46

1.2K 121 7
                                    

Jadi,

Di sinilah aku sekarang.

Duduk berhadapan dengan namja yang kini tengah sibuk meneguk minuman jernih dalam sebuah cangkir kaca kecil. Mengeluarkan nada puas setelahnya beriringan dengan senyum bahagia. Lantas menuangkan lagi cairan jernih itu dari botol hijau yang sedari tadi tergenggam di tangan kirinya.

"Hei, minumlah, kau tidak berniat meninggalkanku mabuk sendirian seperti waktu itu kan?." katanya mengetahui aku yang hanya diam memperhatikan.

Mataku menatapnya makin datar, tak ada napsu sama sekali untuk berbincang. Kedua telapak tanganku pun sedari tadi hanya membenam di kantong hoodie.

"Kenapa? Kau tidak suka kuajak kemari?" taehyung membalas tatapanku, kupluk hoodie yang masih menutup hingga dahinya itu membuat rautnya entah kenapa tampak agak menakutkan.

Aku lantas mengalihkan pandangan, melihat ke arah orang-orang tua di belakang taehyung yang semenjak tadi terdengar asyik membincangkan sesuatu.

"Tidak, hanya sedikit terkesima dengan versi kencanmu ini." demikian balasku.

Namja itu terdiam sejenak hingga mataku kembali bertemu dengan matanya.
"Ya, aku mengerti maksudmu, mana ada orang kencan di Pojangmacha, tempat ini lebih terkenal untuk para pria hidung belang dan wanita kesepian, bukan begitu?" katanya kembali menegak minuman.

"Tapi yah... Aku suka tempat ini, karena itu aku mengajakmu kemari, orang yang kusuka sudah  seharusnya kubawa ke tempat yang kusukai, lagi pula situasi kita tak memungkinkan untuk sebuah kencan normal." ucapnya lagi setelah sebentar mengerutkan wajah, berdelik karena minuman keras.

"Dan lagi tempat ini lah yang paling aman bagi buronan sepertiku, kau lihat pemiliknya yang di sana itu?" ia menunjuk ke samping. Seorang laki-laki tua berkacamata tengah sibuk membereskan meja bekas pelanggan.

"Dia salah satu mantan pengawal yang disuruh ayah untuk menjagaku di waktu kecil, seorang yang sangat mengenalku dan bisa kupercaya hingga saat ini." jelas taehyung.

"Dan itulah kenapa ia mengijinkanmu masuk dan minum-minum di tempat ini padahal ia tahu kau masihlah seorang murid SMA yang  saat ini bahkan tengah menjadi buronan polisi." tambahku.

Taehyung menyeringai, menyetujui ucapanku. Selanjutnya tangannya kembali bergerak menuangkan minuman.

Saat itulah aku terpikir, tentang keluarga taehyung. Selama ini dia tak pernah mengungkapnya padaku. Seingatku yoongi pernah mengatakan bahwa keluarganya itu kaya, setiap orang kaya pastilah punya yang namanya pencitraan.

Jadi pertanyaanku kenapa tak ada tanggapan dari keluarganya saat wajah anaknya ini terpampang sebagai buronan di mana-mana?. Bukankah itu akan mengganggu citra mereka di masyarakat? Ataukah mereka menyembunyikan taehyung dari pandangan orang-orang?. Tapi kenapa?.

Argh, memikirkannya sendiri benar-benar menyesakkan.

"Taehyung-sshi, boleh kutanya sesuatu?." kataku akhirnya sembari melipat kedua tangan ke atas meja.

"Hm?? Ya tanyakan saja." katanya saat meletakkan cangkir yang sudah kosong.

"Dimana dan siapa keluargamu?." tanyaku langsung.

Tepat sedetik setelahnya, tatapan taehyung terasa  seakan menginterupsiku. Dingin dan tajam. Sorotnya seolah menyelidik kenapa aku menanyakan hal itu.

Hening berlalu. Kukira ia akan marah atau semacamnya, tapi..

"Argh, apa tidak ada pertanyaan yang lebih penting dari itu? Kau hampir membuatku kesal." katanya dengan nada gusar. Mengeluh akan pertanyaanku.

Psychoupple [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang