"Bagaimana jika suatu saat nanti dunia yang begitu bising ini mendadak sunyi senyap tiada bunyi?"
"Yoongiㅡ"
"Aku takut, Ayah. Tiba-tiba saja aku takut. "
"Percaya pada Ayah, Yoon. Kau akan baik-baik saja."
Woohyun menghela dalam sembari jemarinya mengurut pangkal hidung berulang kali. Dia baru saja kembali dari Gwangju saat diberi kabar Dongwoo bahwa Yoongi mendadak ke rumah sakit akibat keluhan di telinganya. Ini aneh karena sudah cukup lama Yoongi tak merasakan sakit seperti itu. Tapi yang aneh, setelah dilakukan pemeriksaan sama sekali tidak ada masalah apapun pada organ pendengaran Yoongi tersebut. Semuanya tampak normal dan baik-baik saja.
Lantas apa yang membuat Yoongi kesakitan?
"Dongwoo Hyung bilang luka Yoongi sudah sepenuhnya pulih, tapi kenapa masih saja terjadi keganjilan begini?" Woohyun menoleh Sunggyu yang datang dengan dua cangkir teh hangat.
"Semuanya normal dan tak ada masalah apapun. Tapi kenapa?", Woohyun mengusak surai hitamnya dengan perasaan bingung bercampur cemas yang membludak. "Yoongi.. Dia akan baik-baik saja kan, Hyung?"
Sunggyu mengangguk lalu menarik Woohyun dalam dekapannya, mengusap punggung tegap itu secara perlahan, "Yoongi itu anakmu, pastilah dia akan sekuat dirimu, Woohyun-ah."
Woohyun meringis, "Ini lucu. Ketika aku meyakinkan Yoongi bahwa ia akan baik-baik saja, tetapi dalam hatiku terselip rasa ketakutan yang sama besarnya. Aku sungguh Ayah yang sangat payah."
"Tidak, tidak. Kau Ayah yang luar biasa. Kau sudah melakukan apapun agar Yoongi senantiasa sehat hingga kini. Kau sudah menepati janjimu pada Mijoo agar selalu merawat Yoongi dengan baik. Jangan salahkan dirimu sendiri, Sayang."
Woohyun memejamkan matanya diiringi helaan napas dalam. Pikirannya kembali melayang pada 17 tahun lalu di mana ia melihat Ibu Yoongi untuk yang terakhir kalinya. Di sanaㅡbalkon kamar inap Mijoo, tempat di mana keduanya tengah berbincang banyak hal mengenai masa depan Yoongi, tentang bagaimana mereka akan membesarkan putra mereka hingga merencanakan untuk program anak kedua dan ketiga. Semuanya dibahas dengan canda tawa yang hangat dan penuh cinta, dengan kepala Mijoo bersandar pada bahu Woohyun, juga lengannya yang bergelayut manja.
Sampai akhirnya Mijoo mendadak terdiam setelah tertawa keras, dan membuat Woohyun tersentak kaget. Dan di saat itulah Woohyun melihat darah mengalir deras dari hidung istrinya.
Bersamaan dengan munculnya Sunggyu yang membawa Yoongi kecil yang menangis dalam dekapan, Dokter menyatakan Lee Mijoo sudah tiada.
"Hyung" panggil Woohyun setelah menyeka matanya yang sudah basah.
"Ada apa?"
"Aku rindu Mijoo. Ayo kita bertemu dengannya."
Sunggyu tersenyum lalu mengangguk pelan.
....
Taehyung membawa mobilnya dengan suka cita. Sepanjang perjalanan menuju kampus tak henti ia bernyanyi riang. Ia lupakan rasa kecewa karena Yoongi memilih berangkat ke kampus bersama Yijeong ketimbang dirinya, karena tak lama setelah itu Yoongi mengirim pesan agar mereka bertemu saja di kantin.
"Hihihihi, kenapa aku berdebar begini ya?" Taehyung terkikik sembari ke luar dari mobilnya dan langsung berlari menuju kantin pusat untuk bertemu sang pujaan hati.
Omong-omong sudah beberapa hari berlalu sejak pengakuan Yoongi yang tidak terduga itu. Memang, Yoongi tidak memberi ketegasan soal mereka sudah berkencan atau belum. Tapi setidaknya Taehyung tau bahwa rupanya pemuda manis itu tidak lagi meragukan perasaannya. Dan juga, secara tidak langsung sikap Yoongi menunjukkan siap untuk membuka hati untuk Taehyung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Voice of My Heart (Taegi) ✔
FanfictionYoongi bisa mendengar segalanya. Apapun, tanpa terkecuali. Mulai dari isakan batin yang memendam rasa, hingga jeritan hati yang ingin lantangkan cinta. It's BTS au. Warn! BoyxBoy ©Min Chaera