PERDIDO | 3

474 19 0
                                    

Vote sama komen yaaa, biar aku lebih semangat lagi ngetiknya 🌈😽

Vreya mengambilkan minum untuk seseorang yang sangat spesial baginya.

"Makasih sayangku,"

"Sok sayang-sayangan lo, palingan besok lo udah nampol gue lagi kan," balas Vreya dengan nada kesal seperti sedang bercanda.

Setelah meneguk minuman buatan Vreya, orang itu mengacak rambut Vreya, betapa rindunya dirinya dengan adik perempuannya ini.

"Katanya Bang Geo gak mau ke sini lagi," Vreya mengerucutkan bibirnya. Vreya sudah berusia 20 tahun tapi jiwanya seperti masih kanak-kanak hahaha.

"Tanggung jawab abang ada di sini, gak mungkin di sana abang lama banget. Entar kalau kamu mau balik, abang sekalian balik,"

Vreya tiba-tiba memeluk Geo, "tanggung jawabnya gue kan ya."

Geo menoyor kepala Vreya yang membuat kepala Vreya hampir saja sengklek.

"Enak aja. Gue kira lo inget kalau gue punya cemceman di sini."

Vreya pura-pura berpikir, "oiya gue gak inget,"

Geo melangkahkan kaki menuju kamarnya seraya membalas ucapan Vreya, "DIO MULU SIH YANG ADA DI PIKIRAN LO!"

Dasar abang laknat, tapi Vreya sangat menyayanginya.

Untuk menenangkan pikirannya, Vreya membuka kulkas dan memasukan kepalanya di freezer.

Gila adem banget. Batinnya.

Vreya sangat kaget tiba-tiba ada seseorang dari belakang yang memukul bokongnya menggunakan buku agenda yang kira-kira 500 halaman. Lumayan tebal bukan? Pasti sakit.

Vreya mengeluarkan kepalanya dari freezer.

"Sakit ih, dikira gue maling es krim napa!" Vreya mengelus punggungnya berkali-kali.

"Lah gue kira tadi lo maling,"

"Laknat dasar! Liat aja nanti gue mau ke toko biasanya, mau beli es krim yang banyak. Dan lo, gak boleh bagi." Vreya melipat tangannya di dada.

"Mau beli es krim harus ada duitnya kan? Dan duit jatah beli es krim ada di gue, gimana dong."

Vreya mengepalkan tangannya.

Segera dirinya berlari menuju kamar.

Vreya memeluk boneka pemberian Dio itu, disitu Vreya menumpahkam segalanya.

"Dio kamu kemana, tega banget kamu ninggalin aku Di..."

Ujar Vreya sambil terisak-isak.

"3 tahun lebih gak ada kabar, kamu menghilang atau apa? Kalau kamu menghilang dalam beberapa saat, aku berharap kita ada di pertemukan di reunian nanti. Kalau kamu menghilang selamanya dalah hidup aku, aku gak bakalan ikhlas Di. Kamu udah ninggalin aku 3 tahun lebih, di tambah lagi misalkan aku dapat kabar kalau kamu udah gak ada lagi di dunia yang nyata ini, aku gak mau semua itu jadi kenyataan Di,"

Vreya semakin kejar apalagi membayangkan jika hal itu benar-benar terjadi.

Gak, gak ada kabar kalau dia gak meninggalkan? Gue harus positif thinking. Mungkin aja Dio sibuk kuliah jadinya kita gak ketemu di cafe yang dulu kita pernah ketemu, di saat kamu lagi berduaan sama Syara. Batin Vreya.

Vreya mengapus air matanya. Setelah itu Vreya menatap layar handphonenya, dirinya sedang tersambung ke dalam panggilan telepon.

"Hai Syel,"

"Hai Vrey, kenapa? Kayaknya lo habis nangis gitu sih suaranya? Gue ke rumah ya,"

"Gak, gak usah Syel. Ini Bang Geo datang terus gue nangis terharu gitu hehe." Syeila maafkan Vreya yang berbohong.

PERDIDOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang