Part 28

953 177 13
                                    

"Uang yang kuberikan juga kau tinggalkan? Padahal dompetmu pasti muat untuk membawa uang yang kuberikan." damprat Yong Hwa.
"Aku tidak bisa menerima uang sebanyak itu dengan cuma-cuma. Kalau memang Tn Jung khawatir padaku, seharusnya jangan menyuruhku pergi. Karena aku tidak mengemis pada Tuan." tangkis Shin Hye membuat Yong Hwa langsung bungkam.

Tidak disangka akan berani melawan seperti itu.
"Mianhe, jeongmal mianheyo!" akhirnya ucapnya. "Aku mengaku salah karena telah menyuruhmu pergi dari rumahku."
"Lupakan! Aku bisa memakluminya kok. Posisimu sulit kala itu. Wanita mana memang yang suka kekasihnya memperhatikan wanita lain." tukas Shin Hye.
"Aku tidak suka kau bicara begitu!" belalak Yong Hwa. Shin Hye diam. "Apa benar Hyun Joon sudah diambil orang tua kandungnya?" tanyanya meski sudah mengetahui.
"Eoh."
"Dan kau memberikannya begitu saja?"
"Aku tidak punya pilihan. Hyun Joon menderita hidup bersamaku. Semoga dengan orang tua kandungnya dia tidak menderita."
"Lalu kenapa dulu kau menyembunyikan fakta bahwa Hyun Joon bukan anak kandungmu?"
"Karena tidak ada yang bertanya. Kau pun tidak bertanya Hyun Joon aku yang melahirkannya atau bukan."
Yong Hwa diam, hatinya membenarkan.

"Kau tinggal dimana sekarang?"
"Di rumah Madam Lee."
"Bagaimana statusmu tinggal disana?"
"Cuma-cuma, sama dengan disini dulu."
"Kau akan selamanya tinggal di rumah Madam?"
"Hanya sampai Bapak Paul kembali dari Roma."
"Setelah itu?"
"Aku belum pikirkan."
Yong Hwa tidak bicara lagi.

"O ya, sudah larut, Tn Jung. Aku harus kembali ke klub." Shin Hye berdiri.
"Apa kau tidak akan membuatkanku makanan? Setelah muntah aku jadi lapar sekarang." cegah Yong Hwa cepat. Nyata tidak mau ditinggalkan.
"Aku bilang ramen-nya dihabiskan."
"Aku tidak ingin makan ramen. Buatkan aku nasi goreng kimchi!" pintanya.
Shin Hye tidak membantah, sambil dibawanya wadah bekas Yong Hwa makan yang masih bersisa.

Dan Shin Hye sudah menyelesaikan pekerjaannya membuat nasi goreng kimchi, saat Yong Hwa turun dari kamarnya. Sambil tangannya menjinjing tas karton.
"Jangan kau tolak lagi! Pake ini, suhu semakin dingin." ia menyerahkan tas itu.
"Ige mwoya?" Shin Hye melongok isinya.
"Bagaimana kau akan kembali ke klub?" Yong Hwa tidak mempedulikan pertanyaan Shin Hye.
"Aku bisa naik taksi."
"Sudah kau telepon?"
"Aku tidak punya ponsel."
"Aigo... jaman gini tidak punya ponsel itu aneh." Yong Hwa merogoh smartphone dari saku kimono tidurnya. Ia meminta taksi menjemput ke rumahnya.
"Pergilah dengan hati-hati!" pesannya.
"Eoh. Terima kasih, Tn Jung. Terima kasih juga mantelnya." Shin Hye mengacungkan tas itu.
"Kalau bisa pake celana panjang kalau malam begini biar tidak dingin. Toh pake rok mini gitu pun tidak ada yang melihat sebab kau selalu berada di belakang bar."
Shin Hye tersenyum geli. "Eoh. Aku pergi!" pamitnya sambil berjalan ke pintu.
Yong Hwa menatapnya sampai pintu tertutup kembali.
🎑

Shin Hye memang berencana tinggal di rumah Madam Lee dan bekerja di klub hanya sambil menunggu Pendeta Cho kembali dari Roma. Setelah tidak ada Hyun Joon yang harus ia urus, ia merasa hidupnya tidak punya tujuan. Dulu, kala hatinya begitu sedih. Kala mengetahui Seo Joon malah berpacaran dengan Min Young dan gaya pacaran mereka yang mengumbar kemesraan bak pasangan menikah, hatinya hancur. Ia mengira Seo Joon akan seperti ayahnya alias ayah angkat Shin Hye~Pendeta Simon Park. Yang alim dan bertanggung jawab. Maka ia tetap mengharapkan Seo Joon untuk menikahinya.

Tapi ketika fakta yang terjadi seperti itu, Shin Hye sangat frustasi. Begitu frustasinya, dirinya berpikir untuk menjadi Biarawati saja. Tapi Bapak Paul malarangnya untuk mengambil keputusan gegabah. Dalam kondisi emosinya sedang membara.
"Memutuskan menjadi seorang biara harus oleh kepala dingin dan hati yang rela. Bukan atas dasar sakit hati dan kemarahan. Kau sekarang dalam keadaan marah, itu bertentangan dengan konsep biara itu sendiri." jelas pendeta.
Shin Hye hanya menangis kala itu.
"Kau ini masih muda, masih banyak kesempatan yang bisa kau raih. Kakakmu bukan satu-satunya pria di dunia ini. Bergaullah dengan baik, nanti kau akan bertemu dengan jodohmu." nasehat Pendeta Cho yang mampu menyulutkan semangatnya lagi.

Dan benar yang dikatakan Pendeta Cho, Shin Hye harus mengurus seorang bayi, dan ia terpaksa bekerja di klub malam, karena tuntutan harus menghidupi Hyun Joon. Saat itu ia bertemu banyak orang, tepatnya bertemu banyak pria. Mulai dari pria hidung belang sampai pria frustasi yang datang ke klub. Jae Joong adalah salah satu pria frustasi itu.

Jae Joong kerap datang ke klub dan meneguk minuman keras hingga pingsan. Tanpa id card di dompetnya, pingsannya pria tampan itu sangat menyusahkan. Akhirnya Shin Hye membagi ruangan sempitnya di belakang bar~tempat ia menidurkan Hyun Joon, untuk menidurkan Jae Joong. Kejadian itu berulang hingga berkali-kali. Hingga suatu pagi, Jae Joong terbangun dan melihat yang dilakukan Shin Hye terhadap buah hatinya.

Dari mulai memandikan Hyun Joon, memasakan makanan dan menyuapinya. Setelah itu semua selesai, ia siap pulang.
"Kau setiap hari seperti ini?" tanyanya yang baru bangun dari tidur nyenyaknya setelah mabuk semalam.
"Eoh." jawab Shin Hye tersenyum.
"Dia tidak masalah kau bawa bekerja di tempat seperti ini setiap malam?" Jae Joong kaget.
"Dia tidak punya pilihan, daripada kelaparan." lagi jawab Shin Hye ringan.
"Kemana ayahnya?"
"Geughe... Selesai, Hyun Joon-ah! Pintarnya permata Eomma. Karena Hyun Joon makannya pintar pagi ini, ayo kita pulang, Sayang!" Shin Hye tidak mau menjawab dengan berlagak memuji bayinya yang menghabiskan bubur.

"Kita pulang sama-sama, Shin Hye-ssi. Aku akan mengantarmu." ajak Jae Joong.
"Tapi kau janji tidak akan tanya-tanya masalah pribadiku? Masalahku dan bayiku?" Shin Hye mengambil antisipasi.
"Nde, aku akan mengunci mulutku. Aku hanya ingin berterima kasih sebab kau selalu bermurah hati memberikan kasurmu beberapa kali."

Shin Hye tidak mau ditanya-tanya masalah pribadi, oleh sebab itu dia pun tidak berani bertanya kepada Jae Joong akan yang membuatnya selalu pergi ke klub dan memesan minuman paling memabukan. Tapi Jae Joong menjelaskan sendiri tanpa diminta.
"Kau tahu, setiap manusia selalu punya masalah. Eoh? Walau dia tampak seperti bahagia. Aku seperti tidak memiliki problematika hidup, teman-temanku selalu mengatakan itu padaku. Tapi aku ini juga tetap manusia. Dan masalahku itu tidak ingin turut melukai ibuku." ocehnya.
Shin Hye tidak bereaksi. Tetap bungkam.
"Kau ingin tahu masalahku apa? Kau bisa janji padaku hanya kau saja tempatku bercurah hati?" toleh Jae Joong dari belakang kemudi.
Refleks Shin Hye mengangguk.
"Geurae, akan aku ceritakan padamu."

Jae Joong lalu menceritakan kisah hidupnya. Dimana dirinya adalah anak laki-laki satu-satunya dari seorang pria Korea yang menikah dengan wanita kaya raya berkebangsaan Taiwan. Ketika ayahnya menjadi direktur di perusahaan sang istri di Taiwan, dia memiliki sekretaris wanita Korea. Itulah ibunya.
Direktur itu diam-diam menikah dengan sekretarisnya dan mereka memiliki seorang anak lelaki. Kala usia Jae Joong 5 tahun, pernikahan diam-diam mereka diketahui istri tua sang direktur. Jae Joong bersama ibunya kemudian diusir dari Taiwan.

Di Seoul Jae Joong hidup menjadi anak yatim dengan pekerjaan ibunya yang serabutan. Ayahnya tidak menafkahi hingga Jae Joong remaja. Kenyataan pahit itu membuat Jae Joong remaja membenci ayahnya. Tapi pada suatu hari datang utusan dari Taiwan yang mengabarkan ayahnya sakit keras. Dan sangat ingin bertemu mereka.
Saat itu pertama kali Jae Joong bertemu lagi dengan ayahnya sejak berusia 5 tahun. Kondisi istri pertama ayahnya pun tidak bisa berjalan karena stroke. Dan karena kondisi kesehatannya itu, hati istri pertama ayahnya melunak. Dia mengakui mereka berdua.

Putri pertama ayahnya dari istri pertama, sangat sayang kepada Jae Joong tapi 2 anaknya yang lain, membenci Jae Joong dan ibunya. Tapi karena mereka semua perempuan, akhirnya nama Kim Jae Joong yang ditulis di dalam surat wasiat untuk mengganti posisi ayahnya jika wafat. Istri pertama pun setuju, sebab jika tidak, kepemimpinan perusahaan itu akan jatuh kepada pemegang saham terbesar lain yang memiliki anak lelaki.

TBC

Aigo... readers, tdk menyangka dimasukannya karakter Jae Joong membuat story ini berpeluang unt berkembang lagi.

So, Author minta tanggapannya dong, perlu dibuat cinta segitiga? Atau Jae Joong tetap sebagai cameo z, dan story ini selesai di part 30...? Atau... atau... ada 'WLG' season 2...?

Dipanjangin atau tidak, part 29-30 tetap akan Author kunci. Jadi silakan follow dulu unt mengikuti lanjutannya...

When Love GreetsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang