PERDIDO | 23

207 12 0
                                    

"Gimana Vrey?"

"Hah, gimana apanya?" Vreya menjawab sambil mengunyah makanannya.

"Telen dulu."

Setelah Vreya menelan makanannya, ia mengulang pertanyaan yang ia lempar balik ke lelaki yang ada di hadapannya itu, "gimana apanya sih? Gue gak ngerti."

"Jadinya lo milih siapa?"

Pertanyaan yang dikeluarkan dari mulut abangnya itu membuat Vreya bungkam.

"Vrey, lo gak boleh rakus, harus pilih salah satu buat jadi pendamping lo nantinya."

"Di sisi lain gua butuh banget perhatian dari orang yang bener-bener sayang sama gue dan gue juga sayang dia, dia ada terus buat gue, yakin orang itu adalah Axel. Tapi terkadang gue merindukan kasih sayang seorang Dio. Gue belum bisa mutusin ini bang," jawab Vreya dengan serius.

Mereka sedang berada di cafe, Geo menemani Vreya mengerjakan tugasnya di cafe ini, niatnya Geo sekalian bertanya-tanya soal perasaan Vreya.

"Gue tau ini susah banget buat lo, lo gak bisa menjauh dari Axel yang dia gak tau apa-apa dan gak salah apa-apa. Gue tau pasti sekarang lo lagi gak yakin sama perasaan lo ke Dio ataupun sebaliknya."

"Gue harap lo gak akan salah milih, pilihan gue lo harus yakin sama Dio karena amnesia bakalan sembuh. Dan gue yakin banget kalaupun suatu saat lo pilih Dio, Axel udah dewasa dan dia pasti bakalan ngerti juga gimana hubungan kalian dulu." ucap Geo lagi.

Vreya hanya mengangguk, keputusan berada di tangannya. Besok pagi adalah saat yang tepat.

^^^

Vreya menggeliat di atas tempat tidurnya, hari minggu, diluar hujan es, suasananya sangat enak untuk melanjutkan mimpi indah.

Saat Vreya baru saja ingin memejamkan matanya, seseorang menggedor-gedor pintu kamarnya dengan sangat kencang dan keras. "VREYA! VREYA!" seseorang di luar memanggil namanya dengan nada panik seperti seseorang yang sedang mencari pertolongan.

Vreya ikutan panik, sesegara mungkin ia mencuci wajahnya di wastafel lalu ia membuka pintu kamarnya dan ternyata orang yang menggedor pintu kamarnya itu adalah abangnya sendiri. Abangnya tertawa dengan sangat keras setelah melihat wajah kesal vreya, entah keberapa kalinya ia berhasil membohongi adiknya.

"Percuma banget gue cuci muka." umpat kekesalan Vreya.

"Maaf, maaf. Tapi ini serius, Axel minta lo buat pergi bareng sama dia hari ini. Dia ngechat lo gak dibalas-balas, eh tau tau nya lo baru bangun tidur,"

Mata Vreya terbelalak. Hujan-hujan begini Axel ngajak jalan-jalan?

"Males banget, hujannya gede," jawab Vreya bermalas-malasan.

"yaudah terserah lo, lo jawab aja dulu chatnya dia."

Vreya mengangguk lalu ia mengusir abangnya itu untuk keluar dari kamarnya.

Ia membuka handphonenya dan segera menelepon Axel.

"Halo?" sapa Vreya.

"iya Vrey, kenapa?"

"Tadi bang Geo bilang lo mau ngajak gue jalan sekarang. itu beneran?"

"iya Vrey, lo mau kalau sekarang?"

"Maaf ya Sel, gue baru bangun dan kaget banget di luar hujan gede. lo yakin banget tetep mau ngajak gue jalan pas cuacanya kayak sekarang?"

Axel tertawa, "itu gua ngajak udah dari pas sebelum hujan tadi, sekitar 1 atau 2 jam yang lalu."

PERDIDOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang