45

1.3K 126 4
                                    

'Aku akan kembali untuk menjemputmu.'

.
Hm.

Sepanjang perjalanan kembali ke ruanganku mungkin hanya kalimat itu yang masih terngiang jelas di telinga.

Nada datar khas taehyung yang seperti itu,
seringkali kudengar ketika ia berniat serius.

Entah keseriusan apa yang ia pikirkan kali ini. Mengingat tatapannya ke arah yoongi saat berbicara denganku tadi, kurasa namja itu juga tengah menaruh dendam terhadap apa yang terjadi.

Sama sepertiku.

Jadi mungkin karena itulah ia berucap akan menjemputku. Maksudnya hanya satu, yaitu mengajakku pergi untuk membalaskan dendam demi yoongi. Pastinya tanpa peduli apakah aku setuju atau tidak.

.

.

"Oh, kau sudah selesai?" suara seomin menyambut saat aku baru memasuki kamar rawatku.

Aku tak berucap apa-apa, hanya menatapnya sekilas sebelum berjalan lagi menuju ranjang berselimut putih. Menjatuhkan diriku di pinggirnya.

"Jadi.. Bagaimana keadaannya?." seomin kembali mengajakku bicara.

"... Seokjin bilang dia akan baik-baik saja, meski akan butuh banyak waktu baginya untuk pulih.. mengetahui itu sudah cukup bagiku." jawabku.

Beberapa saat kurasakan tatapan seomin ke arahku. Namun ia tidak mendekat. Entahlah. Mungkin pikirnya aku sedang bersedih atau semacamnya.

"Taehyung datang kemari tadi, dia mencarimu, jadi kukatakan padanya kau ada di sana, apa kalian bertemu?" kata seomin selanjutnya, membuatku menatap ke arahnya.

"Ah.. Ya. Dia memberitahuku beberapa hal tadi." ucapku.

Sejenak hening. Mata kami saling bertemu dalam diam.

"Aku tahu kalian terlibat sesuatu yang tidak seharusnya kuketahui." seomin berkata lagi, kali ini entah bagaimana nadanya terdengar berbeda.

Aku diam mendengarnya, tidak tahu harus menjawab dengan kalimat apa. Memang banyak sekali hal yang tidak seharusnya seomin ketahui.

Dan hal itulah yang mampu menjawab semua pertanyaannya tentang kejadian-kejadian yang menimpaku sejak beberapa waktu terakhir.

"Aku tahu itu rahasiamu, atau mungkin rahasia kalian... kau, taehyung dan yoongi, entah apapun itu selama ini kau mungkin merasa lebih nyaman berbagi dengan mereka, sebagai saudaramu aku sedikit merasa kecewa dengan itu, tapi yah..." seomin menunduk perlahan, tak berhenti mataku menatap rautnya yang jelas diliputi perasaan-perasaan tak mengenakkan itu.

Detik selanjutnya wajahnya kembali terangkat, tersenyum pahit.
"Apapun itu selama kau merasa nyaman seharusnya aku tetap memberi dukungan huh? Itu kesimpulanku, maaf karena kurang memahamimu selama ini, mulai sekarang selesaikanlah semua urusanmu, aku janji tak akan menghalang-halangimu lagi."

Aku tertegun. Hanya seperti... apa yang sebenarnya terjadi di gedung itu sampai-sampai seomin bisa jadi seperti ini?. Aku tidak senang ataupun sedih mendengar perkataannya barusan. Lagi pula tidak banyak yang berubah dengan menghilangnya ikut campur seomin.

"Ngomong-ngomong appa sudah mengurus segala hal tentang pengadilan, besok kau hanya perlu bersikap tenang dan menjelaskan dengan baik bahwa kau tidak bersalah terkait pembunuhan di sekolah." jelas seomin sembari berdiri.

"Tunggu dulu- Apa?."

"Ayah sudah tahu semuanya, kau beruntung tidak mendengar bagaimana ia mengoceh di depanku tentang segala kedisiplinan hidupnya itu." ujarnya melangkah mendekatiku.

Psychoupple [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang