PERDIDO | 20

206 11 1
                                    


Hari masih pagi, udara sangat sejuk untuk berolahraga, seorang lelaki sudah di sibukkan dengan mencari-cari sesuatu yang hilang di apartementnya. "Udah nasib gue nih kalau sampe buku penting itu hilang," ujarnya sambil tetap fokus mencari sebuah buku yang lumayan tebal itu.

Buku itu ia pinjam dari perpustakaan, kalau itu hilang. Mati sudah dirinya, pasti di suruh menggantikan dengan uang atau membeli dengan buku yang harus sama juga. Sudah tau dirinya sedang krisis uang, hidup disini selama satu tahun dengan dibiayakan pemerintah saja sudah sangat bersyukur.

"Akhirnya nemu!" Dio memeluk buku tebal itu dengan sangat erat, "plis jangan hilang lagi ya!"

Handphonenya berdering, membuatnya sangat kaget.

"Halo Fera, kenapa?"

"Gue mau nanya Di, lo jadi ke Irlandia?"

"Jadi kayaknya hari ini, emangnya kenapa?"

"Gue mau ikut boleh gak? Sekalian jalan-jalan." Tanya Fera, Fera ingin sekali refreshing karena kuliahnya membuatnya sangat jenuh.

"Gue takut pacar gue salah paham nantinya, gue saranin lo gak usah ikut Fe. Maaf ya, bukannya gak ngebolehin atau gimana, cuma gue gamau lo ikut-ikut urusan ini. Gue gak mau nyangkut-nyangkutin masalah ini sama orang lain." Dio menjelaskan semuanya kepada Fera.

"Gitu ya Di, yaudah lo hati-hati ya. Ingat! Lo cuma dikasih waktu hari ini sama besok untuk ketemu sama pacar lo. Semoga lo dan Vreya bertemu!" Balas Fera yang sebenarnya menyakitkan untuk hatinya.

"Makasih banyak ya Fe, gue doain juga lo dapat yang terbaik."

"Amin, makasih Di, yaudah sana lo siap-siap gih buat ke sana,"

Setelah mengucapkan salam perpisahan, Dio segera bersiap-siap menuju stasiun terdekat untuk pergi ke Irlandia menaiki kereta. Dio memilih pemberangkatan pagi-pagi karena supaya dirinya bisa berlama-lama di sana untuk pergi mencari Vreya atau jalan-jalan menikmati kota Irlandia.

Dio hanya membutuhkan waktu selama 15 menit untuk menunggu kereta yang akan mengantarnya dari sini ke Irlandia, setelah itu dirinya akan sampai di Irlandia dengan perjalanan 3 sampai 4 jam saja. Dirinya memang sengaja memilih berangkat menaiki kereta karena harganya yang terjangkau juga supaya dirinya bisa menikmati pemandangan pagi kota-kota di sana.

Dio memandangi handphone sambil tersenyum, "aku berharap dapat bertemu dengan mu Vrey, dan membetulkan semuanya," ucap Dio dalam hatinya.

Waktu di dalam kereta itu, Dio gunakan untuk tidur sebentar karena lama kelamaan dirinya lelah jika harus memandangi pemandangan di setiap kota-kota yang dilewati oleh kereta ini dan rasanya baru tidur hanya 5 menit sudah ada pemberitahuan kalau stasiun yang sebentar lagi berhenti adalah stasiun yang akan menjadi destinasi pemberhentiannya. Setelah kereta itu berhenti dengan sangat mulus, barulah Dio turun dan mencari motel di sekitarnya untuk menjadi tempatnya beristirahat selama semalam.

Setelah menyewa motel itu akhirnya Dio beristirahat sebentar dan menaruh barang bawaannya lalu bersiap-siap keliling Irlandia untuk jalan-jalan tetapi kembali pada niatan awal yaitu bertemu Vreya pacarnya. Yang menjadi masalah terbesar bagi Dio di sini adalah dirinya bingung harus mulai perjalanan darimana dulu karena Irlandia itu sangat luas, tetapi destinasi pertama yang akan ia tuju adalah tempat wisata yang terkenal di Irlandia.

Karena tidak mungkin dalam dua hari, sekarang dan besok ia harus mengunjungi seluruh kota di Irlandia tanpa terkecuali. Tempat wisata di Irlandia memang lumayan banyak dan Dio sangat yakin kalau Vreya sedang atau akan mengunjungi museum kesenian yang terletak di Dublin.

Jam demi jam terlewati begitu saja sampai keyakinan Dio goyah karena hampir sampai di penghujung petang, Dio tidak bertemu dengan Vreya. Padahal dirinya sudah hampir mengunjungi 4 sampai 5 museum kesenian yang terletak di Dublin dan Irlandia Utara.

PERDIDOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang