VoMH (6)

5.4K 783 183
                                    

Taehyung penasaran setengah mati. Batinnya seketika gelisah saat kedua netranya bersinggungan dengan manik hitam milik Yoongi. Belum jua guru Sejarah menyelesaikan penjelasan tentang runtuhnya dinasti Goryeo, Taehyung sudah kehilangan konsentrasinya. Terlebih saat beberapa kali Yoongi mengangkat tangan--menanyakan sesuatu pada guru secara kritis, fokusnya beralih cepat pada pemuda manis itu.

Hoseok, sebagai kawan semeja Taehyung hanya mengernyitkan dahi saat mendengar Taehyung menggeram rendah. Lucunya ketika ditanya apa yang terjadi, Taehyung hanya menggeleng seolah tak ada masalah.
Berbeda dengan Hoseok yang harus menahan rasa penasarannya, di meja seberang, Min Yoongi bisa mendengar jelas apa yang ada di dalam benak Taehyung. Sesaat Yoongi harus menahan tawa gelinya akibat suara-suara itu.

"Dia hanya becanda kan? Ucapannya hanya omong kosong kan?"

"Gila. Bukan 'membaca' tapi 'mendengar'? Apa dia tokoh yang ke luar dari komik fantasi, huh?"

"Tidak, tidak. Dia pasti hanya menggodaku saja. Ya, benar. Semua yang terjadi hanya kebetulan. Ya! Hanya kebetulan!"

Yoongi melirik guru yang sedang menyiapkan soal latihan sebelum ia merobek selembar kertas, lalu menuliskan sesuatu dengan huruf besar. Dilipatnya kertas itu, kemudian pura-pura menjatuhkannya di bawah meja Taehyung. Trik ini berhasil dengan sempurna, karena butuh tiga detik saja Taehyung menyadari ada sesuatu melayang di atas sepatunya.

Dahinya mengernyit disertai garukan di kepala--khas orang bingung. Yoongi sebisa mungkin menahan rasa gelinya saat melihat reaksi Taehyung.

'Jangan terlalu sering mencuri pandang terhadapku. Aku bisa melihatmu dengan mudah, Kim'

"HYAAAHHH!!"

Taehyung berjengit diiringi jeritan nyaring yang spontan membuat seisi kelas tak kalah terkejutnya. Kertas di tangannya jatuh bertepatan dengan guru Sejarah yang menghampirinya dengan membawa penggaris kayu.

"Kim Taehyung, saya persilakan ke luar kelas sekarang juga."

Berbanding terbalik dengan Taehyung yang berjalan gontai penuh rasa malu begitu kentara, di bangkunya Yoongi hanya bisa menahan diri agar tak terbahak-bahak. Sungguh mengerjai seseorang macam Kim Taehyung adalah sebuah hiburan tersendiri untuknya.

....

"Yoongi Hyung?"

Panggilan itu membuat Yoongi menoleh, dan didapatinya junior tampan bergigi kelinci di belakangnya.
"Menunggu jemputan?", Jungkook bertanya sembari menghampiri Yoongi.

Yoongi mengangguk sekenanya, "Kau tidak pulang dengan Jimin?"

"Dia sedang mengembalikan buku ke perpustakaan, aku disuruh menunggu di sini. Hmmm, kami mau pergi makan siang di kafe dekat sini. Mau ikut?", tawar Jungkook ramah.

Yoongi tercenung. Baginya terasa masih aneh jika mendapati Jungkook kembali ramah seperti ini. Bukannya tak senang karena hubungan mereka yang membaik dan tak secanggung dulu. Hanya saja, setelah berkali ia mendengar berbagai celotehan Jimin yang membuatnya muak, Yoongi rasa lebih baik mereka bersikap seperti sebelumnya saja.

"Tidak, terima kasih. Sebentar lagi supirku akan datang menjemput", tolak Yoongi sembari menoleh ke belakang, memastikan jika tidak ada Jimin di sana.

Jungkook mengangguk pelan sambil tersenyum tipis. Bohong kalau ia tak menahan rasa canggungnya saat ini. Tapi dia sudah memutuskan untuk tak lagi mempermasalahkan urusan mereka di masa lalu lagi. Sekarang ia ingin kembali dekat dengan Yoongi meski hanya sebagai teman baik.

Bukan sebagai orang yang pernah sangat ia dambakan.

"Akan terdengar egois jika aku mengatakan bahwa separuh hatiku masih mengambang saat bertatap muka denganmu seperti ini Hyung. Andai dulu aku lebih berani untuk mendekatimu, andai dulu kau tak menjauh hanya karena Jimin Hyung--haahh, entahlah. Aku tiba-tiba merindukan masa itu."

Voice of My Heart (Taegi) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang