VoMH (5)

5.7K 817 96
                                    

Chapter kali ini mungkin lumayan panjang dan sedikit bertele-tele. Jadi mohon maap sebelumnya hehe


***

"Berhenti menatapku seperti itu atau kucolok matamu dengan garpu!"

"Lakukan saja. Toh pada akhirnya kau tak akan tega padaku."

"Ke mari! Kau membuatku muak!"

"Ehey. Aku tau sebenarnya itu ungkapan kerinduanmu padaku, Min kecil."

Yoongi berdecak sebal pada pemuda seumuran yang duduk berhadapan dengannya. Andai saja orang itu bukanlah keponakan dari Paman Dokter tersayangnya, mungkin Yoongi sudah bacok kepalanya sejak dulu kala.

Jang Yijeong, pemuda itu sebenarnya tak memiliki masalah apapun dengan Yoongi. Hubungan mereka sangat baik--bahkan teramat baik hingga bisa dibilang mesra. Di mana ada Yoongi, di situ pula ada Yijeong yang menemani.

Itu dulu. Sebelum semuanya rusak lima tahun lalu, tepat setelah Yijeong memutuskan untuk melanjutkan pengobatan kankernya di luar negeri.
Bukan masalah bagi Yoongi jika Yijeong meninggalkannya untuk penyembuhan penyakitnya. Tapi yang amat mengecewakan Yoongi adalah, Yijeong bahkan tak berpamitan padanya secara langsung. Padahal beberapa hari sebelumnya mereka menghabiskan waktu di mall hingga taman bermain. Tapi nyatanya Yijeong tak mengatakan apapun soal rencana kepergiannya ke Singapura pada Yoongi. Ia tau kepergian Yijeong dua hari setelahnya, itupun karena Dongwoo yang kelepasan bicara.

Kini, setelah lima tahun berlalu pemuda itu kembali lagi dalam kondisi prima dan terlihat makin tampan. Sepanjang perjalanan menuju restaurant tadi ia bercerita soal proses pengobatannya yang terbilang tak mudah. Ia bahkan harus beberapa kali menjalani operasi sampai dinyatakan bebas dari sel kanker.
Yoongi memang mendengarkannya, bahkan ia bisa mendengar apa yang ada di dalam batin Yijeong saat ini. Tapi sebisa mungkin Yoongi mengabaikan dan sok tak peduli. Bagaimanapun ia masih memendam kecewa pada kawan semasa kecilnya itu. Dan tak mudah bagi Yoongi untuk menghapus perasaan kecewa yang sudah terlanjur dalam di relung hati.

.

"Bagaimana kondisimu sekarang? Apa masih sering sakit kepala?", Dongwoo bertanya sembari meneguk sojunya.

"Tidak, Paman. Hanya saja telingaku masih sering berdengung di tengah keramaian. Itu sungguh membuatku tak nyaman", keluh Yoongi jujur. Sejak dulu ia memang tak pernah menutupi apapun dari dokter pribadinya ini. Tapi ia masih bisa sedikit berbohong pada ayahnya agar tak terlalu mencemaskannya.

"Hmm, apa perlu kupesankan lagi headphone khusus untukmu? Kurasa milikmu sudah terlalu usang, Yoong."

"Kurasa tidak perlu Paman, yang ini saja sudah cukup", tolak Yoongi halus yang kemudian dibalas decakan heran Yijeong.

"Kau masih saja berlagak kuat ya. Lihat saja kalau kau akhirnya bisa mendengar apapun hingga gendang telingamu pecah."

"Jang Yijeong, mulutmu.", peringat Dongwoo.

Yoongi menggeram kesal. Ucapan Yijeong memang ada benarnya meski dilantunkan bernada canda. Iapun sudah terbiasa mendengar ocehan penuh ejek dari pemuda itu sejak dulu; sejak semuanya tau bahwa Yoongi memiliki kemampuan istimewa.
Ya, benar. Tak hanya Woohyun sang ayah yang mengetahui hal itu, Dongwoo hingga Yijeongpun mengetahuinya. Beruntung mereka selama ini tak membuat mental Yoongi down dan justru semakin menjaga Yoongi agar tak stress berlebihan.

"Bilang saja kau iri karena tak memiliki kekuatan super sepertiku", balas Yoongi kemudian.

Yijeong tertawa mengejek, "Ehey, kekuatan super apanya? Memangnya kau ini Anpanman?"

Voice of My Heart (Taegi) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang