Yoongi melangkahkan kaki mungilnya malas-malasan, mengabaikan sapaan pelayan yang membukakan pintu untuknya. Tidak ada yang ingin dilakukannya selain segera ke kamar dan tidur. Masa bodoh di luar masih terlihat terang, bahkan tanda-tanda matahari terbenam belum jua datang. Yoongi tak ingin memikirkan hal lain yang sepanjang hari ini mengusiknya hingga kehilangan fokus belajar. Padahal dua hari lagi ia akan menjalani ujian negara, tapi semangat belajarnya bak hilang terbawa angin sore.
Bruk!
Yoongi sukses menjatuhkan dirinya ke atas ranjang empuk miliknya. Matanya terpejam sesaat, meredakan segala emosi yang rasanya sulit sekali dikendalikan. Sekuat tenaga ia mengabaikan bisikan yang terus terngiang di telinganya, tapi selalu saja gagal. Yang terjadi justru ia semakin terbayang kejadian pagi tadi yang membuatnya seratus persen kehilangan konsenterasi.
"Kim Taehyung brengsek! Bedebah gila! Argh!"
Yoongi menangkup wajahnya dengan bantal, memekik frustasi berkali-kali.
.
Plak!
Tidak ada kata balasan untuk pernyataan cinta Taehyung, melainkan sebuah tamparan keras Yoongi berikan di pipi kirinya. Pemuda Min itu mendengus kasar, napasnya memburu seiring debaran di dadanya yang entah kenapa semakin berpacu. Sedang Taehyung masih bergeming, bohong jika pipinya tak terasa nyeri akibat jejak telapak tangan Yoongi di sana.
"Sudah selesai omong kosongnya?", tanya Yoongi sarkas, sekali lagi ia mendengus kasar, "Sekali lagi kudengar kau bicara sembarangan, aku tidak akan segan-seganㅡ"
"Aku tidak sedang bicara omong kosong Yoongi! Aku serius mengungkapkannya padamu. Mungkin bagimu ini terdengar konyol tapi bagiku tidak. Aku tak bisa lagi menahannya, aku hanya ingin selalu menjagamu sampㅡ"
"Aku bukan penyuka sesama sepertimu, Taehyung!", putus Yoongi tegas. "Kau bisa sukai orang lain. Aku bukanlah orang yang tepat. Kau salah jika menyukai orang sepertiku."
"Tapi hanya kau yang ingin selalu aku pedulikan. Aku tidak bisa melihat orang lain kecuali dirimu, Min Yoongi."
"Kalau begitu berusahalah untuk mengabaikanku mulai dari sekarang. Serius, Tae. Jika kau seperti ini, kau akan semakin terluka. Lupakan perasaanmu dan carilah orang lain!"
"Tapi, Yoongㅡ"
"Kupikir kita bisa bersahabat baik, Kim. Tapi ternyata aku salah besar."
Setelah berucap seperti itu Yoongi meninggalkan Taehyung yang masih bergeming. Meski ia rasa ada sesuatu yang mengusik hati dan pikirannya, Yoongi sebisa mungkin menampiknya jauh-jauh.
Ketenangan Yoongi hanya terjadi sesaat. Karena setelah itu, sepanjang hari ia justru gelisah bukan kepalang. Terlebih saat beberapa kali matanya tak sengaja saling bersinggungan dengan milik Taehyung.
Rupanya Taehyung masih bersikap seperti biasa, ia sesekali menyapa Yoongi, menanyakan soal tugas atau sekedar mengajaknya ke kantin untuk makan siang. Kecanggungan justru terjadi pada diri Yoongi sendiri. Tiap kali Taehyung mengajaknya bicara atau menghampirinya, ia mendadak salah tingkah dan gugup entah sebab apa. Ditambah lagiㅡdan ini yang paling aneh, jantungnya berdegup lebih kencang dari biasanya. Bahkan sekedar melihat punggung Taehyung dari kejauhan saja, Yoongi tak mampu menolerir degupan kencang itu hingga rasanya nyaris frustasi.
"Ada apa? Kulihat sedari tadi keningmu berkerut seperti itu?", Jang Yijeong, selaku supir dadakan Yoongi bertanya heran. Jangan bingung kenapa Yijeong lah yang menjemput Yoongi pulang, karena sudah jelas Yoongi tak mau menerima tawaran pulan bersama Taehyung. Kondisi hatinya sedang tidak kondusif.
KAMU SEDANG MEMBACA
Voice of My Heart (Taegi) ✔
FanfictionYoongi bisa mendengar segalanya. Apapun, tanpa terkecuali. Mulai dari isakan batin yang memendam rasa, hingga jeritan hati yang ingin lantangkan cinta. It's BTS au. Warn! BoyxBoy ©Min Chaera