PERDIDO | 30

107 10 1
                                    

Selepas semuanya selesai bakar-bakar makanan, kini mereka ingin bermain game yang mengisi waktu luang mereka. Fano mengajak mereka semua berkumpul di halaman rumahnya, "sekarang kita main tebak orang ya tapi harus tutup mata, jadi nanti misalkan gue nanya "di mana Axel?" lo semua harus peluk axel, dan yang jawabnya salah harus gantiin jadi mc kayak gue. Tapi di sini kita gak cuma berlima, ada pembantu dan sopir gue juga."

Axel bingung, lalu ia bertanya, "yakin harus tutup mata?"

Fano diam sebentar, memikirkan ulang bagaimana teknis permainanya, "atau engga gini aja deh. Nanti gua matiin semua lampu halamanya, kita semua tutup mata kecuali mc dan yang jadi mc nanti nyuruh salah satu orang buat nebak, orang yang di suruh mc dia bakalan nebak tapi gak tutup mata, sedangkan kita semua kecuali mc dan si penebaknya bakalan tutup mata. Gimana?"

Mereka semua mengangguk, sepertinya memang Fano harus memberikan contoh kepada mereka terlebih dahulu agar permainannya menjadi lebih seru.

"Gue kasih contoh," ujar Fano sebagai mc dalam permainan ini.

Fano meminta Axel, Ara dan Melly tutup mata dan di saat lampu halaman rumahnya dimatikan, Fano memberi aba-aba kepada pembantu dan sopirnya untuk ikut dalam permainan ini.

"Disini gua mc dan gue akan nunjuk Axel untuk nebak di mana Ara." Axel yang merasa terpanggil itu langsung membuka matanya, halaman rumah Fano terlihat gelap ia hampir tak melihat orang sama sekali di sekitar sini,

"Axel kalau lo sudah ketemu Ara, buat gue yakin kalau orang yang lo tebak itu Ara nanti lo peluk Ara dan gue akan nyalain lampu halaman ini." ucap Fano.

Axel terlihat memeluk seseorang, Fano pun menyalakan lampu dan benar! Yang di tebak oleh Axel adalah Ara. Ara tertawa cekikikan,"kok lo tau gue di sini Xel,"

"Lo dari dulu bau ayam, jadi gue selalu tau lo ada di mana." jawab Axel dan satu detik kemudia ia meringis kesakitan karena kepalanya di jitak oleh Ara, "kampret lo," jawab Ara.

Fano tertawa, "jadi kalian tau kan gimana cara mainnya. Nah kan tadi Axel jawabnya bener, sekarang lo bebas Xel pilih siapa yang pengen lo suruh buat gantiin gue jadi mc."

Axel diam sebentar untuk memikirkan, "lo lagi gak bisa gitu Fan, udah srek gue ama lo."

Fano tertawa, "kaga lah kocak, lo pilih salah satu aja noleh pembantu gue atau sopir gue."

"Gue gak mau pembantu atau sopir lo ah, kasian, mereka udah bantuin bersih-bersih, udah bantuin kerja di rumah lo, masa gue nyuruh lagi buat nebak,"

Fano tertawa mendengar jawaban temannya itu, "yaudah pilih diantara Ara dan Melly."

Tiba-tiba Ara menyeletuk, "idih, gue bukan babu dia kali Fan."

Axel tertawa, "oiya Fan ide bagus," Axel memegang lengan Ara dan mengangkatnya keatas, "dia aja!" Axel merasa ia sudah puas menetertawakan temannya itu dan sedaritadi Ara berdecak kesal karena perbuatan Axel.

Tanpa mereka semua sadari, ada seseorang yang memperhatikan gerak-gerik mereka dari pagar, tidak di curigai satpam karena Fano sudah berkerja sama dengan satpam di rumahnya itu.

"Yaudah Ra, cepetan." Fano meminta Ara agar segera memulai permainan yang kedua kalinya.

Setelah Fano mematikan semua lampu di halamannya, Ara berdiri sebagai mc, "gue pengen nunjuk Melly untuk nebak sekarang Axel ada di mana." Melly membuka kedua matanya dan mulai berjalan perlahan mencari di mana Axel berada.

Tidak lama kemudian, ketika Melly ingin meraba-raba wajah pria di depannya pria itu menjauh agar tangan Melly tidak mengenai wajahnya, "jangan mundur-mundur dong," ujar Melly. Akhirnya pria itu diam dan saat ingin mundur ke belakang, ia seperti menginjak batu lalu terjatuh dan Melly ikut terjatuh di pelukannya.

PERDIDOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang