Part 41

573 143 14
                                    

"Jika ingin membicarakan tentang Shin Hye sebaiknya besok saja, Kim Daebyo. Aku menyediakan waktu untukmu besok."
"Tapi dimana dia sekarang? Apa kau pun menyuruhnya pergi dari rumahmu?" desak Jae Joong.
"Aku memberikan uang padanya untuk membayar deposit rumah, aku kira dia tidak akan terlantar."
Madam Lee sendiri tidak mengetahui Shin Hye berada dimana sekarang. Jae Joong akhirnya mematikan sambungannya dengan Madam Lee, dan menekan nomor kontak Shin Hye. Tapi seperti sebelum-sebelumnya, smartphone Shin Hye tidak juga aktiv. Jae Joong akhirnya membawa mobilnya menuju rumah.
🎑

Shin Hye menyalakan smartphone, banyak sudah notifikasi yang masuk. Dan semuanya dari satu nomor kontak saja, yaitu nomor kontak Jae Joong. Ada juga beberapa pesan, ia membacanya satu persatu. Jae Joong terus mempertanyakan, berada dimana dirinya. Air mata Shin Hye jatuh saat membaca pesan-pesan itu.

Neo jigeum eodiya?

Shin Hye-ya, nyalakan teleponmu! Aku sudah mendengar semuanya dari Madam. Eodinie jigeum?

Aku sangat mengkhawatirkanmu

Air mata Shin Hye semakin deras mengalir, dan sekuat tenaga ia menahannya saat benda itu bergetar tanda seseorang menekan nomor kontaknya. Terlambat untuk mematikan lagi, terpaksa ia menerimanya.
"Yobseyo." sahutnya.
"Shin Hye-ya, taengitha. Kau berada dimana ini?"
"Daeobyo-nim."
"Katakan kau dimana sekarang! Aku akan menyusulmu kesana, kau tunggu aku!"
"Tidak usah, Daebyo-nim!"
"Katakan cepat!"
"Daebyo-nim..."
"Apa kau sendirian?"
"Nde."
"Apa di Gereja?"
"Aniyo, di rumah abu ayah ibuku."
"Dimana itu?"
"Dekat Gereja."
"Nde, aku segera kesana. Kau tetap disana!"

Telepon Jae Joong mati. Shin Hye menurunkan telepon dari telinganya dengan air mata yang terus berderai. Saat Madam Lee menyuruhnya pergi dari rumahnya ia mampu menahan air mata itu supaya tidak tumpah. Bahkan bibirnya masih sanggup menyunggingkan senyum. Dengan sangat yakin ia pun menolak uang pemberian wanita itu, dengan dalih Madam sudah terlalu banyak membantunya, bersedia menampungnya selama ini secara cuma-cuma...

Tapi air matanya tidak mau berhenti menetes saat Jae Joong mengatakan sangat mengkhawatirkannya. Semula ia berpikir Madam Lee-lah malaikat itu, telah membantunya tanpa pamrih bahkan pernah menganggapnya sebagai putrinya. Namun Madam Lee seperti halnya Yong Hwa, takluk oleh Seo Hyun. Sebab ternyata Seo Hyun itu putrinya. Lalu Jae Joong akankah sama takluk oleh Seo Hyun pada akhirnya nanti?

Kenapa takdir hidupnya selalu begini? Banyak orang yang peduli bahkan menyayanginya, namun selalu berakhir dengan membuangnya. Diawali sejak dirinya bayi yang diasuh oleh pendeta dan istrinya. Meski kedua orangtua angkatnya itu sangat menyayanginya, tapi anak lelaki mereka hanya memanfaatkannya saja hingga hidupnya menemui banyak kesulitan.

Kemudian seorang jemaat Gereja, bersedia menampung disaat jemaat yang lain menolaknya kala dirinya tidak memiliki tempat tinggal sebab harus merawat sekaligus menghidupi seorang bayi. Namun juga akhirnya dia menyuruhnya pergi dari rumahnya karena seorang gadis menghasutnya.

Kejadian sama sekarang terulang lagi, meski juga selalu Tuhan hadirkan malaikat penolong untuk membantunya. Dan setelah berulang kali, ia khawatir Jae Joong pun pada akhirnya nanti akan sama saja. Shin Hye menghapus air matanya saat didengarnya langkah kaki yang mendekat ke arahnya. Tidak lama sepasang sepatu terlihat berhenti di hadapannya. Shin Hye mengangkat wajah menatap pria yang berdiri di depannya. Mata Jae Joong lekat kepadanya. Shin Hye mengusap kelopak matanya oleh jemari untuk memperjelas penglihatannya.

Tangan Jae Joong terulur kepadanya.
"Wheo?" tanya Shin Hye menatap tangan itu.
"Kita pergi dari sini. Disini kau hanya menangis." ajaknya mengambil pergelangan tangan Shin Hye. Sementara tangannya yang lain meraih tas pakaian Shin Hye yang teronggok di dekat kakinya. Tidak bisa menolak, Shin Hye lalu berdiri mengikuti langkah Jae Joong meninggalkan rumah abu. Menuju mobil di pelataran parkir. Jae Joong meletakan tas pakaian Shin Hye di jok belakang. Ia lalu membuka pintu depan mempersilakan Shin Hye duduk disampingnya.
"Kau sudah makan?" tanyanya setelah mereka duduk dan mobil telah dinyalakan.
"Ajigyo." jawab Shin Hye pelan.
"Nde, kita cari makan dulu." ujarnya seraya melajukan mobil. Meninggalkan pelataran parkir yang teduh.

Setelah jauh meninggalkan rumah abu, Jae Joong bersuara lagi seraya menoleh.
"Tadi aku habis bertemu Madam Lee, dia menceritakan semuanya. Untung kau mendengarkan saranku untuk mengikuti kursus akuntansi, jadi kau bisa pindah ke kantorku. IY Corp." oceh Jae Joong. "Kau menginap dimana semalam?" tolehnya lagi.
"Sauna." jawab Shin Hye pelan.
"Sekarang kita makan dulu, setelah itu kita lihat apartemenku. Kau bisa tinggal di apartemenku."
"Aniyo." geleng Shin Hye.
"Wheo? Aku tidak tinggal disana. Aku tinggal bersama ibuku. Atau kau ingin tinggal bersama kami?"
"Aniyo, bukan begitu, Daebyo-nim."
"Oppa... panggil aku begitu!"
"Rencananya hari ini aku akan mencari kamar sewa, itu tempat yang baik untuk tempat tinggalku."
"Kau trauma, takut kuusir lagi suatu saat nanti?" terka Jae Joong.
"Kita tidak tahu apa yang akan terjadi besok, bahkan kita tidak tahu apa yang akan terjadi nanti sore."
"Ya sudah, sekarang kita makan dulu saja." Jae Joong membelokan setir memasuki sebuah restoran.

Seharian itu Jae Joong mengurusi Shin Hye hingga tidak kembali ke kantor. Yoo Chun sampai bingung berulang kali bertanya Jae Joong berada dimana, jawabannya melulu sedang diluar.
"Kau ini mengerjakan apa seharian diluar? Apa tidak ada yang bisa kau suruh pergi keluar sampai kau kerjakan sendiri?" protes Yoo Chun saat menghubunginya lagi pada malam hari.
Jae Joong baru tiba di rumah, bahkan baru selesai mandi.
"Ani, karena ini urusan pribadi." tukasnya ringan.
"Aigo... Urusan pribadi. Dari dulu urusan pribadimu itu ya kantormu." ejek Yoo Chun.
"Sekarang aku mulai seperti orang lain, punya urusan pribadi yang bukan pekerjaan."
"Ya sudah, tentang ajakanku itu, apa kau sudah beritahu gadis waitress-mu?"
"Sepertinya tidak bisa dalam waktu dekat, Yoo Chun-ah."
"Wheo?"
"Shin Hye baru saja dipecat dari klub oleh Madam Lee, dia tengah kalut. Jangankan untuk aku ajak bicara soal rencana makan, dia masih sangat sedih." jelas Jae Joong.
"Dipecat? Kenapa?"
"Ceritanya sama dengan ketika aku bertemu ayahku lagi setelah belasan tahun tidak bertemu, Madam Lee bertemu anaknya yang lama tidak bertemu. Rumit. Kau tidak akan suka mendengarnya."
"Lalu kenapa tidak kau suruh bekerja di kantormu saja?"
"Itu sudah pasti, tapi Shin Hye perlu beberapa hari untuk mempersiapkan diri. Bagaimana pun hatinya terluka, kembali diusir oleh orang yang menampungnya."

Yoo Chun tidak bicara lagi. Kenapa diusir? Memang dia menumpang di rumah siapa? Kenapa Jae Joong menyukai gadis yang kehidupannya rumit seperti itu. Padahal ada banyak gadis dengan kehidupan normal. Astaga! Suka sekali mencari susah. Tapi kalau faktanya Jae Joong jatuh cinta pada gadis yang membuatnya susah itu, mau bagaimana lagi? Dan Jae Joong rela melakukan apa pun untuknya.
🎑

Sementara itu di dalam kamarnya Yong Hwa hanya bisa gelisah malam itu. Ia ingin pergi ke klub menemui Shin Hye, tapi takut malah menjadi masalah buat Shin Hye bila ketahuan Seo Hyun. Padahal Yong Hwa sangat ingin tahu cerita pertengkaran mereka hingga membuat Seo Hyun babak belur dan mengadukannya ke kantor polisi. Ini pasti rekayasa Seo Hyun yang selalu ingin mencelakai Shin Hye. Park Shin Hye dengan karakternya yang selalu mengalah tidak mungkin berani berbuat anarkis seperti itu. Bertindak agresif sama sekali bukan gayanya.

Lalu bagaimana kabarnya sekarang? Apa dia selamat tidak dipenjarakan Seo Hyun? Harus kepada siapa ia mencaritahu kondisinya? Yong Hwa sangat cemas. Dari dalam laci mejanya ia mengambil sebuah bungkusan, kemudian membukanya. Sebuah smartphone baru ia keluarkan dari dalam dusnya. Alat komunikasi itu ia beli untuk Shin Hye. Supaya Shin Hye tidak kesulitan menghubungi orang. Bila dirinya pingsan lagi di klub jangan sampai Seo Hyun lagi yang dihubunginya, tapi Yong Hwa sudah menyetingnya hanya nomor kontaknya dan nomor kontak Ajhumma. Biar anak lelaki ajhumma yang menjemputnya nanti. Benda itu ia beli sudah lama, besoknya setelah Seo Hyun yang menjemputnya ke klub. Tapi Yong Hwa belum punya kesempatan untuk memberikannya.

TBC

When Love GreetsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang