Yoo Chun melewatinya saja, dan anak itu mengikutinya berjalan di belakang. Setelah jauh Yoo Chun menolehkan muka ke belakangnya, dan dia masih juga mengikutinya.
"Neo nugu-ni? Whe nal-tallawa?" tanyanya.
"Sedikit lagi di depan adalah taman kota. Kau mau ikut aku bermain disana?" dia malah balik bertanya.
"Aniyo, aku baru saja mengantar ibuku dikebumikan. Aku tidak akan bisa bermain." geleng Yoo Chun.
Tapi anak itu meraih tangannya, lalu mencengkramnya kuat dan membawanya pergi ke jalan setapak membuat pengawal dari dalam mobil berloncatan keluar. Menyadari dikejar anak itu lalu membawanya lari. Yoo Chun pun ikut berlari mengikuti anak itu.Mereka jadi kejar-kejaran. Tapi karena tempat itu wilayah kekuasaan si anak lelaki tadi, pengawal kehilangan jejak. Di sebuah bangku yang ternyata di taman kota Yoo Chun duduk sambil terengah. Anak itu memberikannya air mineral yang tutupnya sudah dibukakan, Yoo Chun mengambilnya dan meneguk. Anak itu pun meneguk botol air mineralnya sendiri.
"Ajhussi tadi itu pasti pengawalmu." ocehnya.
"Eoh."
"Jangan takut, asal kau tahu alamat rumahmu dimana. Kau mudah pulang dari sini."
"Kenapa kau membawaku kesini?" tatap Yoo Chun.
"Supaya kau tidak terlarut dalam kesedihanmu. Jika di rumah kau pasti hanya ingin menangis." ucapnya. "Namaku Jae Joong. Aku sering melihat mobil-mobil bagus naik dan turun dari bukit dan yang menaikinya berwajah muram serta berpakaian serba hitam. Bersedih melihat orang yang kita cintai disemayamkan itu pasti, tapi jangan terlarut. Karena hidup terus berjalan. Hal terbaik yang bisa kita berikan kepada mereka yang telah tiada, adalah dengan berdoa. Bukan dengan tangisan yang akan membuat orang yang meninggalkan kita sangat bersedih pula." ocehnya sok tua.
Yoo Chun sampai menatap wajahnya lekat.
"Kau kelas berapa? Berapa umurmu?" tanyanya.
"Aku baru tahun pertama di sekolah menengah, usiaku 13 tahun."
"Usia kita sama, tapi bicaramu seperti orang dewasa."
Dia tersenyum memamerkan lesung pipinya."Neo ireumi mwoya?"
"Yoo Chun. Park Yoo Chun."
Itu pertemuan pertama mereka, tapi keduanya langsung akrab seperti yang sudah berteman lama. Jae Joong benar-benar menghibur Yoo Chun supaya tidak terlarut dalam kesedihan. Jae Joong pun mengantar Yoo Chun pulang dengan menaiki taksi. Taksi itu dibayar saat turun di rumah Yoo Chun. Lalu dengan taksi itu pula ia kembali. Mereka pikir itu pertemuan pertama sekaligus terakhir, siapa menduga mereka bertemu lagi di sekolah. Dan membuat mereka semakin dekat. Perbedaan status sosial sungguh bukan penghalang keduanya untuk menjadi sahabat.Yoo Chun menghela napas. Karena ibunya merasa berhutang budi kepada para biarawati di Gereja, yang telah menyelamatkan nyawanya, itulah yang membuat sebagian sahamnya ia putuskan untuk diberikan kepada Gereja. Selain itu Ny Park menghabiskan masa-masa terakhir hidupnya dengan selalu ditemani para biarawati itu yang selalu datang ke rumah bergantian untuk menuntunnya melantunkan doa.
Keinginan terakhir ibunya ditambah saham itu memang kepunyaan ibunya, maka ayahnya meluluskan permintaan itu di dalam revisi surat wasiat yang dibuatnya. Yoo Chun sama sekali bukan akan mempermasalahkan hal itu, ia hanya ingin tahu latar belakang keputusan itu. Dan ia senang sebab ayahnya nampaknya tidak mengabaikan permintaan terakhir ibunya.
🎑Rumah itu memang lebih ramai sejak ada bayi tinggal disana. Setiap hari bayi itu hanya menangis dan rewel. Min Young sama sekali tidak bisa menenangkannya. Dan itu selalu membuat Yoo Chun emosi.
"Apa benar kau ini ibunya? Kenapa anakmu nangis dan kau tidak bisa mengatasinya?" raungnya kesal. "Kalau kau masih tidak bisa mendiamkannya, maka aku akan melakukan test DNA padanya dan padamu. Siapa tahu kau berbohong." ancam Yoo Chun kepada Min Young jengkel.
"Lakukan saja! Supaya Oppa yakin." tantang Min Young santai.
"Apa benar kau seorang ibu? Apa seperti ini sikap seorang ibu pada anakmu yang menangis?" Yoo Chun tambah kesal saja.
"Dia itu sejak bayi merah diasuh oleh Immo-nya, dia belum kenal padaku." tangkis Min Young sama jengkel.
"Kalau begitu buat dia nyaman dan kenal padamu, bagaimana saja caranya. Aku tidak tega melihatnya terus saja menangis dan kupingku berisik."
"Ini juga sedang kubuat dia kenal padaku, Oppa. Tapi sulit." pekik Min Young.
Yoo Chun akhirnya masuk lagi ke kamar seraya menutup telinga oleh kedua tangannya.Bagaimana tidak seperti itu, bayi itu tiba-tiba berada di dalam lingkungan orang-orang baru. Meski bersama ibu yang melahirkannya, tetap saja dia tidak mengenalnya. Usianya baru 1 tahun. Min Young memang tidak punya perasaan. Seharusnya Min Young melakukan pendekatan dulu sampai dia terbiasa dengannya bila akhirnya ingin membawanya. Dan sekarang nyaris 2 pekan, yang anak itu mulai kenali justru ajhumma yang setiap hari mengasuhnya daripada Min Young yang adalah ibu kandungnya. Makanya sekarang tidak terlalu rewel.
Malah mulai terdengar mengoceh bila di rumah hanya ada dia saja dengan ajhumma yang mengasuhnya. Orang kedua yang tidak membuatnya takut adalah Abeoji. Kalau melihatnya, walau masih jauh, bayi itu langsung memeluk ajhumma. Yoo Chun padahal sayang padanya meski pada ibunya tidak suka. Bagaimana pun bayi itu tidak bersalah, dan kalau sudah melihatnya lucu seperti itu yang ada ia pun jatuh sayang. Sebelum tidur ia meraih smartphone untuk menulis sesuatu kepada Eun Hye.
🎑Perseteruan antara Min Young dengan Eun Hye yang selama ini selalu memanas, kini berubah sejuk setelah Min Young menemukan bayinya. Setiap kali Eun Hye melihat bayi itu selalu teringat dengan orang yang telah berjasa mengurusnya sejak lahir, hal itu membuatnya terenyuh. Sosok Shin Hye tidak ia ketahui sama sekali, tapi cerita dia yang sampai bekerja di klub malam demi bisa menghidupinya, sangat menyentuh. Dan seperti yang dirasakan Yoo Chun, ia pun menyayangi Hyun Joon sejak pertama melihatnya meski ibunya adalah seterunya. Sikap dan sinar mata penuh kasih terhadap Hyun Joon itu yang membuat Min Young berdamai dengan Eun Hye.
"Apa nanti malam Oppa punya waktu?" tanya Eun Hye saat mereka sedang menikmati angin di atap sambil tangan mereka memegang cup kopi.
"Keuroum. Wheo?"
"Kita ke Asia Night Klub, kita nikmati kebisingan klub malam sekali-kali. Otte?"
"Aigo... Yoo Eun Hye. Ingin jadi anak nakal sekarang? Bilang ingin menikmati kebisingan klub malam segala..." goda Yoo Chun.
"Adikku bilang pernah menemuimu dengan Jae Joong Oppa disana."
"Nde, Jae Joong selalu pergi ke klub malam itu. Dan kau tahu, Jae Joong naksir dengan salah satu waitress disana."
"Jeongmal?"
"Kadang aku merasa tidak mengenal sahabatku itu. Aku jadi penasaran dengan dia. Joa, kita ke Asia Night Klub nanti malam." angguk Yoo Chun atas ajakan Eun Hye.Eun Hye tidak tahu Shin Hye, dan sekarang ia ingin mengetahuinya. Begitu pula Yoo Chun, ia jadi ingin bertemu Shin Hye karena Jae Joong mengaku jatuh cinta padanya. Maka mereka sepakat untuk pergi ke Asia Night Klub, tujuannya sama untuk melihat Shin Hye.
Tanpa pulang ke rumah dulu keduanya langsung pergi ke klub sekeluarnya dari kantor. Shin Hye seperti biasa sangat sigap melayani tamu. Saat melihat Yoo Chun yang datang, ia langsung menyambutnya hangat.
"Annyong-haseyo. Selamat datang di tempat kami." angguknya.
"Apa kau masih ingat aku? Aku temannya Jae Joong Daebyo." tanya Yoo Chun kepada Shin Hye membuat Eun Hye menatap lekat waitress itu.
"Teman Kim Daebyo?" Shin Hye mencoba mengingat-ingat.
"Namaku Park Yoo Chun."
"Ah, Park Sajang-nim. Nde, saya ingat sekarang. Tuan yang memesan Dirty Martini." senyum Shin Hye.
"Majayo. Aku ingin minuman yang sama sekarang. Perkenalkan, ini kekasihku, Yoo Eun Hye." Yoo Chun menunjuk Eun Hye yang masih menatap lekat Shin Hye.
"O, nde. Annyong-haseyo!" Shin Hye membungkuk kepada Eun Hye.
"Annyong. Jadi namamu...?" Eun Hye ingin pasti dengan dugaannya. Dialah gadis yang bernama Park Shin Hye itu.
"Park Shin Hye-ismidha."
Benar, inilah gadis yang bernama Park Shin Hye.TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
When Love Greets
RomanceBeberapa part diprivate Jung Yong Hwa pria religius dengan kehidupan serba teratur, rapi dan terencana. Park Shin Hye gadis malang dengan kehidupan berantakan, kacau dan menyedihkan. Karena suatu alasan mereka tinggal serumah. Yong Hwa memandang nyi...