DUA TUJUH

1.8K 69 0
                                    

Semenjak kejadian di acara pertunangan Dika,Lita jadi sedikit pendiam dan pemurung,sari sudah beberapa kali mengajak Lita untuk bercanda,pergi ke kantin dan beberapa hal lain,namun Lita enggan untuk keluar dari kelas.

"Sar,gue gak mau,lo bareng yang lain aja"
Ucap Lita lalu menenggelamkan wajahnya di balik lipatan tangannya.

"Ya udah,gue ke kantin dulu ya,kalo lo ada nitip WA gue aja"
Ucap sari lalu berlalu meninggalkan Lita sendiri di kelas.Ia kembali mengingat kejadian beberapa hari yang lalu.

Flashbackon

Setelah keluar dari gedung tersebut Lita langsung menuju mobil milik sari,untunglah kunci mobil milik sari ada padanya.

"Hhk..Hhk...Hhk.. apa segitu bencinya dia sama gue sampe harus katain gue cewek murahan?? Kenapa gue harus naruh perasaan cinta ini buat Bima,kenapa harus dia tuhan"
Ucapnya lalu mulai menangis kembali sampai Sari datang dan masuk ke dalam mobil,di sana Lita menceritakan segalanya pada sari,setidaknya itu sedikit membuat perasaannya lega walaupun tidak dalam waktu yang lama.

Flashbackoff

Saat tengah asyik dengan lamunannya ia dikagetkan  dengan kehadiran Ferdi,sang ketua kelas.

"Lit,lo di panggil bu Dina tuh ke kantor"

"Ngapain fer?"

"Ngak tau Lit,mending ke kantor gih,daripada kena semprot lo sama dia"
Ucap Ferdi lalu pergi meninggalkan Lita.

Lita sebenarnya enggan,namun bagaimana lagi,mau tidak mau ia juga tetap akan ke sana.

Saat berjalan di koridor sekolah ia sempat melirik ke kelas Bima sejenak,tidak ada murid yang ke luar dari kelas tersebut,berarti mereka sedang belajar,pikir Lita.

"Permisi buk"

"Eh, Lita sini nak,ibu mau ngomong sama kamu"

Lita lalu duduk tepat di depan meja guru tersebut.

"Ada apa ya buk,ibuk manggil saya"

"Jadi gini,kamu sudah tau kan tentang beasiswa untuk bersekolah ke jepang yang beberapa waktu lalu ibu merekomendasikan kamu untuk mengikutinya? Tadi pagi ibu sudah melihat hasilnya dan kamu terpilih sebagai murid yang mendapatkan beasiswa tersebut"

Lita hanya diam,ia senang bisa mendapat beasiswa itu,apalagi ia akan bersekolah di negara yang sangat ingin ia kunjungi itu,tapi di hatinya ada sesuatu yang begitu mengganjal,sesuatu itu seakan menahannya untuk menerima beasiswa itu,namun ia masih belum tau apa sebenarnya yang membuat ia gelisah sepeti ini.

"Lita,bagaimana nak,kamu menerimanya kan?"

"Mmm buk, kayaknya saya butuh waktu buat mikir dulu"

Guru yang di panggil Dina itu lalu tersenyum mengerti,ia juga tidak ingin memaksa muridnya untuk mengikuti kemauannya.

"Ya sudah,tapi kamu hanya ibu kasih waktu berpikir sampai besok"

"Baik buk,kalo gitu saya permisi dulu buk"
Ucap Lita lalu pergi menuju ke kelasnya dengan langkah gontai,tanpa ia sadari ia berpapasan dengan Raina,namun ia tidak menyadari hal itu,sampai Raina menarik tangan Lita.

"Gue mau ngomong sama lo"
Ucapnya lalu membawa Lita duduk sejenak di bawah pohon di depan kelas Raina.

"Lo mau ngomong apaan,kalo masalah yang gak penting gue gak mau dengerin"
Ucap Lita ketus.

"Ini soal Bima"

"Kalo gitu gue pergi"
Ucap Lita lalu meninggalkan Raina.

"Dia masih cinta sama lo"

Langkah Lita terhenti mendengar perkataan Raina barusan,Bima masih mencintainya?? Itu sangat diluar akal sehat Lita,beberapa waktu lalu Bima terlihat begitu sangat membencinya,dan sekarang gadis itu mengatakan Bima mencintainya?? Ohh ayolah Lita sudah jengah dengan permainan murahan ini.

"Bilang sama dia,cinta gue udah gak ada buat dia,bilang sama dia gue gak mau ketemu atau sekedar liat muka dia lagi"
Ucap Lita lalu berlalu meninggalkan Raina,ia harus tegar menghadapi semuanya,ia sudah bukan anak kecil lagi,ia tidak ingin jatuh ke lubang yang sama untuk kesekian kalinya.

***

"Lo darimana sih lit,gue khawatir tau gak"
Ucap sari sedikit marah,Lita tidak menanggapi ocehan sari,ia lalu duduk di kursinya.

"Sar"

"Apa?"
Ucapnya tanpa melihat ke arah Lita karena sibuk bermain ponsel.

"Gue terima beasiswa ke jepang"

Sari menghentikan aktivitasnya,ia memandang temannya tersebut nanar,ia berfikir itu berarti ia tidak akan bertemu dengan Lita lagi.

"Lo-lo serius Lit,wah Selamet ya,gue juga ikutan seneng"
Ucapnya berusaha tampak bahagia.

"Gak usah sok liat deh sar,gue tau lo gak bahagia denger kabar ini,gue juga sama sama lo,gak ada rasa bahagia sama sekali gue denger berita ini"
Ucap Lita menatap kosong ke depannya.

"Tapi ini kesempatan bagus buat elo Lit,lo gak boleh sia-siain gitu aja,walaupun gue gak bahagia,tapi gue pengen lo dapet yang terbaik Lit"

"Gue masih butuh waktu buat mikirin ini dulu sar,gue gak mau buru-buru ambil keputusan"

Minat sari untuk memainkan ponselnya seketika hilang,ia juga ikut memikirkan bagaimana ia nanti tanpa Lita di dekatnya.

Sementara di tempat lain Raina sedang berusaha meyakinkan Bima bahwa Lita masih mencintainya,namun hasilnya sama saja,Bima yang sama tinggi egonya dengan Lita masih mengelak.

"Gue gak peduli,dia bukan siapa-siapa gue lagi,bodo amat kalo dia masih cinta sama gue"
Ucap Bima tanpa memandang ke arah Raina .

"Ngak lo,ngak Lita sama aja tau gak,kalian lebih mentingin ego daripada perasaan sendiri,sekali aja Bim,tanya diri lo sendiri,lo masih cinta gak sama Lita,kalo lo gak lakuin itu,lo bakal nyesel seumur hidup"
Ucap Raina berlalu meninggalkan Bima yang mencerna semua perkataan Raina.

"Lita emang masih ada di hati gue Rain,bahkan sampai gue mati sekalipun"
Batin Bima.

Bersambung...

High SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang