PERDIDO | 19

210 15 3
                                    

"IH AKU PENGEN KESANA!" Teriak Vreya sambil menunjuk jam besar yang terkenal di London.

"Kita lagi di atas bis tingkat Vrey, gak mungkin aku teriak ke supirnya buat minta kita turunin di Big Ben."

Vreya memasang puppy eyesnya supaya Dio terlihat kasihan dengan kekasihnya itu, "sebentar lagi kita sampai di London Bridge nya ya sayang. Aku liat di maps itu dari sana ke Big Ben tadi cuma 15 menit. Kita bisa tuh nyewa sepeda sambil keliling London."

"Naik sepeda mah cape Di!" Vreya merajuk, sebenarnya ini bohongan.

"Yaudah kita naik pesawat aja," Dio tertawa dengan Vreya yang kelihatannya ingin tertawa tetapi ia masih menahannya.

"Kok masih marah sih," Dio mencubit kedua pipi Vreya dengan gemas secara bersamaan dan memainkan pipinya. Alhasil perlakuan itu membuan Vreya luluh.

"Aku gak marah, tapi nanti malam-malam aku mau ke london eye ya! Kita naik semacam bianglala gitu. Terus nanti kan kita mau ke London Bridge sama ke Big Ben nah nanti sekalian ya ke Menara London nya ya!! Plisss plisss." Lagi-lagi Vreya memasang puppy eyes yang terlihat menggemaskan dan membuat Dio menjadi luluh, dia tidak kuat.

"Kita bikin hari ini, jadi hari 24jam khusus buat kita berdua kalau bisa 48 jam full deh!" Dio dan Vreya sama-sama tertawa, sampai secara tidak sadar cincin yang Vreya pakai di jari manisnya itu terjatuh karena tersenggol jarinya yang ada di tangan kanan. Dan untung Dio menyadarinya duluan, sebelum orang-orang yang ada di bis tingkat itu.

"Kalau cincinnya jatuh, gak ada cincin yang kembaran sama cincin yang aku pakai." Ucapannya itu membuat Vreya merasa sangat beruntung mempunyai lelaki spesial seperti Dio.

Setelah Vreya memakai cincinnya kembali, Dio menjajarkan tangan kanannya yang dipakaikan cincin dan cincin yang sama di pakai Vreya di tangan kiri.

"Nah, kan bagus nih. Cincinnya kembaran, jangan sampai jatuh lagi ya." Vreya tersenyum membalas ucapan Dio dan mereka langsung menggenggam tangan dengan sangat erat.

Seseorang mengetok-ngetok meja belajarnya dan berteriak sangat kencang seperti berteriak pas di depan lubang telinganya. "VREYA BANGUN! ADA GEMPA, AWAS!!"

Di saat itu juga Vreya langsung terbangun dengan sangat kaget karena teriakannya, juga ia merasa tidak panik, karena ia tau kalau Axel hanya bercanda. Setelah bangun dan melamun sebentar, Vreya langsung mencari cincin yang sepertinya ia pakai di jari manis nya, padahal mah tidak.

"Cincin gue mana?" Vreya mencari cincinnya itu hingga kolong-kolong meja dan kursi, namun tidak dapat-dapat.

Axel yang sedang membawa makanan dan minuman dari dapur pun terlihat kebingungan karena melihat Vreya itu aneh, seperti sedang mencari barang yang sangat penting dalam hidupnya.

"Nyari apaan Vrey?" Tanya Axel dengan sangat lembut.

Sambil masih mencari cincinnya, Vreya menjawab pertanyaan Axel, "Cincin gue Sel, hilang."

Axel malah kebingungan, karena sejak kapan Vreya memakai cincin? Ia perhatikan dari awal masuk UCD aja ga pake perhiasan sama sekali, kalaupun pake pasti tadi pas dia ke rumah gue, gue juga bakalan nanya ini cincin dari siapa.

"Lo gak pernah pake cincin Vrey."

Vreya diam sejenak sambil memikirkan sesuatu, "masa sih?"

"Lo dari awal masuk UCD gak pake perhiasan, kalau lo pake juga palingan Ara bacot kan, karena Ara orangnya stylish, harus banget pake perhiasan dan dia
yang paling tau soal macam-macam perhiasan. Dan tadi ya kalaupun lo pake juga pas ke rumah gue, pastinya gue bakalan nanya ke lo itu cincin dari siapa." Axel sudah menjelaskan panjang lebar, tetapi Vreya masih saja mencari keberadaan cincin itu.

PERDIDOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang