda Eun Hye lagi.
"Eoh, aku memang cemburu. Teganya Noona lakukan ini padaku." gugatnya.
"Kita ini sepupu, Yong Hwa-ya." peringat Eun Hye.
"Ya, tapi tidak sedarah. Sebab kau bukan anak kandung Samchun dan Immo-ku."
"Tapi bagiku kau seperti saudara sedarah. Kau adikku." tandas Eun Hye.
Yong Hwa diam.

Sejak remaja Eun Hye sudah kerap mengingatkan Yong Hwa untuk membuang perasaan itu. Sebab Eun Hye benar-benar menyayangi Yong Hwa seperti seorang Noona terhadap dongsaeng, tidak lebih.
"Komo pun pasti tidak akan merestui kita, Yong Hwa-ya. Kau carilah teman sebayamu!"
"Kenapa kau tidak mengerti perasaan ini, Noona? Aku tulus mencintaimu. Sebagai namja. Bukan sebagai dongsaeng."
"Kau ini masih remaja, kau perlu bertemu banyak gadis terlebih dahulu untuk meyakinkan, bahwa perasaan yang kau punya untukku bukan seperti yang kau kira." tegas Eun Hye kala itu meragukan ungkapan sayang Yong Hwa.
Karena Yong Hwa belum bertemu dengan banyak gadis, sehingga bisa saja dia keliru mengartikan sayang kepadanya sebagai namja.

Tapi hingga hari itu, hingga Eun Hye memperkenalkan kekasihnya di acara pesta pernikahan sepupu mereka, Yong Hwa nyatanya tidak merubah rasa itu di hatinya. Setelah banyak gadis yang ia kenal, dan banyak sudah yang patah hati karena dirinya tidak membalas perasaan mereka. Cintanya terhadap Eun Hye memang begitu dalam. Namun ia pun harus menelan ludah, sebab Eun Hye mengabaikannya.
Lalu sekarang, disaat ibunya mendesak agar ia segera memasuki mahligai pernikahan, ia pun tidak bisa mengelak lagi untuk mengikuti rencana ibu dan bibinya, yaitu kencan buta supaya dirinya segera menemukan kekasih.

Yong Hwa tidak bisa lagi berkata tidak. Faktanya, tidak ada lagi yang bisa ia harapkan. Dan ia telah berjanji kepada ibunya akan mengikuti kehendak itu. Tiba-tiba sekarang ia harus menampung seorang tuna wisma beranak, mulai hari itu di dalam rumahnya terdengar ada suara tangis bayi. Rumahnya tidak akan lagi sesepi biasa, sekaligus akan sulit baginya mengundang teman special. Sebab bagaimana pun Shin Hye dan bayinya orang lain yang hanya menumpang. Akan banyak cerita nanti yang harus ia jelaskan kepada teman special yang berkunjung ke rumahnya. Bagus bila dia nanti bisa menerima semua ceritanya, bila tidak akan menjadi masalah. Yong Hwa memejamkan matanya. Terlanjur sudah berjanji kepada Bapak Paul bila harus mengusir Shin Hye pergi dari rumahnya. Dan akan sulit juga menjelaskan kepada keluarganya kenapa ia mau menampung perempuan beranak itu di rumahnya. Sebab dirinya bukan dinas sosial. Ah, Yong Hwa mengurut kepalanya yang terasa pening.
🎑

Menepati ucapannya Yong Hwa meminta Cha Ajhumma untuk menjaga Hyun Joon bila ditinggalkan ibunya. Cha Ajhumma menatap bayi lucu itu dengan kerutan kening.
"Nugu-ismikha, Juin-nim?" tanyanya tanpa memalingkan mata dari bayi dan ibunya.
Yong Hwa kesulitan untuk menjawab. Jika ia katakan Shin Hye tamu, kenapa ditempatkan di kamar ajhumma. Jika ia sebut orang selewat, perhatian Yong Hwa luar biasa dengan menyuruhnya menjaga bayinya.
"Perkenalkan, namaku Park Shin Hye. Dan ini bayiku Park Hyun Joon. Kami dititipkan Pendeta Cho di rumah Tn Jung. Aku adalah tuna wisma, Ajhumma." Shin Hye mendahalui menjawab seraya mengasongkan tangan mengajak ajhumma berjabatan.
"Tuna..." ajhumma tidak lanjut.
"Nde, malam hari aku bekerja di klub, oleh sebab itu aku meminta bantuan Ajhumma untuk menjaga Hyun Joon selama aku tinggalkan. Sebab Tn Jung melarangku untuk membawanya ke klub." jelas Shin Hye lebih rinci. Ia tahu Yong Hwa berat lidah untuk menyampaikannya kepada ajhumma.
"Ye...? Membawa bayi ke klub?" ajhumma pun terkaget mendengar penuturannya itu.
"Aku akan bayar Ajhumma jangan khawatir. Jika Ajhumma bersedia, lakukan mulai malam nanti." ucap Yong Hwa.
"Mm... nde. Akan dicoba, Tuan muda." angguk Cha Ajhumma sambil lagi-lagi menuding Hyun Joon yang tersenyum kepadanya. Lalu menuding pula Shin Hye yang baginya sangat aneh mendengar pengakuannya itu.

