Keesokannya, hari minggu. Seomi bangun terlambat. Ia terlalu asyik bermain di alam mimpi. Dimana semua yang dilakukannya tidak menjadi masalah bagi siapapun, tentu saja, karna itu tak nyata.
Pagi itu ia mengerjap setelah cahaya mentari menyapa matanya. Jam 8 pagi, ia mulai bangun dari ranjang. Membuka gorden panjang kamarnya lalu mendelik silau kala sinar matahari menembus kaca.
Diperhatikannya pemandangan kota dari sana. Kemudian gadis itu teringat. Tadi malam. Rasanya ia melakukan sesuatu yang bodoh. Bersama orang bodoh yang bangga menjadi psycho.
Taehyung gila itu. Untung saja seomi tak tergoda untuk meneguk minuman jernih bernama soju. Jika saja ia melakukannya, mungkin tadi malam Seomin akan terkejut untuk kesekian kalinya karna melihatnya pulang dalam keadaan berlumur darah.
Ya, saat mabuk Seomi selalu merasa tubuhnya tak terkendali. Pernah sekali terjadi, ia minum soju secara tak sengaja karna mengira itu air putih biasa. Menegaknya tanpa mencium bau khas soju itu sendiri. Alhasil ia mabuk setelah tiga tegukan. Gadis itu lemah dalam minuman keras.
Waktu itu tak ada siapapun di apartemen, hanya ia sendirian. Saat itulah ia mengamuk tak jelas. Namun ia tak berteriak, hanya menghancurkan setiap benda di sekitarnya. Matanya memerah. Setelah mengamuk ia menangis, aneh memang. Setelah puas mengeluarkan air mata ia bangkit, berjalan ke kamarnya, kepalanya pusing, hingga tubuhnya mendarat di lantai. Lalu tertidur.
Bayangkan jika tadi malam ia mengulang hal itu lagi. Mungkin ia akan di cap sebagai orang gila. Ditangkap oleh petugas rumah sakit jiwa, di sebuah bar.
Untungnya tidak.
"SEOMI?? KAU MASIH TIDUR?" suara nyaring Seomin menyadarkannya.
"Ya." jawaban singkat sebagai kata pertamanya hari ini.
"Kalau begitu keluarlah, kita sarapan di luar." katanya masih berdiri di balik pintu.
"Ya, aku bersiap dulu." jawab Seomi lagi.
Ia mengambil hoodie berwarna coklat tua, lalu memakainya. Celana panjang yang dipakainya sudah cukup bagus. Ia mencuci wajah di kamar mandi di kamarnya, lalu menggosok gigi sebentar. Kemudian keluar dari kamar.
"Mau sarapan dimana?" tanyanya pada Seomin saat ia baru keluar.
"Dekat taman, aku ingin jongging sekalian." balas Seomin.
Kedua bersaudara itu berjalan beriringan keluar dari gedung apartemen lalu melangkah ke taman kota yang luas tak jauh dari sana.
Sampai di taman mereka menghampiri sebuah stand makanan. Membeli dua buah roti panggang dan dua minuman kaleng. Lalu duduk di kursi taman. Melahap makanannya masing-masing.
Entah bagaimana gadis itu kembali terkenang masalalu. Taman ini rupanya menyimpan begitu banyak kejadian dalam hidupnya. Seperti waktu itu,
Flasback on
Hari itu hari minggu juga, seperti biasa Seomi berkunjung ke taman, ia ber jongging ria sambil earphone mendendangkan musik di telinganya. Kali ini ia sendirian, karna Seomin baru kemarin jatuh sakit.
Selesai jongging gadis itu lapar, ia membeli makanan lalu duduk di kursi taman dengan mejanya berbentuk bundar.
Saat itulah, sang pengganggu kembali datang menghampirinya. Siapa lagi kalau bukan Yoongi.
Ini keempat kalinya namja itu menghadang seomi di taman ini. Ke empat belas kalinya mereka bertemu dalam seminggu terakhir. Sebegitu seringnya anak itu membuntuti kemanapun Seomi pergi.
Yoongi duduk dihadapan Seomi. Memperhatikan Seomi yang tengah mencoba tak memperdulikannya sambil membuka bungkus roti panggangnya.
"Kau suka makan itu huh ?" Yoongi bertanya, tak ada jawaban.
Namja itu hanya mendengus, terus menatap Seomi hingga roti panggangnya habis masuk ke mulut. Saat gadis itu hendak beranjak pergi, ia menahan tangannya. Menariknya untuk duduk kembali.
"Duduk dulu, ada sesuatu di bibirmu" ia berujar sambil menunjuk bibirnya sendiri sebagai isyarat untuk Seomi. Memang ada bekas selai di dekat sudut bibir Seomi.
Seomi terpaksa menatap wajah namja itu. Lalu jarinya mulai meraba bagian mana dari bibirnya yang telah ditunjukkan Yoongi. Namun lama, Yoongi mulai gemas, lalu perlahan menyapukan ibu jarinya di sudut bibir Seomi.
Suasana berubah seketika. Seomi hanya termangu mendapat perlakuan tiba-tiba itu dari Yoongi. Mata dan mata bertemu. Manis. Begitulah perasaan Seomi saat itu. Awal dari perasaan unik lain yang muncul beriringan sejak saat itu.
Flashback off
"Seomi, boleh aku bertanya?" ucap Seomin di tengah kunyahannya. Membuat Seomi terbangun dari kenangan.
"Hm." Seomi mengangguk membolehkan.
"Siapa namja yang ikut bolos denganmu kemarin?" tanya Seomin tanpa basa-basi. Menatap lekat mata saudarinya.
Seomi terdiam sebentar, menyelesaikan kunyahannya lalu menelannya. Ia tak membalas tatapan Seomin, hanya melihat ke sisa roti di tangannya lalu menjawab ;
"Temanku, ah maksudku.. teman baruku." ucap Seomi santai.
Seomin menegak minumannya setelah mendengar pernyataan itu. Rasanya ada dua perasaan dalam batinnya, yang satu senang karna akhirnya Seomi punya teman. Yang lainnya kecewa karna temannya itu adalah seorang namja.
Lima menit berlalu, tak ada yg berbicara. Masing masing sibuk menghabiskan roti. Setelah kegiatan makan selesai, barulah Seomin mulai berujar lagi.
"Maksudmu tadi.. Temanmu itu seorang namja ? Ia mengajakmu bolos dan mabuk begitu?" tanyanya menyelidik dengan nada bicara yang tak bisa dijelaskan. Sedikit kesal namun ditahan.
Seomi yang juga baru menghabiskan roti, terlebih dahulu meneguk minuman kaleng sebelum membalas pertanyaan Seomin.
"Ia tak mengajakku bolos, Seomin-ah, dan soal mabuk itu, aku tau batasku, kau tak perlu khawatir." jawabnya mulai tak suka dengan ikut campur Seomin.
"Baiklah, aku percaya padamu kali ini, tapi tidak ada lain kali, jika kau bertindak seperti murid nakal lagi, mungkin besoknya kita tak akan ada disekolah itu lagi, mengerti?" ia beranjak setelah mengucapkan itu. Sikap dingin Seomin muncul lagi. Namja itu kesal tentu saja.
*****
Ditempat lain, Taehyung justru sedang sibuk di hari liburnya. Setelah kemarin ia puas bersenang senang, di hari minggu pikirannya difokuskan dalam misi mencari mayat yang hilang waktu itu. Tubuh Shinnhye harus segera ia temukan, sesuai perintah Yoongi.
Meski ia bisa saja bersikap tak peduli. Namun kali ini ada hal lain, Seomi ikut terjerat dalam masalah ini. Dan tak mungkin rasanya menghindari kejaran para mafia yang tiap hari selalu memburunya, kemarin pun ia menyamar saat menghabiskan waktu bersama Seomi.
Bakatnya dalam membunuh pun tak selalu bisa diandalkan, mafia punya banyak pasukan. Sedangkan ia hanya sendirian. Laksana seekor buaya yang terjebak dalam kandang harimau. Kulit keras mungkin dapat melindunginya, tapi tidak selamanya, sewaktu waktu ia pun pasti mati.
Itulah kenapa saat ini namja itu begitu waspada. Sambil mengitari sekitaran stasiun, berharap tubuh korbannya dapat segera ia temukan. Ditengag banyak orang berlalu lalang. Ia justru menoleh kesana kemari mencari tubuh manusia dengan luka tusukan di lehernya.
Di ujung stasiun ia menemukan titik cerah, rumput hijau di dekat rel kereta tampak berhias setetes darah. Ia mendekat memastikan. Darah itu telah kering, tertutup debu.
Ia kemudian mencabut rumput itu. Memasukkannya dalam wadah plastik. Rasanya seakan ia sedang menjadi detektif. Heheh, detektif yang mencari korbannya sendiri.
Tanpa Taehyung sadari, setiap gerak geriknya itu sedang diperhatikan oleh seorang gadis. Gadis dengan perban di perut kirinya.
.
.
•••••••Tbc..

KAMU SEDANG MEMBACA
Psychoupple [COMPLETED]
Fanfiction. Kau harus memilih satu diantara dua orang psycho, sedangkan kau sendiri juga seorang psycho. Lalu.. Terjebak dalam permainan gila dunia mafia, juga cinta. Tak ada jalan melarikan diri. . (𝐒𝐞𝐛𝐚𝐠𝐢𝐚𝐧 𝐭𝐞𝐥𝐚𝐡 𝐝𝐢𝐡𝐚𝐩𝐮𝐬, 𝐜𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚 �...