"Aku pulang."
Yoongi berucap pelan sembari melepas sepatunya. Sesaat ia tertegun, meski headphone di telinga masih terpasang, ia bisa mendengar sayup-sayup seseorang datang menghampirinya.
Kepala Yoongi mendongak, lengkap dengan tatapan jengah pada pria dewasa yang kini berdiri canggung di depannya."A-aku baru kembali dari Jepang pagi tadi. Dan-uhm, aku membelikan sesuatu untukmu sebagai oleh-oleh."
Pria bermata kecil itu mengulas senyum tipis, kedua tangannya saling meremas menahan gugup. Sungguh, terasa amat sulit ketika harus menghadapi Yoongi dengan aura permusuhan seperti ini.
Sudah sepuluh tahun mereka hidup bersama, namun perlakuan Yoongi terhadapnya sama sekali belum berubah.Yoongi menghela napas pendek kemudian melenggang pergi melewati pria itu tanpa memberi respon apapun.
"U-uh, Yoongi. Apakah kau mau makan malam sekarang? Biar aku siapkan untukmu ya?"
Pemuda berkulit pucat itu masih tak menanggapi, ia terus berjalan menuju kamarnya sebelum sebuah tarikan keras membuatnya berhenti.
"Dari mana saja kau? Kenapa pulang selarut ini?"
Itu Min Woohyun, yang tumben sekali pukul delapan malam sudah berada di rumah.
"Aku pergi ke game center bersama teman-temanku", Yoongi menjawab sekenanya. Karena memang begitulah adanya.
"Lagi?", Woohyun menghela napas pendek, "Kau sebentar lagi akan mengikuti ujian negara. Harusnya kurangi bermain dan fokus belajar. Ayah tidak mau tau, mulai besok kau harus pulang sekolah tepat waktu."
"Yah, aku bukan anak kecil lagi. Aku bisa membagi waktuku sendiri."
"Tidak bisakah kau mendengarkan Ayah satu kali saja tanpa membantah, hah?", Woohyun mendengus, "Apalagi sekarang ada Ibumu di sini. Kau harusnya lebih meluangkan waktu dengannya dibandingkan dengan teman-temanmu itu."
Yoongi berdecih saat pria bermata kecil itu menghampiri Woohyun, "Apa Ayah bilang? Ibu? Dia bukan 'Ibu'ku!"
"Yoongi!"
"Ibuku bernama Lee Mijoo. Bukan Kim Sunggyu!"
Brak!
Suara pintu yang dibanting keras spontan menutup perdebatan antara keduanya. Baik Woohyun maupun Sunggyu saling pandang sembari menghela napas lelah.
"Maaf Hyung, lagi-lagi kau harus mendengar kalimat tak menyenangkan itu lagi", sesal Woohyun yang berbalas genggaman tangan erat oleh Sunggyu.
"Tidak apa, aku mengerti. Yoongi mungkin masih perlu waktu untuk menerimaku."
"Tapi ini sudah sepuluh tahun, Hyung. Aku sungguh tak tau lagi harus bagaimana membuatnya berubah", Woohyun mengusak surainya frustasi.
Sunggyu mengulas senyum tipis, "Jangan terlalu dipikirkan Woohyun-ah. Jika kau memikirkan soal perasaanku, sungguh aku baik-baik saja. Aku memakluminya. Kau tak usah khawatirkan aku."
"Hyung, kau terlalu baik. A-akuㅡ"
Sunggyu lantas mendekap Woohyun erat, mengusap punggung tegap itu dengan lembut.
"Aku bisa bertahan seperti ini karena aku mencintaimu dan juga Yoongi."
Yoongi meringis, sesaat ia tertawa remeh karena mendengar suara itu. Matanya lalu beralih pada bingkai raksasa yang terpajang di dinding kamarnya. Ia beranjak kemudian mendekat--mengusap pelan bingkai foto itu dengan tatapan nanar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Voice of My Heart (Taegi) ✔
FanfictionYoongi bisa mendengar segalanya. Apapun, tanpa terkecuali. Mulai dari isakan batin yang memendam rasa, hingga jeritan hati yang ingin lantangkan cinta. It's BTS au. Warn! BoyxBoy ©Min Chaera