Seorang tuna wisma, bekerja di klub malam, dititipkan Pendeta dan memiliki bayi? Lalu kemana suaminya? Atau bayi ini hasil hubungan terlarangnya dengan salah satu pengunjung klub? Bukankah dia bekerja di klub? Tapi kata 'dititipkan pendeta' mengusik sekali.... Dan tuan mudanya kenapa mau-maunya menampung wanita seperti ini? Apa karena pendeta yang menitipkannya? Padahal yang ia tahu majikannya adalah pria religius.
Meski benaknya disesaki berbagai pertanyaan, ajhumma menelan kembali seluruh pertanyaan itu. Shin Hye ditempatkan di kamarnya yang notabene diluar rumah, adalah jawaban Yong Hwa tidak sembarang memasukan orang ke rumahnya. Mungkin dia tidak bisa menolak permintaan pendeta yang menitipkan anak beranak itu. Walau hatinya sesungguhnya ingin menolaknya.

Ah, ajhumma tidak sepatutnya turut campur dengan urusan majikan. Selain hanya mematuhinya saja atau menolak bila memang tidak mampu mengikuti perintah majikan. Shin Hye mengurai senyum lembut menatap wanita berusia sekitar 40 tahun itu. Yang serba aneh menatap mereka.
"Mohon maaf, kamar Ajhumma jadi disesaki kami." ucap Shin Hye tidak enak hati.
"Aniya amuthu. Karena Tuan Muda yang mengaturnya." geleng ajhumma.
Setelah ada kesanggupan dari pelayannya, Yong Hwa meninggalkan mereka. Bersiap untuk berangkat ke kantor.
🎑

Tinggal di kamar ajhumma Shin Hye menyesuaikan diri, saat Hyun Joon tidur ia membantu pekerjaan ajhumma. Karena majikan yang dilayaninya seorang lajang, tidak banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Sebelum tengah hari pun pekerjaan ajhumma sudah selesai.
"Aku akan kembali nanti malam saat kau akan berangkat. Jam berapa kau berangkat?" tanya Cha Ajhumma sesaat sebelum pulang.
"Pukul 7, Ajhumma. Aku berangkat pukul 7." jawab Shin Hye.
"Nde. Aku pulang dulu, Shin Hye-ssi."
"Iya, Ajhumma. Terima kasih." Shin Hye membungkukan badan mengantar Cha Ajhumma meninggalkan rumah.

Shin Hye merasakan kekurang-ramahan ajhumma itu. Tapi bisa dipahami, kamarnya ia ambil. Pekerjaannya juga bertambah dengan harus menjaga bayinya di malam hari selama ia tinggalkan. Meski gajinya juga otomatis akan bertambah, tapi siapa yang suka dengan hal itu? Lain cerita jika bayi yang harus dijaga itu adalah bayi Yong Hwa, pasti akan dengan senang hati ajhumma melakukannya.
Seorang bayi wanita selewat yang bahkan entah berasal dari mana. Bukan seperti wanita baik-baik sebab bekerja di klub malam. Dan tidak jelas siapa ayah bayi itu. Itu semua tadi yang Shin Hye dapat simpulkan dari sikap ajhumma terhadapnya. Tidak ramah dan bicara sangat seperlunya. Malah tampak tidak suka kala Shin Hye membantunya.

Tapi belakangan Shin Hye sudah terbiasa dengan sikap tidak ramah orang-orang terhadapnya. Ia tidak merasa sedih atau sakit hati lagi. Ia hanya akan sedih dan sakit hati bila tidak bisa membelikan Hyun Joon susu dan mengganti pakaiannya yang cepat sekali sempit. Maka ia akan mengesampingkan segala malu dan menahan diri untuk menerima sikap tidak mengenakan apa pun yang ditunjukan padanya, asal buah hatinya dapat melanjutkan hidup. Ia tidak harus menyesali apa pun yang terjadi dalam hidupnya. Tuhan sedang mengujinya, dan ia harus dapat melewatinya. Sebab Tuhan maha mengetahui kemampuan setiap makhluk, dan tidak akan memberikan ujian diluar batas kemampuan makhluknya. Berangkat dari keyakinan itu Shin Hye tetap tegar.

Hanya cibiran atau ketidak-ramahan sikap orang-orang, tidak akan meruntuhkan mentalnya untuk tetap bertahan. Sebab dibalik itu orang-orang berhati malaikat tetap ada di sekitarnya. Orang seperti Pendeta Cho dan Jung Yong Hwa, tetap bersedia mengulurkan tangan kepadanya. Taengitha!
🎑

TBC

When Love GreetsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang